Projek yang dijalankan JPL termasuk misi JupiterGalileo dan Mars rover. Hingga 2005 JPL telah mengirim misi ke seluruh planet di tata surya kita, kecuali Pluto (yang sejak 2006 telah diubah klasifikasinya menjadi planet katai, sehingga semua planet telah dijelajahi). Selain telah melaksanakan pemetaan yang ekstensif terhadap Bumi, JPL juga mengatur Deep Space Network di seluruh dunia, dengan fasilitas di Gurun Mojave di Kalifornia, dekat Madrid, Spanyol, dan dekat Canberra, Australia.
Diperkirakan ada 5.000 pekerja penuh waktu, dan ribuan kontraktor. Laboratorium ini memiliki "open house" setahun sekali pada satu hari Sabtu di bulan Mei, di mana masyarakat umum diundang untuk tur dalam fasilitas mereka dan melihat demonstrasi langsung sains dan teknologi JPL. Tur pribadi terbatas juga dapat diatur sepanjang tahun bila diatur sebelumnya. Ribuan anak sekolah dari California Selatan dan sekitarnya juga mengunjungi lab ini setiap tahun.
Sejarah
JPL memulai sejarahnya pada tahun 1936 di Guggenheim Aeronautical Laboratory di California Institute of Technology (GALCIT), saat serangkaian eksperimen roket pertama di Amerika Serikat berlangsung di Arroyo Seco.[1] Kegiatan awal ini melibatkan mahasiswa pascasarjana Caltech seperti Frank Malina, Qian Xuesen[2], Weld Arnold, Apollo M. O. Smith, Jack Parsons, dan Edward S. Forman. Mereka sering disebut "Suicide Squad" karena eksperimen mereka yang berbahaya. Bersama-sama, mereka menguji mesin kecil berbahan bakar alkohol untuk keperluan penelitian tesis Malina.[3] Pembimbing Malina, insinyur sekaligus ahli aerodinamika Theodore von Kármán, kemudian memperoleh dukungan finansial dari Angkatan Darat AS untuk proyek ini, yang dikenal sebagai "GALCIT Rocket Project," pada tahun 1939.
Awal Pengembangan Roket
Pada awal proyek, fokus utama adalah mengembangkan teknologi roket. Pada 1941, Malina, Parsons, Forman, Martin Summerfield, dan pilot Homer Bushey mendemonstrasikan roket bantu lepas landas (Jet-Assisted Takeoff/JATO) pertama di depan Angkatan Darat. Pada 1943, von Kármán, Malina, Parsons, dan Forman mendirikan Aerojet Corporation untuk memproduksi roket JATO.[4] Proyek ini kemudian dikenal sebagai Jet Propulsion Laboratory pada November 1943, menjadi fasilitas Angkatan Darat yang dioperasikan melalui kontrak dengan universitas. Pada tahun yang sama, Qian dan dua rekannya membuat dokumen pertama yang menggunakan nama Jet Propulsion Laboratory.[4]
Dalam sebuah konferensi NASA tentang sejarah pengembangan roket, Malina menyatakan bahwa pekerjaan JPL "dianggap mencakup" penelitian yang dilakukan oleh GALCIT Rocket Research Group sejak 1936. Pada 1944, Parsons dikeluarkan karena "metode kerjanya yang tidak ortodoks dan tidak aman," setelah FBI beberapa kali menyelidiki keterlibatannya dalam ilmu gaib, narkoba, dan perilaku bebas.[5]
Selama menjadi laboratorium milik Angkatan Darat, JPL mengembangkan dua sistem senjata penting, yaitu rudal balistik jarak menengah MGM-5 Corporal dan MGM-29 Sergeant, yang menjadi rudal balistik pertama AS yang dikembangkan di JPL. JPL juga membuat beberapa prototipe sistem senjata lainnya, seperti sistem rudal anti-pesawat Loki dan pendahulu roket penelitian Aerobee. JPL kerap menguji coba roketnya di White Sands Proving Ground, Edwards Air Force Base, dan Goldstone, California.[6]
Transisi ke NASA
Pada tahun 1954, JPL bekerja sama dengan para insinyur Wernher von Braun di Redstone Arsenal milik Army Ballistic Missile Agency di Huntsville, Alabama, untuk mengusulkan peluncuran satelit selama periode Tahun Geofisika Internasional. Tim ini kalah dalam proposal tersebut oleh Project Vanguard dan memulai proyek rahasia untuk menguji teknologi ablasi pada roket Jupiter-C. Mereka berhasil melakukan tiga penerbangan sub-orbital pada tahun 1956 dan 1957. Dengan menggunakan Juno I cadangan (Jupiter-C yang dimodifikasi dengan tahap keempat), kedua organisasi ini meluncurkan satelit pertama Amerika Serikat, Explorer 1, pada 31 Januari 1958.[7] Prestasi ini menjadi pencapaian penting yang menandai era baru bagi JPL dan AS dalam perlombaan luar angkasa.
