Ia belajar topografi dan survei di Luanda dan mengambil jurusan kartografi di Swiss. Ia merupakan presiden Uni Demokrat Timor (UDT) yang juga ia dirikan. Ia memimpin kudeta 11 Agustus 1975 yang kemudian menimbulkan perang saudara. Hal tersebut memaksa gubernur Mario Lemos Pires kabur serta pasukan Portugis ditempatkan di pulau terdekat Ataúro. Akibatnya, Carrascalão pundah ke Australia dan menetap disana sepanjang masa integrasi Indonesia. Ia mengintegrasikan badan-basan utama dari CNRT. Ia pulang saat Timor Leste merdeka.
Dalam pemilihan umum presiden tahun 2007, ia meraih peringkat kedelapan dan terakhir dengan 1.72% suara.[2] Ia kemudian menjabat sebagai duta besar Timor Leste untuk Korea Selatan dari 2009 sampai kematiannya pada 2012.
Dia adalah Direktur Departemen Survei Geografis dan Kadaster selama Pemerintahan Portugis di Timor dan Menteri Infrastruktur selama Pemerintahan Transisi Timor Timur oleh UNO (UNTAET).