Selama dekade 1930-an dan 1940-an, Kawasaki Aircraft Industries mengembangkan sejumlah tipe pesawat terbang untuk Angkatan Darat Kekaisaran Jepang, seperti pesawat pengintai Tipe 88, pesawat pengebom Ki-48 Sokei, dan pesawat tempur Ka 61 Hien, hingga akhir Perang Dunia II. Sesaat setelah pendudukan Jepang dimulai pada tahun 1945, industri dirgantara Jepang sengaja dibubarkan dan pabrik pesawat terbang pun diubah untuk dapat membuat produk lain. Larangan pengembangan pesawat terbang kemudian dicabut pada bulan Maret 1954, sehingga industri dirgantara Jepang dapat kembali hidup. Pada tahun 1969, Kawasaki Kokuki Kogyo KK direstrukturisasi sebagai anak usaha dari KHI.
Kawasaki Aircraft Industries (川崎航空機工業株式会社code: ja is deprecated , Kawasaki Kokuki Kogyo K.K.) adalah salah satu produsen pesawat terbang pertama di Jepang. Perusahaan tersebut didirikan pada tahun 1918 sebagai anak usaha dari Kawasaki Heavy Industries di Kobe.[butuh rujukan] Sebelum Perang Dunia II berakhir, Kawasaki terutama memasok pesawat terbang dan mesin pesawat terbang ke Pasukan Udara Angkatan Darat Kekaisaran Jepang (IJAAF).
Selama awal dekade 1930-an, Kawasaki memproduksi pesawat terbang bersayap gandaSalmson dan mesin di bawah lisensi,[butuh rujukan] serta mengembangkan sejumlah rancangannya sendiri. Kawasaki mempekerjakan perancang dan insinyur dirgantara terkenal asal Jerman, Dr. Richard Vogt, mulai tahun 1923 hingga 1933 untuk membantu merancang dan melatih insinyur asal Jepang. Salah satu murid Vogt adalah Takeo Doi, yang kemudian menjadi kepala perancang di Kawasaki. Vogt kemudian menjadi kepala perancang di Blohm & Voss.[butuh rujukan]
Kawasaki mendapat lisensi dari Dornier untuk membuat perahu terbang dengan bahan logam penuh, dan Kawasaki-Dornier Wal pun terbang pada bulan Desember 1924.[butuh rujukan] Namun, Kawasaki kemudian memutuskan untuk fokus pada pesawat terbang darat. Rancangan yang terkenal antara lain:
Selama pendudukan Jepang setelah Perang Dunia II berakhir, semua industri dirgantara Jepang dibubarkan, rancangannya pun dihancurkan dan pabriknya diubah untuk dapat memproduksi barang lain. Setelah larangan pengembangan pesawat terbang dicabut pada bulan Maret 1954, sebuah perusahaan baru pun didirikan melalui penggabungan K.K. Kawasaki Gifu Seisakusho dan Kawasaki Kikai Kogyo K.K., dengan nama Kawasaki Kokuki Kogyo KK yang dipakai sebelum pendudukan Jepang.[butuh rujukan]
Kawasaki KAL-1, yang pertama kali diterbangkan pada bulan Juli 1953, merupakan pesawat berbahan logam penuh pertama yang dirancang sendiri oleh Jepang setelah perang berakhir. Hasil produksi awal dari perusahaan ini meliputi 210 unit pesawat jet latih Lockheed T-33, 48 unit pesawat patroli maritimLockheed P-2H Neptune, dan 239 unit helikopterBell 47, yang semuanya dilisensi dari produsen asal Amerika Serikat.[butuh rujukan]
Sebagai tanggapan atas dorongan dari pemerintah Jepang, pada tahun 1957, Kawasaki resmi bergabung ke dalam sebuah joint venture, bersama produsen dirgantara lain asal Jepang, seperti Mitsubishi Heavy Industries, Fuji Heavy Industries, Shin Meiwa, Showa Aircraft Industry Company, dan Japan Aircraft Industry Company untuk mengembangkan dan memproduksi apa yang kemudian menjadi NAMC YS-11, sebuah pesawat terbang dengan dua turboprop.[1][2] Kawasaki menyediakan personil dan infrastruktur untuk joint venture tersebut, serta memproduksi berbagai komponen untuk YS-11.[3][4]
Pada bulan April 1969, Kawasaki Kokuki K.K. dibubarkan, dan asetnya pun direstrukturisasi sebagai divisi dari Kawasaki Heavy Industries (KHI) yang juga direorganisasi.[butuh rujukan]
Di bawah Kawasaki Heavy Industries
Pada bulan April 1969, Kawasaki Kokuki K.K. resmi dibubarkan dan menjadi divisi dari Kawasaki Heavy Industries (KHI). Kawasaki adalah kontraktor besar untuk Kementerian Pertahanan Jepang. Walaupun pada bulan November 1970, Kawasaki juga menyelesaikan pembuatan pesawat angkut militer dengan dua turbofan, C-1, selama dekade 1990-an, perusahaan ini fokus memproduksi helikopter dan pesawat patroli di bawah lisensi dari produsen asal Amerika. Kawasaki memproduksi 82 unit P-2J (diturunkan dari Lockheed P-2 Neptune), 211 unit helikopter KH-4 (diturunkan dari Bell 47), 160 unit helikopter Kawasaki KV-107 (diturunkan dari Boeing Vertol 107 Model II), serta helikopter Hughes/McDonnell Douglas Model 500D dan OH-6DA. Kawasaki juga memproduksi 101 unit pesawat patroli anti-kapal selam P-3C, empat unit varian latih/intelijen elektronik EP-3/UP-3D, dan 68 unit CH-47J / JA.[butuh rujukan]
