Desa karangsari terdiri dari 11 Rw dan 27 RT dan dibagi ke dalam 3 dusun
Sejarah Desa
Sejarah Desa Karangsari tidak terlepas dari dua Kerajaan besar ditanah jawa yaitu Kerajaan Mataram dan Kerajaan Pajajaran. Diawali oleh cara Kerajaan Mataram untuk memperluas daerah kekuasaannya yaitu dengan menikahkan Puteri dari Mataram dengan Putera Bupati
dari daerah di sekitar Mataram sehingga menjadikan kabupaten tersebut menjadi daerah kekuasaan Mataram atau
dengan cara sebaliknya yaitu
dengan menikahnya Raja Mataram
dengan Puteri Bupati dari daerah lain.Dengan cara seperti itu membuat daerah
kekuasaan Mataram makin meluas.
Suatu
hari raja Mataram mengadakan perjalanan jauh
dari istana. Di suatu desa dia bertemu dengan
seorang gadis yang cantik,dan Sang Raja
ingin mempersunting gadis
tersebut dan memboyongnya ke
istana. Ketika Sang Raja mengutarakan hal tersebut
kepada orang tua
Sang gadis maka dengan
senang hati orang tua Sang
gadis menyetujuinya,dan Sang gadis
pun diboyong ke istana
untuk dinikahi oleh Sang
Raja.
Sebelum pemikahan dilangsungkan maka
Sang gadis yang
sekarang sudah menjadi
Puteri keraton di beri
tempat menginap di kaputren
lengkap bersama dengan emban
dan pelayan.Hari demi hari
dilalui oleh Sang Puteri dan kehidupan
di keraton yang serba
mewah sama sekali tidak dinikmatinya. Sehari-hari Sang Puteri lebih banyak
melamun dan menyendiri. Di kaputren ada seorang emban
yang secara diam-diam memperhatikan
tingkah laku Sang Puteri.
Dengan cara yang Sangat lemah
lembut si emban menanyakan
perihal alasan Sang Puteri selalu bersedih hati,
dengan berat hati akhirnya
Sang Puteri menceritakan
kalau sebenarnya dia telah
bertunangan dengan seorang
anak Bupati Madiun yang
bernama Raden Wijaya.
Selama berada di istana Sang Puteri
tidak bisa menghilangkan kerinduannya
terhadap tunangannya tersebut.
Karena
si emban sudah merasa dekat dan kasihan terhadap
Sang Puteri akhirnya si emban menyanggupi untuk
mempertemukan Sang Puteri dengan
Raden Wijaya secara sembunyi-sembunyi. Dengan perantara si emban
akhirnya Sang Puteri bisa
bertemu dengan Raden Wrjaya tunangannya. Setelah
pertemuan tersebut mereka berdua
berjanji untuk selalu
bersama. Hingga setelah pertemuan tersebut Sang
Puteri dan Raden Wijaya
melarikan diridari istana.
Setelah Raden Wijaya bersama Sang
Puterijauh dari istana maka Raja
baru menyadari kalau Sang Puteri
sudah tidak ada di istana.
Raja memerintahkan pasukan untuk
mencari Sang Puteri dan
Raden Wijaya sampai ke
pelosok Kerajaan bahkan sampai
ke Kerajaan tetangga.
Raden Wijaya dan Puteri melarikan
diri kearah barat dari istana
Mataram. Berhari-hari mereka
menghindari kejaran dari
pasukan Mataram tanpa tahu
tempat yang akan mereka
tuju, karena mereka tidak
mungkin kembali ketempat asal
Sang Puteri dan mereka juga
tidak mungkin kembali ke Madiun untuk bertemu keluarga Raden Wijaya.
Pada suatu hari
mereka tiba di
pinggir sebuah sungai yang besar yaitu
sungai Cipamali ( berada di
daerah tasik sekarang ). Sungai itu
begitu besar dan
aliran airnya Sangat deras, sehingga mereka
berdua kesulitan untuk
menyeberanginya, sedangkan di
belakang mereka pasukan
Mataram makin mendekat.
