KRI Taliwangsa (870)
|
Sejarah |
Indonesia
|
Nama |
KRI Taliwangsa |
Asal nama |
Ular taliwangsa |
Pembangun |
Fasilitas Pemeliharaan dan Perbaikan Kapal Perang TNI AL Manokwari (Fasharkan), Manokwari, Indonesia |
Mulai berlayar |
6 Agustus 2004 |
Identifikasi |
870 |
Ciri-ciri umum
|
Kelas dan jenis |
patroli kelas Kobra |
Berat benaman |
90 ton |
Panjang |
36 meter (118,11 ft) |
Lebar |
5,75 meter (18,86 ft) |
Pendorong |
3 x mesin (total 3.300 HP) |
Kecepatan |
15-25 knot (maksimal) |
Jangkauan |
18.520 kilometer (10.000 nmi) |
Daya tahan |
5 hari |
Kapasitas |
20 orang |
Senjata |
Kanon Oerlikon 20 mm/70 : 1 pucuk, kecepatan tembakan 250-320 rpm, dengan jangkauan maksimum 4,3 km dengan berat amunisi 0,1 kg, anti kapal (terbatas), pesawat udara, helikopter. Senapan Mesin 12,7 mm : 1-2 pucuk. |
KRI Taliwangsa (870) adalah sebuah kapal patroli cepat kelas Kobra tipe PC-36 fiberglass milik Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut dalam jajaran Komando Armada II. Kapal ini dibuat di Indonesia oleh Fasilitas Pemeliharaan dan Perbaikan Kapal Perang TNI AL Manokwari (Fasharkan) Manokwari.[1]
KRI Taliwangsa tenggelam pada tanggal 16 Maret 2010 di perairan Selat Makassar. Kapal ini sangat berjasa saat sengketa Ambalat dengan Malaysia.[2]
Nama
Nama Taliwangsa diambil dari nama jenis ular taliwangsa/ular cincin emas (Boiga dendrophila) dari Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu. Nama kelas Kobra berasal dari hewan kobra
Spesifikasi
Secara umum, KRI Taliwangsa memiliki panjang keseluruhan 36 meter, lebar 5,75 meter, sarat air 1,30 meter dan berbobot 90 ton. Kapal ini digerakkan oleh tiga mesin pokok masing-masing berkekuatan 1200 HP, mampu melaju hingga 30 knot. Dengan kecepatan jelajah 17 knot, kapal ini bisa berlayar hingga lima hari dengan 20 orang ABK. Biaya pembuatan kapal ini disebut-sebut cukup ekonomis, yakni sekitar Rp12 miliar. Jauh lebih murah ketimbang mengimpor kapal patroli dari luar negeri.[3]
Ciri khas dari kapal patroli ini salah satunya adalah kapal ini dilengkapi dengan dudukan senjata PSU (penangkis serangan udara) meriam kanon Oerlikon 20mm/70 MK4 pada bagian haluan, dengan jarak tembak mencapai 4000 meter, kecepatan tembaknya hingga 650 peluru per menit. Dengan tipe peluru HE (high explosive), jarak tembak efektifnya adalah 1.000 meter.[4]
Senjata ini punya massa keseluruhan 264 kg, sedangkan untuk larasnya memiliki massa 68 kg. Panjang senjata keseluruhan adalah 2144 mm, sementara panjang larasnya saja 1406 mm. Senjata ini menggunakan sistem magasin untuk amunisinya, berbentuk tromol dalam satu magasin bisa memuat 60 peluru.[4]
Selain Oerlikon 20 mm di haluan, setiap kapal PC-36 dan PC-40 dibekali dua pucuk SMB (senapan mesin berat) DShK-38 kaliber 12,7 mm buatan Rusia pada bagian buritan.[4]
Sejarah
Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Bernard Kent Sondakh meresmikan KRI Taliwangsa 870 bersama-sama dengan KRI Boa (807), KRI Welang (808) di atas kapal KRI Tanjung Dalpele di perairan Teluk Jakarta tanggal 6 Agustus 2004.[5]
Kapten pertama KRI Talawangsa adalah Kapten Laut (P) Slamet Nurdiharto[3]
KRI Taliwangsa tenggelam pada tanggal 16 Maret 2010 di perairan Selat Makasar. Kapten terakhir yang diberitakan adalah Kapten Laut Suyadi.[6]
Misi-misi
Beberapa misi yang pernah dilakukan oleh KRI Taliwangsa (870):
Tanggal
|
Misi
|
28 Juni 2004(?)
|
Menyelamatkan penumpang KM Mufakat I yang tenggelam di perairan Pulau Mafia, Kabupaten Biak Numfor[1]
|
29 Jul 2005
|
Menangkap kapal Tiongkok ilegal[7]
|
5 April 2006
|
Patroli perbatasan Papua-Australia guna mencegah WNI asal Papua yang berusaha mencari suaka ke Australia[8]
|
22 Ags 2006
|
Menangkap kapal ikan ilegal di perairan Biak[9]
|
16 Sep 2007
|
Menangkap kapal Tiongkok ilegal di perairan Biak[10]
|
29 Juni 2009
|
Menangkap kapal Tiongkok ilegal di perairan dekat Sorong[11]
|
30 November 2009
|
Menangkap dua kapal tanpa dokumen lengkap di perairan Halmahera[12]
|
23 Februari 2010
|
Menangkap kapal pengangkut kayu ilegal di Laut Flores[6]
|
Pranala luar
Referensi
Templat:Kapal patroli kelas Kobra