Kenshō (見性) (C. Wu) adalah istilah dalam bahasa Jepang yang berarti pengalaman pencerahan. Kata ini sering kali digunakan dalam konteks Buddhisme Zen.
Secara harafiah, kata tersebut berarti “melihat asal usul diri” atau “diri yang hakiki”.
Secara umum “mengacu pada perealisasian akan Nonduality akan suatu subyek dan objek.” Seringkali digunakan dalam lawan-arti dari Satori (atau, “mengejar”), sering kali terdapat perbedaan antara keduanya yang mana sebagian berpendapat bahwa secara kualitas, Satori mempunya arti yang lebih dalam. Kenshō sendiri sering kali dikatakan sebagai “ suatu realisasi yang penuh kebahagiaan dimana sifat diri seseorang, pikiran yang murni, yang juga secara langsung dikenal sebagai kekosongan yang menerangkan, seuatu yang bergerak dan imanen (ada) di dunia.” Pengalaman Kenshō adalah bertahap, yang mana hal tersebut meluas dari kilasan awal pada asal-muasal pikiran, kepada pengalaman akan kehampaan, dan kemudian mungkin kepada tahap ke-Buddha-an.
Pelatihan
Upaya realisasi ini biasanya merupakan suatu proses meditasi yang panjang dan introspeksi dibawah bimbingan seorang guru Zen atau Buddhis lainnya, biasanya apa acara retret sesshin (meditasi Zen). Metode yang digunakan berbeda berdasarkan tradisi dan kebiasaan.
- Soto lebih kepada pendekatan perlahan yang mengutamakan pengalaman terjadi dengan sendirinya.
- Rinzai lebih kepada penggunaan Kōan atau sekumpulan pertanyaan Kōan sebagai teknik guna menampilkan pengalaman lebih cepat.
Metode yang lebih sesuatu pada murid-murid ditentukan dari garis keturunan Zen yang dipelajari dan juga berdasarkan apa yang dipandang sesuai oleh sang guru.
Baiknya diketahui bahwa pengalaman Kensho bukan hanya terbatas pada tradisi Buddhisme Zen Jepang dan berlaku pada banyak tradisi yang juga berada di luar praktisi Buddhist.
Kensho dapat juga secara spontan, setelah mendengar atau membaca suatu kalimat tertentu, atau sebagai hasil dari suatu mimpi yang dalam. Sebagai contoh, Adat Istiadat Zen menjelaskan pengalaman seketika akan kensho yang di alami oleh Dajian Huineng (Six Patriarch) seketika waktu mendengarkan sebuah kalimat dari Diamond Sutra.
Kōan adalah teknik yang dapat digunakan sebagai alat bantu meditasi, (terutama pada tradisi Rinzai). Sebagai contoh, sebuah Koan yang terkenal adalah:’Siapa saya’, karena ini merupakan sebuah pertanyaan yang membimbing kepada permintaan kepada sifat alami sesungguhnya. Kenyataan bahwa tidak terdapatnya “saya” yang melakukan pemikiran, tetapi lebih kepada proses pemikiran yang mengutamakan ilusi akan “saya”, merupakan suatu langkah menuju kepada Kensho.
Bukanlah hal yang mengherankan akan timbulnya berbagai halusinasi dan gangguan psikologis sebelum mencapai Kensho sesungguhnya, hal-hal tersebut dikenal dengan sebutan makyo . Membedakan kesalah-pahaman dari Kesho yang sesungguhnya merupakan fungsi utama seorang guru, karena seorang murid dapat secara tidak sengaja salah keyakinan bahwa mereka telah merealisasikan Kensho.