José María Canlás Sison (lahir 8 Februari 1939) adalah seorang penulis dan intelektual yang mengorganisasi kembali Partai Komunis Filipina dengan menggabungkan unsur-unsur dari Maoisme. Sejak Agustus 2002, ia digolongkan sebagai "pendukung terorisme" oleh Amerika Serikat, Uni Eropa dan negara-negara Barat penting lainnya. Ia disamakan dengan Abimael Guzmán dari Peru, pendiri Sendero Luminoso (Jalan Bersinar) karena ajaran-ajarannya yang mengandung kekerasan.
Sison lulus dari Universitas Filipina pada 1959, namun sebelumnya ia belajar di Indonesia, lalu kembali ke Filipina untuk mengajar sebagai dosen. Pada tahun 1960-an, ia membentuk dan menjadi ketua Komite Sentral Partai Komunis Filipina (CCCPP), sebuah organisasi dengan filsafat Marxis-Leninis, yang berakar dari pengalamannya sebagai seorang pemimpin pemuda dan buruh nasional serta aktivis reformasi tanah. Selama dasawarsa itu, CCCPP mengorganisasi Tentara Rakyat Baru (NPA), sayap militer gerilya Partai tersebut. Hingga kini NPA aktif mengadakan gerakan gerilya di seluruh Filipina, khususnya di bagian utara. Ia mengasingkan diri di Belanda setelah era Ferdinand Marcos. Ini terjadi setelah ia dilepaskan dari penjara oleh pemerintahan Corazón Aquino demi rekonsiliasi nasional. Pembebasan Sison diprotes keras oleh pihak militer. Dilaporkan bahwa ketika ia dibebaskan, Sison dan pengikut-pengikutnya secara aktif berusaha mendiskreditkan pemerintahan Aquino di media Eropa. Akibatnya, Corazon Aquino tidak berhasil memperoleh Penghargaan Nobel untuk Perdamaian Dunia pada 1986.
Setelah serangan terhadap World Trade Center pada 11 September 2001, Presiden Gloria Macapagal-Arroyo bergabung dengan Presiden AS, George W. Bush, dalam menggunakan tragedi itu sebagai sarana untuk mengecap Sison sebagai seorang teroris - meskipun hal itu banyak diprotes oleh para politikus terkemuka Filipina. Akibatnya, status perlindungan Sison dipertanyakan dan ia mengalami kesulitan karena tidak mempunyai tanah air.
Sekarang ini ia menjadi Konsultan Politik Utama dari Front Demokratis Nasional Filipina. Sejak 1987, Sison menetap di Belanda dengan status sebagai pelarian politik. Sebuah keputusan pengadilan pada 2004 oleh Uni Eropa mengancam status Sison sebagai penduduk Eropa dan diduga akan menyebabkan ia segera diusir dari sana.
Tuduhan
- Bekas Senator Jovito Salonga menuduh Sison sebagai otak Pengeboman Plaza Miranda pada waktu Konvesi Partai Liberal untuk memaksa Marcos menunda habeas corpus dan menandatangani Proklamasi No. 1081 yang mengawali kehadiran Undang-undang DArurat di Filipina. Tuduhan ini telah diverifikasi oleh bekas anggota CPP seperti Víctor Corpus, Alex Magno dan lainnya.
- Ia juga dituduh sebagai otak dari pembersihan intern berdarah terhadap rekan-rekan sesama anggota CPP/NPA yang dicurigai sebagai agen-agen militer yang menyusup pada tahun 1980-an dan 1990-an. Pembersihan in menyebabkan matinya ribuan orang. Bukti-bukti pembersihan berdarah ini mulai bermunculan dengan ditemukannya kuburan massal di Provinsi Quezon, Laguna, dan di sejumlah wilayah Mindanao. Bekas anggota CPP/NPA, Robert Francis Garcia menulis sebuah catatan yang mengganggu tentang pembunuhan liar dalam gerakan komunis itu dalam bukunya yang banyak dipuji, To Suffer Thy Comrade.
- Ia dilaporkan sebagai otak di balik pembunuhan terhadap lawan-lawan ideologisnya seperti Popoy Lagman, Romulo Kintanar, Hector Mabilangan dan sejumlah bekas anggota CPP yang dipandang Sison sebagai ancaman terhadap dominasinya di lingkungan gerakan komunis dan kelompok-kelompok yang sealiran di Filipina seperti Bayan Muna, Gabriela, dan Kilusang Mayo Uno (Gerakan 1 Mei).
Kutipan
"Rakyat di seluruh dunia, termasuk kekuatan-kekuatan progresif Amerika, mesti memperingatkan rakyat Amerika agar tidak terseret oleh sikap sok jagoan, histeria perang, dan genderang perang anti Arab dan anti Muslim."
- Jose Maria Sison "At Home in the World: Portrait of a Revolutionary"
Rujukan