Ditengah kebingungan itu mereka melihat ada
seekor rusa yang terjerat
oleh semak belukar dan
tanaman rambat. Karena
merasa kasihan maka mereka
berdua melepaskan rusa tersebut
dari semak belukar yang
menjeratnya. Ketika rusa
tersebut berhasil lepas dari
jeratan semak belukar
tidak jauh dari
sana terlihat sebuah gua yang tertutup oleh semak
belukar dan sarang
laba-laba. Mereka berdua
pun bersembunyi di gua tersebut
dan dengan izin Allah
gua tersebut tertutup
kembali oleh semak belukar dan sarang
laba-laba.
Pasukan Mataram tiba
dipinggir sungai Cipamali
dan mereka merasa kebingungan
karena tidak mungkin Raden Wijaya bisa
menyeberangi sungai yang begitu
besar dan aliran aimya
begitu deras, lalu mereka
memeriksa di sekitar aliran sungai
Cipamali itu,mudah-mudahan mereka
menemukan jejak Raden
Wijaya dan Sang Puteri
tapi mereka tidak menemukan
apapun. Akhirnya mereka
memutuskan untuk meninggalkan sungai Cipamali dan
menyisir kembali daerah
yang telah mereka lalui, mudah-mudahan
Raden Wrjaya bersembunyi
di salah satu desa yang telah
mereka lalui. Dan mereka
pun meninggalkan sungai
Cipamali.
Setelah semua pasukan Mataram
pergijauh, Raden Wijaya dan Puteri
keluar dari persembunyian dan
mereka bingung karena
tidak tahu harus melanjutkan perjalanan kearah
mana. Ditengah kebingungan
itu di kejauhan terlihat seekor kerbau
yang berwarna putih
dan memiliki tanduk
yang tergolek ke samping
( dalam bahasa sunda
di sebut munding
bule dongkol ) yang
sedang merumput. Lalu mereka berdua mendekati kerbau tersebut,
akan tetapi kerbau tersebut tidak
merasa takut malah seakan menyuruh
Raden Wijaya dan Puteri
untuk mengikuti langkahnya. Perlahan kerbau
tersebut berjalan kearah
hilir dari sungai
Cipamali dan kedua insan tersebut mengikuti
arah langkah si kerbau.
Sampai disuatu tempat mereka menemukan aliran
sungaiyang dangkal dan kerbau
itu pun menyeberangi sungai.
Raden
Wijaya dan Puteri seakan
ragu untuk mengikuti
langkah si kerbau
menyeberangi sungai tapi
di seberang sungai si kerbau seakan
menunggu Raden Wijaya untuk menyeberang,
kemudian Raden Wijaya memberanikan
diri untuk menyeberangi sungai
Cipamali di ikuti sang
puteri. Setibanya Raden
Wijaya dan Puteri di
seberang maka si
kerbau kembali melangkahkan
kakinya masuk ke
dalam hutan dan diikuti oleh Raden Wijaya
dan Puteri.
Tiba
disuatu tempat di dalam
hutan Raden Wijaya dan
Puteri kehilangan jejak si kerbau,
mereka kembali tidak
bisa meneruskan perjalanan karena
sama sekali tidak
mengetahuijalan di hutan itu.
Samar-samar dari kejauhan mereka mendengar ayam yang berkokok Sangat nyaring, mereka pun bergegas menuju ke asal suara tersebut dan mereka menemukan
sebuah kampung kecil
yang bernama kampung tarik kolot,
penduduk kampung itu
sendiri merupakan warga
Kerajaan pajajaran yang berusaha untuk
menemukan tempat yang
baru.
Di kampung tarik
kolot itulah Raden
Wijaya dan Sang Puteri
diterima dengan baik, dan di kampung tarik
kolot inilah mereka menikah dengan
disaksikan oleh seluruh penduduk
kampung tarik kolot.