Kurang dari satu tahun kemudian, pada Desember 1958, JPL dipindahkan ke badan baru, National Aeronautics and Space Administration (NASA). Setelah transisi ini, JPL menjadi pusat utama NASA untuk pesawat antariksa planet, memimpin desain dan operasi berbagai misi bulan dan antarplanet. Transfer ke NASA menandai awal “Zaman Keemasan” eksplorasi planet bagi JPL pada tahun 1960-an dan 1970-an. Insinyur JPL merancang dan mengoperasikan misi Ranger dan Surveyor ke Bulan yang mempersiapkan jalan bagi program Apollo. JPL kemudian menjadi pemimpin dalam eksplorasi antarplanet dengan misi Mariner ke Venus, Mars, dan Merkurius, mengembalikan data berharga tentang planet-planet terdekat dari bumi.[8]
Selain itu, JPL menjadi pelopor dalam mempekerjakan matematikawan perempuan. Pada tahun 1940-an dan 1950-an, kelompok perempuan ini melakukan perhitungan trajektori dengan menggunakan kalkulator mekanik.[9] Pada tahun 1961, JPL merekrut Dana Ulery sebagai insinyur perempuan pertama yang bekerja bersama insinyur laki-laki dalam tim pelacak misi Ranger dan Mariner.
Eksplorasi Antariksa Jauh
Sejak sukses pada tahun 1960-an dan awal 1970-an, JPL mulai memasuki era baru eksplorasi antariksa jauh pada akhir 1970-an dan 1980-an. Pencapaian terbesar periode ini adalah peluncuran dua pesawat ruang angkasa kembar, Voyager 1 dan Voyager 2, pada tahun 1977.[10]
Eksplorasi Planet
Pada awalnya, Voyager 1 direncanakan untuk menjelajahi Jupiter dan satelitnya Io. Namun, kemudian lintasannya diubah agar dapat terbang dekat dengan Titan, satelit Saturnus. Voyager 1 mengirimkan gambar dan data rinci dari planet-planet gas tersebut, memperluas pengetahuan manusia tentang antariksa.[11] Voyager 2 mengambil lintasan yang lebih luas dengan terbang melewati Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus, sehingga mengumpulkan data dari empat planet gas besar dan memberikan wawasan mendalam mengenai sifat serta dinamika planet-planet luar. Setelah misi utama selesai, kedua Voyager diarahkan menuju ruang antarbintang, membawa Golden Record, disk yang berisi suara dan gambar untuk mencerminkan keragaman kehidupan di Bumi.[12]
Pada dekade 1980-an, perencanaan misi Galileo dimulai, yang bertujuan mempelajari Jupiter dan satelit-satelit besarnya secara rinci. Pesawat Galileo akhirnya diluncurkan dan memasuki orbit Jupiter pada 1990-an, menunjukkan komitmen JPL yang berkelanjutan terhadap eksplorasi ruang angkasa jauh.[13]
Eksplorasi Mars
Pada 1990-an dan 2000-an, eksplorasi Mars meningkat kembali berkat misi Mars Pathfinder dan Mars Exploration Rover yang diluncurkan oleh JPL. Pada 1997, Mars Pathfinder berhasil mengirimkan rover Mars pertama, Sojourner, yang membuktikan kemampuan eksplorasi mobil di permukaan Mars. Pada 2004, rover Spirit dan Opportunity mendarat di Mars, di mana Opportunity bertahan 14 tahun yang jauh melampaui usia misi yang diperkirakan dan mengumpulkan banyak data ilmiah yang penting untuk misi-misi Mars selanjutnya.
