Kapal perusak Jepang Yūdachi (1936)
Yūdachi (夕立 , "Badai di sore hari")[1] merupakan kapal perusak dari Skuadron Torpedo 3 dan juga kapal urutan ke-4 dari 10 bersaudari di kapal perusak kelas-Shiratsuyuyang dibangun oleh Angkatan Laut Kekaisaran Jepang dalam Program "Lingkaran Satu" (Maru Ichi Keikaku).[2] SpesifikasiYūdachi dilengkapi dengan 2 turbin poros Kampon dan 3 tungku pemanas yang dapat menghasilkan 42.000 tenaga kuda. Kecepatannya adalah 34 knots dan dipersenjatai dengan: Dua meriam Type 3 laras ganda dan satu meriam Type 3 laras tunggal berdiameter 5 inch 50 caliber, Dua senapan anti pesawat Type 93 berdiameter 13-mm, Dua tabung torpedo berlipat empat berdiameter 24 inch, serta 16 unit bom laut. KarierYūdachi ditempatkan dibawah Divisi Perusak ke-2 yang merupakan bagian dari Armada Kedua, bersama dengan saudari-saudarinya: Murasame, Harusame, dan Samidare. Divisi Destroyer 2 berangkat menuju Distrik Jaga Mako (Makung, Kepulauan Pescadores) dari Selat Terashima. Dari Mako, mereka meneruskan perjalanan ke Vigan untuk membantu invasi militer ke Kepulauan Filipina. Ia juga berperan dalam memberikan tembakan perlindungan bagi armada invasi ke Lingayen, Tarakan, dan Balikpapan. Ia juga sempat terlibat dalam Pertempuran Laut Jawa bersama dengan semua Divisi Perusak ke-2. Mereka bersama-sama menghadapi 2 kapal penjelajah berat, 3 kapal penjelajah ringan, dan 9 kapal perusak dari pihak Sekutu. Dan mereka berhasil menenggelamkan 1 kapal penjelajah berat, 1 kapal penjelajah ringan, dan 3 kapal perusak dengan pengorbanan 1 kapal perusak Jepang yang terluka parah. Dengan demikian pangkalan militer Jepang di Surabaya berhasil dibangun. Kemudian Divisi Perusak ke-2 melanjutkan perjalanan ke Teluk Subic dan melakukan blokade laut dari Manila dan membantu proses pendudukan Cebu. Setelahnya, Yūdachi diperintahkan untuk pulang ke Yokosuka dari Mako untuk menjalani perbaikan. Selama Pertempuran Midway, Yūdachi ditugaskan untuk mengawal pasukan inti pendudukan yang dipimpin oleh Admiral Kondo. Kemudian, dari Kure ia ditugaskan ke Singapura untuk membantu penyerangan ke Samudera Hindia, tetapi kemudian perintah itu dibatalkan karena adanya kabar bahwa Sekutu telah menguasai Guadalkanal. Pada 30 Agustus 1942, Yuudachi sampai di Pulau Shortland dari Pulau Truk untuk mendukung operasi transportasi personil militer di Guadalkanal. Ia mengawal satu konvoi kapal tongkang dari Shortland ke Gizo bersama dengan Murakumo. Ia kemudian ditugaskan untuk mengawal operasi Tokyo Ekspres bersama dengan Hatsuyuki dan Murakumo. Konvoi tersebut mendaratkan 1.000 pasukan ke Taivu, dan ia menenggelamkan USS Gregory dan USS Little yang merupakan kapal transportasi cepat eks-kapal perusak milik Amerika. Pada hari berikutnya, ia ditunjuk untuk menyerang konvoi Amerika di Guadalkanal. Karena tidak dapat menemukan konvoi yang jadi sasarannya, ia terpaksa diperbantukan ke Pertempuran Lapangan Udara Henderson bersama dengan Uranami, Shikinami, dan Ariake. Yuudachi menghabiskan hampir seluruh karier militernya selanjutnya sebagai kapal pengawal transportasi ke Guadalkanal. Ia juga sempat ditugaskan untuk memberikan tembakan dukungan pada Pertempuran Punggung Bukit Edson bersama dengan Uranami dan Murakumo. Lalu ia juga pernah ditugaskan untuk memburu konvoi musuh yang menuju ke Guadalkanal sebelum akhirnye kembali mengawal operasi Tokyo Ekspres kembali. Awalnya ia hadir dalam Pertempuran Lapangan Udara Henderson untuk menolong kapal penjelajah ringan Yura yang dibombardir dan menyelamatkan kru kapal Yura bersama dengan Harusame dan menenggelamkannya setelahnya. Akhirnya, ia mengawal tiga konvoi Tokyo Ekspres lagi sebelum akhirnya ia benar-benar ditempatkan di dalam armada di bawah Admiral Abe untuk menyerbu Lapangan Udara Henderson. Pertempuran terakhir Yuudachi terjadi pada fase ketiga dari keseluruhan proses Pertempuran Solomon, yaitu Pertempuran Guadalkanal I. Saat itu, Yuudachi bersama-sama dengan Amatsukaze menembus masuk formasi pertahanan armada Amerika yang terdiri dari 5 kapal perusak. Amatsukaze menenggelamkan USS Barton dan membuat USS Juneau (CL-52) rusak parah dengan torpedo, sementara Yuudachi menembakkan 8 torpedo ke arah formasi tersebut. Saat itu adalah hari Jumat ketigabelas. Waktu menunjukkan jam 01:25, tengah malam, cuaca amat buruk dan nyaris gelap gulita karena tidak ada bulan di langit. Di tengah kekacauan perang yang demikian, Yuudachi berhadapan dengan dua kapal perusak Amerika: USS Sterett dan USS Aaron Ward. Ia sedikit tidak menyadari keberadaan keduanya, dan kedua kapal tersebut menyerbunya dengan rentetan tembakan. Kapten kapalnya memerintahkan untuk 'angkat layar, bersauh!' menggunakan sprei kasur berwarna putih. Namun, pihak Amerika mengira bahwa 'layar sauh' Yuudachi adalah tanda 'menyerah' dan membuat mereka mengacuhkannya. Dan, Yuudachi membuka tembakannya pada kapal Sekutu yang lewat (salah satunya adalah USS Portland CA-33). Menurut James Hornfischer (kapten Portland) memerintahkan opsir meriamnya dan berkata "sink the S.O.B.".[3] Samidare segera menyelamatkan para kru Yuudachi namun gagal menenggelamkannya yang sudah rusak parah. Portland yang sudah rusak parah menjadi marah besar atas tindakan Yuudachi tersebut dan membalas tembakan tersebut serta membombardir kapal perusak yang sudah ditinggalkan oleh krunya tersebut dengan tanpa henti-hentinya sampai Yuudachi benar-benar hancur tanpa sisa. Samidare berhasil menyelamatkan 207 kru yang selamat termasuk Komandan Kikkawa. Sementara 26 jiwa kru Yuudachi tewas di tempat. Atas tragedi kekacauan dan kesalahpahaman itu, aksi Yuudachi ini selanjutnya akan dikenang di masa depan sebagai "Nightmare of Solomon". Yuudachi resmi tenggelam pada 13 November 1942 di kawasan Ironbottom Sound.
Kutipan
Referensi
Pranala luar
|