Kaneyoshi Muto (武藤 金義code: ja is deprecated , Mutō Kaneyoshi, 18 Agustus 1916 – 24 Juli 1945) adalah seorang pilot angkatan laut dan penerbang ulung selama perang Dunia 2, dikenal karena keterampilannya menerbangkan pesawat fighter. Sesama Ace Saburō Sakai memanggilnya "sang jenius di udara."
Karier
Muto lahir pada tanggal 18 Agustus 1916 dari keluarga petani di Desa Oji, Distrik Ama, Prefektur Aichi (saat ini Kota Oji), ia adalah putra ketiga dari tujuh bersaudara. Orang tua nya terkadang membuat kerangka untuk kipas bambu sebagai pekerjaan sampingan. Ayahnya pernah bertugas di Perang Rusia-Jepang.
Ketika dia duduk di bangku kelas empat sekolah dasar, Muto dikirim ke rumah pamannya, yang merupakan kepala pendeta di kuil Zen di Tajimi, untuk melayani sebagai pekerja kuil, tetapi Muto tidak memenuhi kebutuhannya dan kembali ke rumah setelah sekitar tahun. Setelah mengikuti kursus biasa di SMP Ohdomari, ia masuk ke SMP Prefektur Daisan di Kota Tsushima
Atas permintaan ayahnya, ia menjadi pegawai tetap di sebuah toko rajut di Nagoya, namun Muto tidak terlalu menyukai pekerjaannya, sehingga ibunya memaksanya untuk berhenti, dan ia mengambil pekerjaan sebagai pembuat manisan di Furoen, sebuah perusahaan permen yang sudah lama berdiri disana. Namun, karena penjualan eceran dan grosir tidak berjalan dengan baik, ia memutuskan untuk bergabung dengan Angkatan Laut, dan pada tanggal 1 Juni 1935, ia bergabung dengan Korps Marinir Kure dan bertugas di kapal perusak Uranami.
Pada tanggal 23 Desember 1935, ia diangkat sebagai pilot trainee ke-32 dan Lulus dari kursus yang sama pada bulan Juli 1936. Menerima pendidikan lanjutan di Korps Udara Omura.
Perang Sino-Jepang ke-2
Pada bulan Oktober 1937, dia ditugaskan ke Korps Udara ke-13. Saat invasi ke Shanghai dan berpartisipasi dalam pertempuran tersebut. Pada tanggal 4 Desember 1937, sebuah pesawat tempur I-16 yang dikemudikan oleh Yue Yiqin dari Tentara Republik Tiongkok ditembak jatuh di Nanjing. Ini adalah Kill pertama Muto. Pada 12 Desember di tahun yang sama dia dipindahkan ke Skuadron Udara ke-12 dan terus berperan aktif dalam serangan di Nanjing, Nanchang , dan Hankou, Muto menembak jatuh total lima pesawat militer Republik Tiongkok, menjadi orang nomor satu yang menembak jatuh pesawat musuh selama Insiden Tiongkok. Pada bulan Oktober 1938, dia kembali ke Jepang. Dia bekerja sebagai guru di Angkatan Udara Oita, Angkatan Udara Suzuka, Korps Udara Motoyama, dll. Ia juga pernah menjadi instruktur Hiroyoshi Nishizawa[1]
Perang Pasifik
saat pecahnya Perang Pasifik, Skuadron ini berpartisipasi dalam serangan terhadap Lapangan Udara Clark Field di Filipina sebagai Wingman kedua Kapten Tamotsu Yokoyama .
Pada bulan April 1942, ia ditugaskan ke Korps Udara Angkatan Laut Wonsan (berganti nama menjadi Skuadron Udara ke-252 pada bulan November tahun yang sama). Menurut Letnan Kazumasa Mimori, bahkan ketika Unit lain berangkat, Muto tetap berada di sisinya sambil berkata, "Apa pun yang terjadi, saya tidak akan meninggalkanmu, jadi jangan khawatir". Isamu Miyazaki menggambarkan Muto sebagai orang yang bertubuh kecil namun cerdas dan ceria yang dicintai oleh semua orang "Muto sering melontarkan lelucon dan membuat semua orang di sekitarnya tertawa. Dia selalu ceria dan berusaha meningkatkan semangat semua orang. semua orang memanggilnya Kim-san dan Kim-chan"[2]
Pada tanggal 21 Oktober 1943, ia menikah dengan istrinya Kiyoko. Karena Muto sedang bertugas, foto pernikahannya diambil terpisah dan ditempel menjadi satu. Menurut Kiyoko, saat melahirkan putri satu-satunya, ia sangat bahagia karena mengira akan terus memiliki keturunan.
Pada bulan November 1944, ia menjabat sebagai instruktur di Korps Udara Angkatan Laut Yokosuka. Pada bulan Juni 1944, ia bergabung dengan unit serangan udara Yawata sebagai unit pengiriman udara horizontal dan maju ke Iwo Jima. Pada tanggal 24 Juni, pesawat ini mencegat pesawat tempur Grumman F6F dari Satuan Tugas 58 Angkatan Laut AS, dan pada hari yang sama, Muto mengawal pesawat serang Mitsubishi G4M sebagai Wingman kedua Kapten Sadao Yamaguchi.
