Kapur tohor, atau dikenal pula dengan nama kimia kalsium oksida (CaO), adalah hasil pembakaran kapur mentah (kalsium karbonat atau CaCO3) pada suhu kurang lebih 90 derajat Celcius.[5] Jika disiram dengan air, maka kapur tohor akan menghasilkan panas dan berubah menjadi kapur padam (kalsium hidroksida, CaOH)[6]
Saat kapur tohor disiram dengan air, terjadi reaksi sebagai berikut:
CaO (s) + H2O (l) Ca(OH)2 (aq) (ΔHr = −63.7 kJ/mol of CaO)
Fungsi
Reaksi kapur tohor dengan air yang memberikan energi berupa panas, telah lama diketahui dan dimanfaatkan untuk memasak dengan biaya yang murah. Catatan mengenai hal ini sudah dibuat oleh Al Razi dari Persia, namun belum terpikirkan untuk kegunaannya dalam memasak. Barulah pada era Victoria potensinya mulai disadari sebagai pengganti bahan bakar yang umum. Dan kini dipertimbangkan untuk makanan kaleng yang bisa memanaskan dirinya sendiri.[7] Kapur tohor yang dipanaskan hingga suhu 2400 derajat Celcius menghasilkan cahaya terang. Sifat ini dimanfaatkan dalam pembuatan panggung teater sebelum adanya lampu listrik.[8]
Kapur tohor dengan sifat basanya juga dimanfaatkan dalam pembuatan telur bitan.
Industri semen
Kapur tohor adalah bahan penting dalam pembuatan semen. Komposisi dan jenis kapur yang digunakan akan mempengaruhi hasil semen yang dihasilkan.[9]
Referensi
^ abHaynes, William M., ed. (2011). CRC Handbook of Chemistry and Physics (92nd ed.). CRC Press. p. 4.55. ISBN 1-4398-5511-0.
^Committee on Water Treatment Chemicals, Food and Nutrition Board, Assembly of Life Sciences, National Research Council (1982). Water Chemicals Codex. hlm. 20. ISBN0-309-07368-5.Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
^Gray, Theodore (2007). "Limelight in the Limelight". Popular Science: 84. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-10-13. Diakses tanggal 2013-07-01.Parameter |month= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)