Kesatuan Melayu Muda (Jawi: كساتوان ملايو مودا; KMM) adalah organisasi politik nasional pertama di Malaya Britania. Ibrahim Yaakob memainkan peran besar dalam pembentukan organisasi ini tahun 1938 di Kuala Lumpur, ibu kota Negeri-Negeri Melayu Bersekutu. Tujuan utama organisasi ini adalah mempersatukan semua warga Melayu tanpa melihat asal usulnya dan memperjuangkan hak-hak warga Melayu. Selain itu, KMM mengusung ide Panji Melayu Raya atau Indonesia Raya yang intinya mempersatukan Malaya Britania dan Indonesia.[1] The union was vehemently against British imperialism.[2]
Pembentukan KMM berkaitan erat dengan Sultan Idris Training College for Malay Teachers (SITC) yang saat ini bernama Universiti Pendidikan Sultan Idris. Melalui kuliah dan makalah, sikap anti-kolonialisme mulai terbentuk di kalangan mahasiswa. Ibrahim Yaakob sendiri adalah alumni perguruan tinggi ini. Selain Yaakob, alumni lain yang aktif di KMM adalah Hassan Manan, Abdul Karim Rashid, dan Mohd. Isa Mahmud. Karena itu, SITC dikenal sebagai tempat kelahiran nasionalisme Melayu.[2]
Setelah mendirikan cabang utamanya di Kuala Lumpur, guru-guru sekolah Melayu yang kebanyakan lulusan SITC terus menyebarkan pengaruh KMM di seluruh Malaya Britania.[2]
KMM dan beberapa organisasi Melayu lain menyelenggarkaan Kongres Melayu bulan Agustus 1939 di Kuala Lumpur. Kongres kedua diadakan di Singapura bulan Desember 1940. Kongres ketiga rencananya diadakan di Ipoh tahun 1941, namun tidak terlaksana karena terjadi pendudukan oleh Jepang.[2]
Pada awal Perang Dunia II, KMM, Ibrahim Yaakob, dan koleganya aktif menyebarkan sentimen anti-Britania. Jepang juga membantu KMM dan mendanai pembelian koran Melayu Warta Malaya di Singapura. Pada tahun 1941, Britania mulai mengawasi aktivitas KMM dan mencapnya sebagai organisasi sayap kiri radikal. Pada akhir tahun itu, Ibrahim Yaakob, Ishak Muhammad, dan beberapa petinggi KMM ditangkap dan ditahan. KMM ditekan habis-habisan oleh Britania Raya.[2]
Saat Pertempuran Malaya, KMM adalah salah satu organisasi yang membantu Jepang karena mereka yakin Jepang akan memerdekakan Malaya. KMM juga aktif membantu Jepang melalui aktivitas kolom kelima.[3] Sikap pro-Jepang anti-Britania ini membuat KMM sangat dekat dengan pasukan Jepang. Semua anggota KMM yang dipenjara oleh Britania dibebaskan oleh Jepang selama masa pendudukan.[4] Pada Januari 1942, KMM meminta Jepang memberikan kemerdekaan kepada Malaya seperti yang dijanjikan sebelumnya. Ini adalah permintaan kemerdekaan pertama yang diajukan oleh lembaga politik Melayu. Sayangnya permintaan tersebut ditolak.[5] Pemerintah pendudukan Jepang membubarkan KMM dan membentuk milisi Pembela Tanah Ayer (PETA; disebut juga Malai Giyu Gun).
Seiring penyerahan diri Jepang bulan Agustus 1945, mantan kader KMM membentuk inti dari gerakan-gerakan politik masa depan seperti Partai Nasionalis Melayu, Angkatan Pemuda Insaf, dan Angkatan Wanita Sedar.[6][7][8]
Referensi
Lihat pula