Pada tanggal 3 dan 4 Juli, dia berpartisipasi dalam pencegatan pesawat kapal induk AS. Pasukan yang dikirim kembali ke Jepang setelah kehilangan pesawatnya dalam serangan udara
Pada tanggal 17 Februari 1945, Muto yang menerbangkan pesawat Kawanishi N1K2 Shiden-Kai bercat oranye (yang berarti itu masih sebuah Prototipe) menantang 12 formasi Grumman yang terbang di atas Pangkalan Udara Atsugi dan melaporkan menembak jatuh empat pesawat. Cara dia memancing musuh keluar dari grup satu per satu dan menembak jatuh mereka mengingatkan rekan-rekanya pada duel Ichijoji Kudamatsu dalam novel karya Miyamoto Musashi, dan sejak saat itu, dia dikenal di angkatan laut sebagai "Miyamoto Musashi dari Langit".
Pada bulan Juni 1945, ia dipindahkan ke Skuadron Tempur ke-301 (juga dikenal sebagai Unit Shinsen-gumi) dari Krops Angkatan Udara ke-343 (selanjutnya disebut sebagai Kōkūtai ke-343). Yang dipimpin oleh Kolonel Minoru Genda, meminta agar Muto ditunjuk sebagai pengawalnya dikarenakan Naoshi Kanno menggantikan posisi Shoichi Sugita yang tewas dalam aksi pada 15 April.
Kōkūtai ke-343 memulai negosiasi dengan Letnan Saburo Sakai dalam bentuk pertukaran personnel, namun negosiasi tersebut sulit dan diselesaikan setelah berkonsultasi dengan personel dari Biro Personalia, Yokosora menentang pertukaran ini, terutama dari Kapten Yuzo Tsukamoto. Akibatnya, diputuskan untuk mengirimkan 2 dua personel yaitu Saburo Sakai dan Takejiro Noguchi dari Kōkūtai ke-343.
Muto, yang telah menduduki jabatannya sebagai Wingman, berjanji kepada Minoru Genda, "Sekarang saya di sini, saya tidak akan membiarkan kapten mati"
Kematian
24 Juli 1945, 21 pesawat termasuk Muto, berangkat dari Omura untuk mencegat pesawat berbasis kapal induk dari gugus tugas AS. Pada pertempuran di Selat Bungo,
Muto menyerang formasi musuh dan juga melindungi Naoshi Kanno dari pesawat musuh.
Selama pertempuran sengit tersebut, Muto menepati janjinya kepada Minoru Genda untuk selalu melindunginya, namun Muto tidak pernah kembali dari pertempuran tersebut.
Nasib jelas Muto tidak diketahui, diketahui ada enam anggota Angkatan Udara 343, termasuk Muto dan Kapten Takashi Oshibuchi yang merupakan komandan dari skuadron Ishin-tai, tidak kembali dari pertempuran hari itu.
Muto secara anumerta dipromosikan menjadi letnan. Dan total Jumlah pesawat yang dia tembak jatuh selama Perang Pasifik adalah 30 pesawat.
Pada bulan November 1978, Pesawat Kawanishi N1K2 yang diyakini sebagai salah satu pesawat yang tidak kembali di tanggal 24 Juli 1945, ditemukan oleh nelayan lokal di Teluk Jouhen berkisar 40meter dibawah laut, Distrik Minamiuwa.
Meskipun sulit untuk diidentifikasi siapa yang menerbangkan pesawat tersebut karena tidak ada tanda atau adanya barang pribadi yang tersisa, kemungkinan besar itu adalah pesawat Kaneyoshi Muto, karena tampaknya berasal dari Skuadron Tempur ke-301.
Berdasarkan keterangan orang-orang yang menyaksikan pendaratan paksa pesawat tersebut, diyakini bahwa pilot telah terjun karena suatu alasan, seperti tertembak atau pesawat tidak berfungsi, kemudian melakukan pendaratan paksa di air dengan ekor menyentuh air dahulu, meluncur di atas air lalu tenggelam dengan moncong menyelam ke bawah.
Ryuzo Inoue yang merupakan salah satu saksi mengatakan "pada awalnya kami tak mengira bahwa itu adalah pesawat Jepang sampai kami menyadari adanya Hinomaru di sayapnya.... Pesawat itu mendarat di air, kami bergegas untuk menolongnya, tetapi saat kita sudah sampai di sana semua itu sudah terlambat pesawat itu tenggelam tepat di depan mataku. Aku memang melihat seseorang dalam kokpit tapi tak ada tanda-tanda dia bergerak sekalipun"
Referensi
紫電改:最後の戦闘機(Shiden-kai:The last Fighter) documentary film about Shiden-kai
[3]