Kecelakaan Cessna 206 pada tanggal 1 Mei 2023 yang membawa tujuh orang awak dan penumpang, jatuh di hutan daerah Departemen Caquetá Kolombia. Pesawat merupakan milik dari Avianline Charters.[1] Awak dan penumpang sebanyak 3 tewas akibat benturan, tetapi empat lainnya semuanya anak-anak berusia antara 11 bulan hingga 13 tahun bertahan selama lebih dari lima minggu di hutan hujan.[2]
Sebelum kecelakaan
Pada 1 Mei pagi hari, pesawat Cessna 206 dijadwalkan untuk penerbangan VFR dari Araracuara (SKAC) ke San José del Guaviare (SKSJ) yang membawa, 110 lb kargo, dan enam penumpang, termasuk dua orang dewasa, tiga anak di bawah umur, dan bayi berusia 11 bulan. Pesawat lepas landas pukul 06:42. Menurut catatan komunikasi yang dilakukan dengan ATC, pada pukul 07:15, pilot melaporkan bahwa dia berada di 140NM dari SKSJ, dalam pendakian visual ke ketinggian 8.500 kaki.[3]
Dalam dua menit, pilot menyatakan keadaan darurat, mesin dalam keadaan diam dan dia sedang mencari lapangan untuk pendaratan darurat. Pada saat itu Morichal adalah landasan terbang terdekat dengan jarak 33 nm. Pada 07:32, lima belas menit setelah panggilan terakhirnya, pilot HK2803 melapor ke ATC: "... Mesin 2803 menambah tenaga lagi, saya berada di 120NM dari San Jose, naik ke 8500...".[3]
Pukul 07:43 pilot kembali mengumumkan keadaan darurat dengan menyatakan mesin mati lagi dan dia mengikuti sungai. Kontak radio terakhir adalah satu menit kemudian. Tampaknya pesawat menabrak peppohonan, menyebabkan mesin lepas. Pesawat kemudian jatuh ke tanah.[3]
Pencarian
Tim SAR Aerocivil mendapatkan lokasi pesawat sekitar 175 kilometer selatan San José del Guaviare, di atas Sungai Apaporis.[1] Berbagai tim ikut dalam proses pencarian, yaitu satuan Pasukan Khusus dari Komando Umum Pasukan Militer, personel SAR dari Penerbangan Sipil, pesawat dari Angkatan Udara Kolombia dan Tentara Nasional, serta anggota Pertahanan Sipil, Palang Merah, Korps Pemadam Kebakaran Nasional, dan penduduk setempat.[1] Otoritas Penerbangan Sipil Kolombia menginformasikan bahwa lebih dari 100 anggota militer dan tiga anjing penyelamat, telah terlibat dalam pencarian korban serta masyarakat adat juga telah mengambil bagian dalam upaya penyelamatan.[4]
Menurut Aerocivil pesawat yang digunakan untuk pencarian adalah UH60, AC47 dan Huey II yang dilengkapi dengan speaker yang mampu menjangkau area sekitar 1.500 meter, yang mengirimkan pesan dalam bahasa Huitoto, bahasa asli anak-anak tersebut, yang direkam dari nenek mereka.[1] Tentara dengan helikopter menjatuhkan kotak berisi makanan ke dalam hutan, dengan harapan dapat membantu kelangsungan hidup anak-anak jika mereka menemukan kota tersebut.[5]
Tim penyelamat menemukan buah-buahan yang dibuang yang dimakan anak-anak untuk bertahan hidup, serta tempat berlindung yang dibuat dari tumbuhan.[6]
Pada 15 Mei tim penyelamat menemukan reruntuhan Cessna atau dua minggu setelah kecelakaan. Mereka juga menemukan barang-barang milik anak-anak, termasuk botol minum anak, dan bekas tempat berlindung darurat, yang menunjukkan bahwa anak-anak tersebut masih hidup.[7]
Pada 17 Mei anjing penyelamat menemukan sepasang gunting yang ditemukan di hutan di provinsi Caquetá, diduga milik oleh anak-anak yang hilang.[8]
Pada kamis, 18 Mei jejak kaki anak kecil ditemukan, tim penyelamat memperkirakaan jejak itu dari para korban yang selamat.[9]
Pada 9 Juni 2023, empat anak diselamatkan dari hutan hujan Amazon di Kolombia setelah mereka selamat dari kecelakaan pesawat pada tanggal 1 Mei.[10] Namun, keempat anak yang selamat berusia 13, 9, 4, dan seorang balita berusia 11 bulan bertahan hidup di hutan selama hampir 40 hari.[11] Menurut tim penyelamat, anak-anak itu mengalami malnutrisi dan memiliki banyak gigitan serangga, tetapi tidak ada masalah kesehatan yang serius. Menurut media, anak-anak tersebut tergabung dalam komunitas adat, yang tinggal di atau dekat hutan. Anak berusia 13 tahun itu juga tampaknya sudah terbiasa menjaga anak-anak lain, saat ibu mereka sedang bekerja.
Lihat juga
Pranala luar
Referensi