Pada tanggal 25 Februari 1977, Kawasaki dan Messerschmitt-Bölkow-Blohm (MBB) menandatangani perjanjian untuk bersama-sama mengembangkan sebuah pesawat rotor baru. Di bawah perjanjian tersebut, keduanya menggabungkan proyek pengembangan helikopter bermesin dua milik mereka, yakni Bo 107 dari MBB dan KH-7 dari Kawasaki.[5] MBB bertanggung jawab mengembangkan rotor (didasarkan pada sistem rotor kaku yang sebelumnya digunakan pada Bo 105 buatan MBB), ekor, kendali penerbangan, dan sistem hidraulika, sementara Kawasaki bertanggung jawab mengembangkan roda pendaratan, bingkai udara, transmisi utama, sistem kelistrikan, dan komponen kecil lainnya.[6] Keduanya pun mendirikan jalur perakitan akhir untuk memproduksi pesawat rotor guna memenuhi permintaan dari pembelinya masing-masing.[6][7]
Selama dekade 1970-an dan 1980-an, Kawasaki mengembangkan sebuah pesawat jet latih sedang dan penghubung, yakni T-4. Produksi pesawat terbang tersebut pun dilakukan oleh sebuah konsorsium yang beranggotakan Mitsubishi, Fuji, dan Kawasaki, dengan Kawasaki berperan sebagai pemimpin.[8] Jalur perakitan akhir untuk T-4 yang berada di pabrik milik Kawasaki di Gifu, dapat memproduksi maksimal 2,5 unit T-4 per bulan.[9] Selain pertimbangan ekonomi dan performa, rancangan T-4 juga harus memenuhi kepentingan politik, yakni bahwa T-4 harus memakai mesin Ishikawajima-Harima F3-IHI-30, yang merupakan mesin turbofan pertama yang sepenuhnya diproduksi di Jepang.[10] Menurut publikasi dirgantara Flight International, T-4 sangat mungkin untuk berkompetisi di pasar pesawat latih global, namun hal tersebut tidak dapat terjadi, karena adanya peraturan dari pemerintah Jepang yang melarang ekspor peralatan militer.[11]
Pada tanggal 18 September 1992, Kawasaki ditunjuk oleh Kementerian Pertahanan Jepang untuk memproduksi OH-1, sebuah helikopter serbu ringan dan observator bersenjata.[12][13] Kawasaki bertanggung jawab memproduksi 50% bingkai udara, serta mengkoordinasikan pengembangan sistem rotor. Sementara komponen bingkai udara yang lain diproduksi oleh Mitsubishi dan Fuji.[14] Pada bulan Juni 1998, setelah memfinalisasi kontrak produksi dan nota pesanan awal pada awal tahun 1998, produksi OH-1 pun resmi dimulai.[15][16] Pada akhir dekade 1990-an, Angkatan Darat Bela Diri Jepang mengumumkan bahwa mereka berencana untuk membeli antara 150[13] hingga 250 unit OH-X untuk memenuhi kebutuhan mereka.[14][15] Kawasaki pun mengajukan berbagai turunan OH-1, termasuk sebuah varian yang ditujukan untuk menggantikan helikopter Bell UH-1J Iroquois milik Angkatan Darat Bela Diri Jepang yang dibuat oleh Fuji,[17] dan versi berorientasi serbu yang secara tentatif disebut sebagai AH-2.[18][19]
Selama dekade 2000-an, perusahaan ini mengembangkan dua pesawat terbang bermesin ganda yang sangat berkaitan, yakni pesawat patroli maritim XP-1 dan pesawat angkut XC-2.[20] Kawasaki ditunjuk sebagai kontraktor utama untuk kedua pesawat terbang tersebut pada tahun 2001, dan peluncurannya terjadi hampir 30 tahun setelah pengembangan pesawat terbang domestik berskala besar di Jepang sebelumnya.[20] Walaupun rancangan P-X dan C-X awalnya independen, kemudian diputuskan bahwa akan menguntungkan jika kedua rancangan tersebut memakai komponen yang sama.[21] JDA mewajibkan kedua pesawat terbang tersebut memiliki komponen badan yang identik,[20] dengan komponen yang sama meliputi jendela kokpit, sayap luar, stabilisator horizontal, dan sistem lainnya. Sementara suku cadang yang sama meliputi auxiliary power unit, panel kokpit, komputer sistem kendali penerbangan, lampu anti-tabrakan, dan unit kendali roda.[20] Karena perbedaan fungsi, kedua pesawat terbang tersebut pun tetap terpisah. Kesamaan sumber daya pengembangan memungkinkan penghematan biaya pengembangan, yang jika C-2 ikut dihitung, penghematannya mencapai 345 milyar Yen ($3 milyar) pada tahun 2007.[22] Pada tanggal 30 Juni 2016, pesawat angkut C-2 resmi dioperasikan oleh Angkatan Udara Bela Diri Jepang.[23]
Aoki, Yoshimoto. "Kawasaki OH-1". World Air Power Journal. Volume 38, Autumn/Fall 1999. London:Aerospace Publishing. ISBN1-86184-035-7. ISSN 0959-7050. pp. 36–45.
"BK 117...a Terrestrial Space Ship". Air International, Vol 36 No 4, April 1989. Bromley, UK:Fine Scroll. ISSN0306-5634. pp. 163–170.