Sebagai rasa suka cita
masyarakat tarik kolot atas pemikahan itu
maka Raden Wijaya diberi hadiah
lahan untuk mendirikan
rumah di manapun yang Raden Wijaya
pilih. Raden Wrjaya mengitari
daerah di sekitar
tarik kolot untuk
mencari tempat yang cocok
untuk mendirikan rumah. Akhirnya
langkah dia terhenti
di depan sebuah pohon beringin
besar yang sudah berlumut
dan akar udaranya berjuntai sampai ketanah
( dalam bahasa
sunda disebut kiara baok ). Disamping pohon beringin tersebut
terdapat sumber air yang bisa
menjadi sumber kehidupan bagi mereka
berdua.
Raden
W'rjaya akhimya mendirikan
rumah di dekat pohon
beringin tersebut dan tempat inilah
yang diyakini sebagai
tempat awal berdirinya
Desa Karangsari. Setelah Raden
Wijaya membangun rumah di sana maka
berangsur-angsur diikuti
oleh masyarakat yang
lain dan akhirnya
menjadi sebuah desa dengan
nama desa kiara baok,
karena wibawa dan kebaikan Raden Wijaya
tersebar dari mulut
ke mulut dan akhirnya nama
desa kiara baok
terkenal karena tempatnya
yang subur dan memiliki pemimpin yang
arif dan bijaksana
sehingga banyak yang ingin
menetap di desa kiara baok. Kepemimpinan
Raden Wjaya memang di wariskan dari
orang tuanya yang menjadi
Bupati Madiun, sehingga dia
memimpin desa kiara baok yang
kian lama kian bekembang.
Dari pemikahan Raden
Wijaya dan Puteri maka
terlahirlah dua orang
putera yang Sangat berbakti yaitu
:
1. Raden Candraprana
2. Raden
lmam
Dalam
sejarah disebutkan bahwa
Raden Candraprana menikah dengan
Raden Ayu Sumaentang yang merupakan
anak dari Bupati Bandung,
dan Raden lmam menikah dengan Puteri
Timbanganten dari limbangan. Dari kedua putera
Raden Wjaya inilah telah
lahir tokoh-tokoh masyarakat
yangdikenal bukan hanya di
daerah Garut tapijuga untuk
daerah di luar
kabupaten Garut. Adapun
kedua putera Raden Wijaya
ini memiliki keahlian
yang berbeda, untuk Raden Candraprana
dia lebih cenderung menguasai bidang politik dan tata pemerintahan sedangkan
Raden lmam lebih cenderung memiliki
kemampuan dalam penguasaan
bidang agama.
NAMA
KIARA BAOK MENJADI KARANGSARI
Pada tahun
1895 ketika itu yang
memangku jabatan kuwu
atau kepala desa
kiarabaok adalah Raden
Abdulah Sobandi,di tingkat
kewedanaan dan di tingkat
kabupaten nama kiara
baok selalu menjadi guyonan.
Untuk menghilangkan guyonan tersebut maka
atas prakarsa Raden Abdullah Sobandi
maka nama kiara baok diubah
menjadi kiara sari dan pada akhimya
menjadi karangsari dengan
harapan semoga desa ini
menjadi desa yang
indah ( dalam bahasa
sunda disebut desa anunyari) Raden Abdulah
Sobandi sendiri merupakan
salah satu Kepala
Desa yang Sangat beryeran
dalam perubahan tatanan Desa Karangsari dari
desa yang tradisional menjadi desa
yang maju,oleh karena itu
dia juga dikenal
dengan sebutan lurah bintang.
TOKOH YANG PERNAH
MENJABAT MENJADI KEPALA DESA
KARANGSARI
1. Rd.
Abdulah Sobandi (
1895 - )
2. M. Eyib
3. Mama
Runawijaya
4. Rd. Palawira
5. Rd. Oto Kartawijaya
6. Bpk Ruhiyat
7. Rd. Eman
Sulaeman
8. Bpk.
lding lskandar ( 1960
- 1964 ) Kepala Desa Definitif
9. Bpk.
Ejang Rohendi ( 1964
- 1965 )
10. Bpk. Maskin (
1965 - 1968 ) pejabat sementara
1 1. Bpk. Aceng
Hadin ( 1968 - 1980 ) Kepala Desa Definitif
12. Bpk. M. Olib
( 1980 - 1982 ) pejabat sementara
13. Bpk. Eutik Lukman
( 1982 - 1990 ) Kepala Desa Definitif