Kadipaten, Andong, Boyolali
SejarahBerdasarkan cerita turun temurun masyarakat setempat, sejarah terbentuknya desa ini berkaitan dengan sejarah Kerajaan Demak Bintoro pada masa kekuasaan Sultan Trenggono. Pada masa itu, terjadi perebutan kekuasaan di Kerajaan Demak antara Sultan Trenggono dengan Harya Penangsang. Penguasa Tuban, Adipati Jipang Panolan, juga menginginkan tahta Kerajaan Demak sehingga menimbulkan perang antara Harya Panangsang dengan Suta Wijoyo. Sebagian besar kerabat Keraton Demak tidak senang dengan kekerasaan dan pertumpahan darah yang terjadi dalam perebutan kekuasaan itu. Pejabat keraton Demak sebagian memilih mengasingkan diri ke arah selatan Demak. Salah satunya adalah Pangeran Samudra yang memilih menetap di Modran, Sumberlawang, Sragen. Setelah meninggal, Pangeran Samudra dimakamkan di Gunung Kemukus Sumberlawang Sragen. Sementara itu, Senopati Ontosari pindah dari Modran menuju arah barat dan menetap di sebuah pedukuhan yang sekarang dikenal dengan nama Desa Kadipaten. Senopati Ontosari lalu membangun sebuah perkampungan dan menyamar sebagai petani bernama ertosari. Dia juga menjadi seorang tokoh agama atau kyai dan mengembangkan ajaran Islam di kampung itu. Setelah perkampungan itu berkembang, Ontosari mendirikan sebuah kadipaten. Bukti peninggalan Ontosari yang juga dikenal warga sebagai Eyang Mertosari adalah sebuah batu alas salat yang masih ada cap telapak tangan, wajah, dan kaki. Pembagian wilayahDesa Kadipaten terdiri dari dukuh[1]:
Referensi
|