Ilmu Bumi dan Eksplorasi Robotik
Pada 2000-an dan 2010-an, JPL memperluas cakupan eksplorasi dengan misi ke planet-planet luar seperti misi Juno ke Jupiter dan misi Cassini-Huygens ke Saturnus. Di samping eksplorasi luar angkasa, JPL juga fokus pada misi untuk ilmu Bumi, dengan mengembangkan teknologi satelit untuk mempelajari perubahan iklim, pola cuaca, serta fenomena alam di Bumi. Pada 1998, JPL mendirikan Near-Earth Object Program Office for NASA, yang pada 2013 telah menemukan 95% asteroid dengan diameter satu kilometer atau lebih yang melintasi orbit Bumi.[14]
Memasuki tahun 2010-an dan 2020-an, JPL terus mengeksplorasi Mars dengan rover Curiosity dan misi Mars 2020 yang membawa rover Perseverance serta helikopter Ingenuity. Tujuan utama Perseverance adalah mengumpulkan sampel untuk misi pengembalian sampel Mars di masa depan. Selain itu, JPL melakukan eksplorasi asteroid melalui misi OSIRIS-REx yang berhasil membawa sampel dari asteroid Bennu.[15]
Tahun 2020-an dan Misi Masa Depan
JPL terus berfokus pada misi antarplanet dan bahkan antarbintang. Misi Mars di masa depan diharapkan akan mengembalikan sampel yang dikumpulkan oleh rover Perseverance ke Bumi. Misi Europa Clipper, yang diluncurkan pada 2024, bertujuan mempelajari Europa, satelit Jupiter yang diyakini memiliki lautan di bawah permukaan esnya. Melanjutkan kesuksesan program Voyager, JPL juga berupaya menjelajahi wilayah terjauh tata surya dengan konsep Interstellar Probe, sebuah misi untuk mengirimkan pesawat ruang angkasa hingga sepuluh kali jarak dari Matahari ke Pluto, guna menjelajahi medium antarbintang dan batas terluar tata surya.[16]
JPL telah menerima penghargaan dari Space Foundation sebanyak empat kali, di antaranya Douglas S. Morrow Public Outreach Award pada 1998, serta John L. "Jack" Swigert, Jr., Award for Space Exploration pada tahun 2005, 2006, dan 2009 (sebagai bagian dari Tim Phoenix Mars Lander NASA).[17]
Lokasi
Saat didirikan, Jet Propulsion Laboratory (JPL) berlokasi di sebelah barat sebuah dataran banjir berbatu, yaitu dasar sungai Arroyo Seco, di atas Bendungan Devil's Gate di bagian barat laut Pasadena, California Selatan, dekat Los Angeles.[18] Beberapa bangunan awalnya dibangun di atas tanah yang dibeli dari kota Pasadena, namun bangunan selanjutnya didirikan di lahan tetangga yang belum berstatus kota dan kemudian menjadi bagian dari La Cañada Flintridge.[19][20] Saat ini, sebagian besar dari 168 hektar properti milik pemerintah federal AS yang menjadi kompleks JPL berada di La Cañada Flintridge. Namun demikian, JPL tetap menggunakan alamat Pasadena (4800 Oak Grove Drive, Pasadena, CA 91109) sebagai alamat pos resminya. Terkadang, terdapat perbedaan pendapat antara kedua kota tersebut mengenai kota mana yang seharusnya disebut sebagai lokasi resmi JPL.[21]
Karyawan
Terdapat sekitar 6.000 karyawan penuh waktu dari Caltech yang bekerja di JPL, ditambah beberapa ribu kontraktor tambahan yang bekerja setiap harinya. NASA juga memiliki kantor perwakilan yang dikelola oleh manajer federal untuk mengawasi kegiatan JPL yang berkaitan dengan program NASA. Selain itu, terdapat mahasiswa pascasarjana dari Caltech, mahasiswa magang, dan peserta kerja sama.[22]
