Pesawat ini diduga jatuh dekat kota Lolodorf, sekitar 160 km di sebelah tenggara kota pantai Douala, Kamerun selatan pada 5 Mei2007 dengan 105 penumpang dan 9 awak pesawatnya. Kenya Airways mengatakan bahwa penumpangnya berasal dari 26 negara.[1] Tidak ada seorangpun selamat dari musibah ini.[2]
Para penduduk desa di sekitar tempat kejadian mendengar suara ledakan dan melihat kobaran api di udara.[3]
Kenya Airways telah membentuk sebuah pusat manajemen krisis di Bandar Udara Internasional Jomo Kenyatta di Nairobi.
Kenya Airways menyatakan bahwa hubungan dengan pesawat itu hilang segera setelah pesawat lepas landas dari Doula. Menara kontrol menerima sinyal bahaya dari pesawat sebelum hubungan lenyap.[4] Pesawat yang jatuh ini adalah salah satu dari tiga Boeing 737-800 yang baru-baru ini ditambahkan oleh Kenya Airways ke dalam armadanya. Pesawat ini diperoleh dari Singapore Aircraft Leasing Enterprise.[5] Investigasi yang dilakukan pihak Kamerun dan Kenya menyatakan bahwa kecelakaan disebabkan oleh kesalahan pilot yang tetap memutuskan lepas landas (tanpa izin menara kontrol), meskipun cuaca pada saat itu sangat buruk (2 penerbangan tercatat menunda keberangkatan). 42 detik pasca lepas landas, kapten memberikan perintah, mengindikasikan dirinya telah mengaktifkan pilot otomatis, tetapi, pilot otomatis sebenarnya tidak terhubung, Para pilot tidak menyadari keadaan itu, dan bahkan tidak mengetahui bahwa pesawat mereka miring 11° ke kanan. Kapten menyatakan bahwa ia menyetel pilot otomatis ke kemiringan 34° ke kanan ketika peringatan kemiringan berlebihan (bank angle) muncul. Kapten kemudian mengaktifkan autopilot, tetapi perintah kontrol dari kapten justru memperparah kemiringan pesawat. Hidung pesawat menurun di ketinggian 2900 kaki dengan kemiringan 115° ke kanan. Kedua pilot mengontrol pesawat dengan arah berlawanan untuk menyelamatkan pesawat. Pesawat tersebut akhirnya jatuh ke rawa-rawa di tengah hutan, di Mvengue, sebelah barat daya ibu kota Kamerun, Yaounde.