Kapal selam kelas Matchanu
Kapal selam kelas Matchanu terdiri dari empat kapal selam pernah digunakan oleh Angkatan Laut Kerajaan Thailand. Kelas kapal selam ini dibangun di Jepang oleh Mitsubishi, dan ditugaskan pada tahun 1938 selama perang Prancis-Thailand dan Perang Dunia II. Kapal-kapal itu dinonaktifkan setelah Pemberontakan Manhattan pada tahun 1951 dan pembubaran Grup Kapal Selam Angkatan Laut Kerajaan Thailand. Konstruksi dan desainAngkatan Laut Kerajaan Siam telah menunjukkan minat pada kapal selam melalui berbagai usulan pengadaan yang dimulai pada tahun 1910. Namun, rencana ekspansi dibatasi oleh kendala keuangan kerajaan sepanjang awal abad kedua puluh.[1] Pada tahun 1934, Sindhu Kamalanavin, yang saat itu menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Laut, memimpin proyek pengadaan kapal perang yang disetujui oleh parlemen pada tahun 1935. Proposal termasuk anggaran 6,9 juta baht (630.000 GBP pada saat itu) untuk tiga kapal selam. Pelelangan kontrak diadakan pada Oktober 1935, dan dimenangkan oleh Mitsubishi Heavy Industries Jepang, yang menawarkan harga 820.000 baht (75.000 GBP) untuk satu kapalnya.[2] Perwira dan pelaut Angkatan Laut Kerajaan Siam dikirim ke Jepang untuk dilatih untuk mengoperasikan kapal selam oleh personel Angkatan Laut Kekaisaran Jepang.[2] Kelas kapal selam ini dibangun di Kobe, dengan dua kapal selam pertama diletakkan lunasnya pada 6 Mei 1936. Konstruksi yang lain dimulai pada 1 Oktober.[3] Grup pertama diluncurkan pada 24 Desember 1936, dan yang kedua pada 14 Mei 1937. Dua kapal selam pertama selesai dan dikirim ke Angkatan Laut Kerajaan Siam pada tanggal 4 September 1937, tanggal yang hingga kini dipandang oleh Angkatan Laut Thailand sebagai Hari Kapal Selam. Kapal selam yang lain dikirim pada 30 April 1938.[4] Kapal selam Angkatan Laut Thailand diberi nama sesuai dengan karakter sastra yang dikenal karena kemampuan selam mereka dari sastra Ramakien, Phra Aphai Mani, dan Khun Chang Khun Phaen. Kapal-kapal itu adalah: [5]
Kapal selam Thailand relatif kecil, karena dimaksudkan terutama untuk peran pertahanan pesisir.[6] Masing-masing kapal selam memiliki bobot 3.745 ton (3.686 ton panjang; 4.128 ton pendek) di permukaan laut dan 430 ton (420 ton panjang; 470 ton pendek) saat terendam. Keempatnya dipersenjatai dengan empat tabung torpedo 450-milimeter (18 in), ditambah meriam dek 76/25-milimeter (3-inci) dan senapan mesin 8-milimeter (0,31 in).[7] KarierKeempat kapal selam itu berangkat dari Kobe ke Thailand pada tanggal 5 Juni 1938. Mereka berhenti untuk mendapatkan persediaan di Keelung, Taiwan yang dikuasai Jepang pada 9 Juni, dan di Manila di Filipina pada 15 Juni. Mereka tiba di Pangkalan Angkatan Laut Sattahip pada 25 Juni, dan secara resmi disambut di Bangkok pada 29 Juni.[8] Mereka ditugaskan pada 19 Juli, demikian pula kapal pertahanan pesisir buatan Jepang, HTMS Sri Ayudhya. Awak kapal selam menjalani beberapa latihan pelatihan pada tahun 1938 dan 1939. Pada bulan November 1940, setelah sejumlah pertempuran perbatasan, Perang Franco-Thai di daerah perbatasan yang dipersengketakan dimulai ketika Angkatan Udara Kerajaan Thailand melakukan serangan udara di pangkalan militer di Indocina Prancis. Angkatan laut dimobilisasi untuk melindungi perairan teritorial Thailand, dan kapal selam melakukan pengintaian di Teluk Thailand. Namun, mereka tidak dapat mencegah kejutan serangan Angkatan Laut Prancis, yang mengakibatkan kerugian besar bagi Angkatan Laut Thailand pada Pertempuran Ko Chang pada 17 Januari 1941. Setelah pertempuran itu, kapal selam dikirim untuk berpatroli di sekitar Pangkalan Angkatan Laut Ream di Kamboja saat ini,[9] tetapi tidak ada lagi bentrokan angkatan laut yang terjadi dan Jepang segera menegosiasikan untuk mengakhiri perang. Kapal selam ini tetap beroperasi sepanjang Perang Dunia II, yang secara resmi diikuti oleh Thailand pada Januari 1942, tetapi tidak terlibat dalam pertempuran apapun. Namun, dua dari empat unit memang melakukan peran yang tidak konvensional selama perang. Pada 14 April 1945, lima bulan sebelum Jepang menyerah, Pabrik Pembangkit Listrik Samsen dan Wat Liab di Bangkok dibom selama serangan udara Sekutu, mengkibatkan ibu kota Thailand tidka dialiri listrik. Menanggapi permintaan dari Otoritas Ketenagalistrikan Bangkok, Matchanu dan Wirun berlabuh di Bangkok Dock Company dan berfungsi sebagai generator listrik untuk salah satu jalur trem Bangkok.[10] Setelah perang berakhir, persediaan dan suku cadang untuk kapal selam menjadi tidak tersedia karena pendudukan Sekutu dan pelucutan senjata Jepang. Selain itu, pabrik baterai Angkatan Laut Kerajaan Thailand tidak dapat menghasilkan baterai kuat yang dibutuhkan untuk kapal selam.[11] Layanan kapal selam Thailand berakhir setelah upaya kudeta terhadap pemerintah militer Plaek Pibunsongkhram yang dikenal sebagai Pemberontakan Manhattan. Kudeta yang gagal, yang dipimpin oleh sekelompok perwira angkatan laut pada tanggal 29 Juni 1951 menyebabkan Angkatan Laut kehilangan kekuasaan dan pengaruhnya. Grup Kapal Selam dibubarkan pada 16 Juli, dan keempat kapal dinonaktifkan pada 30 November 1951.[12] Kapal selam itu ditambatkan selama beberapa waktu di Sungai Chao Phraya dekat Dermaga Rumah Sakit Siriraj, tetapi mereka akhirnya dijual ke Perusahaan Semen Siam untuk dibesituakan. Bagian dari struktur atas Matchanu dilestarikan di Museum Angkatan Laut di Provinsi Samut Prakan, sebagai hampir satu-satunya pengingat bahwa Thailand pernah memiliki armada kapal selam.[13] Referensi |