Kapal penjelajah Jepang Kiso

Kiso pada awal tahun 1942
Sejarah
Kekaisaran Jepang
Nama Kiso
Asal nama Sungai Kiso
Dipesan 1917 (Tahun Fiskal)
Pembangun Mitsubishi Heavy Industries
Biaya 6.915.078 JPY
Pasang lunas 10 Agustus 1918
Diluncurkan 14 Desember 1920
Mulai berlayar 4 Mei 1921
Dipensiunkan 20 Oktober 1944
Tidak beroperasi 20 Desember 1944
Dicoret 20 Maret 1945
Nasib Tenggelam oleh serangan pesawat milik USN di lepas pantai Cavite, Filipina pada 13 November 1944 14°35′N 120°50′E / 14.583°N 120.833°E / 14.583; 120.833
Ciri-ciri umum
Kelas dan jenis Kapal penjelajah kelas-Kuma
Berat benaman
  • 5.100 ton panjang (5.182 t) (standar)
  • 5.500 ton panjang (5.588 t) (muat penuh)
Panjang
  • 152,4 m (500 ft 0 in) (perpedikuler)
  • 158,6 m (520 ft 4 in) (garis air)
  • 162,15 m (532 ft 0 in) (keseluruhan)
  • Lebar 14,2 m (46 ft 7 in)
    Daya muat 4,8 m (15 ft 9 in)
    Tenaga 90.000 shp (67.000 kW)
    Pendorong
    Kecepatan 36 knot (41 mph; 67 km/h)
    Jangkauan 5.000 mil laut (9.300 km) pada 14 knot (26 km/h)
    Awak kapal 450 orang
    Senjata
    Pelindung
  • Sabuk: 64 mm (3 in)
  • Geladak: 29 mm (1 in)
  • Turet senjata:20 mm (1 in)
  • Menara pengawas:25–51 mm (1–2 in)
  • Pesawat yang
    diangkut
    1 x pesawat terbang apung
    Fasilitas penerbangan 1 katapel pesawat terbang

    Kiso (木曾) adalah kapal penjelajah ringan kelas-Kumayang terakhir, yang melayani Kekaisaran Jepang selama Perang Dunia II. Namanya berasal dari Sungai Kiso di tengah Honshū, Jepang.

    Konstruksi

    Mulai ditugaskan pada 4 Mei 1921 di Nagasaki, Kiso merupakan kapal kelima dan terakhir dari keluarga kelas Kuma sekaligus bisa dikatakan sebagai versi 'besar'-nya Tenryuu dengan kecepatan, daya jelajah, jangkauan meriam, dan persenjataan yang lebih hebat dan banyak dari Tenryuu. Kiso sendiri paling unik di antara keempat saudarinya, karena ia satu-satunya yang memiliki hangar pesawat di depan anjungannya, sehingga membuat anjungannya lebih tinggi daripada para saudarinya.[1] Selain itu, ia satu-satunya kapal kelas Kuma yang diberi penutup anti hujan di kedua cerobong asap depannya, sehingga semakin bertambahlah unik penampilannya di mata kawan maupun lawannya.[2]

    Masa dinas

    Karier militernya pada masa pra-perang pasifik dimulai pada peristiwa Intervensi Siberia, dimana Jepang harus melawan Bolshevik Red Army dan Kiso bertugas untuk mengawal pendaratan tentara Jepang di Rusia. Setelah peristiwa tersebut Kiso ditempatkan di Port Arthur untuk berpatroli di Perairan China Timur. Sebulan sebelum penyerangan ke Pearl Harbor, Kiso diberi kamuflase Artik dan mulai aktif di perairan utara dekat Kutub Utara. April 1942, perannya dibantu juga oleh saudarinya, Tama. Dan bersama-sama dengan Jintsū, ia turut serta dalam usaha pengejaran Doolittle Raid yang berakhir dengan sia-sia.[3]

    Selama Mei 1942 sampai dengan Maret 1943, Kiso dan juga Tama terlibat dalam Operasi AL/MI dimana mereka berdua ditandemkan untuk menjalani Kampanye Kepulauan Aleut ke Pulau Kiska dan Pulau Adak. Sesaat sebelum masa tugasnya di laut utara selesai pada bulan Agustus 1943, Kiso mendapatkan remodel terutama di Radar Tipe 21, lampu tembak, dan meriam pertahanan udaranya. Sampai akhir masa tugasnya di Laut Utara, Kiso berhasil mengevakuasi 1189 tentara dari Kiska kembali ke Jepang.[4]

    Setelahnya, Kiso tidak banyak terlibat dalam perang skala besar ataupun yang penting, hanya beberapa konfrontasi kecil dan berkali-kali mendapatkan perawatan di pangkalan Jepang. Pada saat awal persiapan Pertempuran Teluk Leyte pada 20 Oktober 1944, Kiso yang masih berada di Jepang membawa misi mengangkut pasokan amunisi dan logistik untuk Armada Kurita dan baru bisa berangkat pada saat Armada Kurita sedang bertempur di Pertempuran Samar. Pada saat Kiso sudah bisa bergabung dengan sisa armada yang masih hidup, mereka memutuskan untuk pulang ke Jepang. Kiso, Jun'yō, Tone, dan Divisi Perusak 30 justru ditempatkan di Manila. Dan Kiso juga menjadi kapal bendera untuk Armada Kelima, menggantikan Abukuma yang tenggelam di Pertempuran Selat Surigao.[5]

    Nasib

    Pada 13 November 1944, Kiso yang diperintahkan untuk segera lari ke Brunei pada malam harinya karena adanya ancaman kapal induk Amerika di Luzon, harus menghadapi lebih dari 350 pesawat pembom torpedo dan pesawat pembom tukik dari gabungan Hornet, Monterey, Cowpens, Essex, Ticonderoga, Langley, Enterprise dan San Jacinto hanya sendirian. Merasa bahwa Kiso sudah tak dapat bertahan lagi, Kapten Imamura dan 103 kru yang masih hidup memutuskan untuk meninggalkan kapal ini.[2]

    Kiso dihapus dari daftar angkatan laut pada tanggal 20 Maret 1945. Baru pada 15 Desember 1955, Kiso kembali ditemukan oleh sebuah perusahaan Jepang dan diangkat kembali ke pantai Filipina untuk dibesituakan.[4]

    Referensi

    1. ^ Gardner, Conway's All the World's Fighting Ships, 1906–1921; hal. 238
    2. ^ a b Stille, Imperial Japanese Navy Light Cruisers 1941-45 , hal. 14-19;
    3. ^ Cressman, The Official Chronology of the U.S. Navy in World War II; hal. 89
    4. ^ a b [1] CombinedFleet.com: Kiso Tabular Record of Movement;
    5. ^ Willmott, The Battle of Leyte Gulf; hal. 223

    Bacaan lanjutan

    Pranala luar