Jubair bin Muth'im
Jubair bin Muth'im (bahasa Arab: جبير بن مطعم) adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad. Beliau masuk Islam setelah pada awalnya seorang kafir di Makkah. BiografiBeliau termasuk anggota Bani Naufal dari suku Quraisy yang ada di Mekah, beliau adalah anak dari Muth'im bin Adi, tokoh yang merawat Nabi Muhammad selepas perlakuan yang tidak mengenakkan dari para penduduk kota Thaif.[2][3] Jubair bin Muth'im terkenal atas penguasaan beliau terhadap ilmu nasab orang Arab, yang beliau akui dipelajarinya langsung dari sahabat Abu Bakar.[2] Hingga tahun ke-3 Hijriyah, Jubair masih menjadi tunangan dari putri Abu Bakar, Siti Aisyah. Rencana pernikahan keduanya ini kemudian dibatalkan, tepat setelah wafatnya istri pertama Nabi Muhammad, Siti Khadijah. Karena takut Jubair akan segera masuk islam, Siti Aisyah menikah dengan Nabi Muhammad pada bulan Mei atau Juni tahun 620 M.[3] Pada bulan September 622, Jubair sebelum masuk islam, adalah salah satu dari tokoh kaum musyrikin Makkah yang terlibat dalam komplotan yang berencana untuk membunuh Nabi Muhammad namun kemudian gagal.[2] Pada Pertempuran Uhud Jubair menyuap budaknya yaitu Wahshy ibn Harb dengan dijanjikan kemerdekaan untuk membunuh Hamzah ibn 'Abdul Muthalib karena Hamzah telah membunuh paman Jubair pada perang Badar.[2] Dia memeluk Islam pada periode kira-kira antara Perjanjian Hudaibiah (628) dan Penaklukan Mekah (630) dan kemudian memutuskan untuk hijrah dan menetap di Madinah.[4] Jubair memiliki dua orang putra, yang pertama adalah Nafi',[5] digambarkan sebagai orang yang "produktif dalam menyambung hadis,"[2] dan Muhammad,[6] dianggap sebagai salah satu dari suku Quraisy yang paling terpelajar.[2] Namun, nama panggilan beliau sebagai Abu Abdullah,[4] menunjukkan kemungkinan adanya putra lain bernama Abdullah. NarasiJubair termasuk dalam rijal Isnad dari beberapa hadits.
Referensi(Lihat Diskusi)
|
Portal di Ensiklopedia Dunia