Kecelakaan bus Paiton 2003
Pada tanggal 8 Oktober 2003, sebuah bus pariwisata yang membawa anak-anak sekolah bertabrakan dengan dua truk di dekat perbatasan antara Probolinggo dan Situbondo, Jawa Timur, menewaskan 54 orang. Kecelakaan ini juga disebut sebagai kecelakaan bus Paiton atau tragedi Paiton karena lokasinya yang dekat dengan PLTU Paiton. Bus tersebut mengantar para siswa kembali ke SMK Yapemda di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta setelah melakukan perjalanan selama seminggu ke Pulau Bali. Bus tersebut melaju di malam hari di jalan raya dua jalur yang sibuk ketika ditabrak oleh sebuah truk yang berada di sisi jalan yang salah. Sebuah truk pengangkut barang kemudian menabrak bus dari belakang dan bangkai bus terbakar.[1][2][3] Para penumpang tidak dapat membuka pintu keluar yang macet akibat tabrakan tersebut. Beberapa berhasil melarikan diri melalui jendela.[4] Korban49 siswi, 2 siswa, 2 guru, dan seorang pemandu wisata meninggal dunia.[3] Sopir bus dan asistennya mengalami luka parah.[5] Para pejabat kepolisian mengatakan bahwa itu adalah kecelakaan transportasi paling mematikan pada tahun itu.[2] Sopir truk dan asistennya melarikan diri dari tempat kejadian. Asistennya ditangkap pada malam yang sama dan sopirnya beberapa hari kemudian.[5] Pengemudi tersebut mengakui bahwa asisten yang tidak memiliki izin telah berada di belakang kemudi dan bahwa kendaraan mereka telah melaju dengan kecepatan tinggi, dia mengatakan bahwa remnya blong dan bahwa mereka menggunakan kedua lajur saat menuruni bukit.[6] Pasca kejadianPasca kecelakaan terjadi, warung-warung di dekat lokasi kejadian memilih tutup karena merasa ngeri.[7] Standar keselamatan bus berangsur-angsur ditingkatkan untuk mengurangi kemungkinan kejadian serupa terjadi. Palu pemecah kaca, alat pemadam kebakaran, dan pintu darurat juga diwajibkan ada di bus-bus mutakhir sebagai standar keselamatan.[8][9][10] Catatan kaki
|