Pendidikan
Kantor Pendidikan JPL mendukung pendidik dan siswa dengan menyediakan kegiatan, sumber daya, bahan, dan peluang yang terkait dengan misi dan ilmu pengetahuan NASA. Program ini bertujuan untuk meningkatkan minat siswa dalam mengejar karir di bidang STEM (sains, teknologi, teknik, dan matematika).[23]
Magang dan Beasiswa
JPL menawarkan peluang penelitian, magang, dan beasiswa baik di musim panas maupun sepanjang tahun untuk siswa mulai dari tingkat SMA hingga mahasiswa pascadoktoral dan fakultas. Biasanya, siswa harus merupakan warga negara AS atau penduduk tetap untuk mendaftar, meskipun terdapat program terbatas bagi warga negara asing yang belajar di universitas di AS. Para peserta magang didukung melalui program NASA, kemitraan universitas, dan mentor JPL untuk kesempatan penelitian di bidang teknologi, robotika, ilmu planet, teknik dirgantara, dan astrofisika. Sekitar 100 mahasiswa yang magang di JPL dipertimbangkan untuk dipekerjakan permanen setelah lulus.
Kantor Pendidikan JPL juga mengadakan Planetary Science Summer School (PSSS), sebuah lokakarya selama seminggu untuk mahasiswa pascasarjana dan pascadoktoral yang melibatkan perancangan konsep misi awal bersama dengan Tim Desain Proyek Lanjutan JPL dan tim teknik lainnya.[24]
Aliansi Museum
JPL membentuk NASA Museum Alliance pada tahun 2003 dengan tujuan menyediakan bahan pameran, pengembangan profesional, dan informasi terkait misi Mars roversSpirit dan Opportunity yang akan datang kepada museum, planetarium, pusat pengunjung, dan pendidik informal lainnya. Aliansi ini kini memiliki lebih dari 500 anggota yang dapat mengakses pameran NASA, model, lokakarya pendidikan, dan peluang jaringan. Staf di organisasi pendidikan yang memenuhi syarat dapat mendaftar untuk berpartisipasi secara daring.[25]
Pusat Sumber Daya Pendidik
NASA/JPL Educator Resource Center menawarkan sumber daya, bahan, dan lokakarya gratis untuk pendidik formal dan informal terkait topik sains, teknologi, teknik, dan sains yang berhubungan dengan misi dan ilmu pengetahuan NASA.[26]
Open House
JPL mengadakan open house tahunan setiap hari Sabtu dan Minggu pada bulan Mei atau Juni, di mana masyarakat umum diundang untuk mengunjungi fasilitas dan menyaksikan demonstrasi langsung ilmu pengetahuan dan teknologi JPL. Kunjungan terbatas juga dapat diatur sepanjang tahun jika dijadwalkan jauh hari sebelumnya. Ribuan siswa dari California Selatan dan tempat lainnya mengunjungi laboratorium setiap tahunnya. Mulai tahun 2016, JPL mengganti acara tahunan tersebut dengan "Ticket to Explore JPL" yang menampilkan pameran serupa namun memerlukan tiket dan reservasi terlebih dahulu.[27]
Karya Lain
Selain pekerjaan pemerintah, JPL juga membantu industri film dan televisi di sekitarnya dalam hal akurasi ilmiah untuk produksi mereka. JPL memberikan saran ilmiah untuk acara fiksi ilmiah, seperti Babylon 5 dan Crusade.
JPL juga bekerja sama dengan Department of Homeland Security Science and Technology Directorate atau Direktorat Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Departemen Keamanan Dalam Negeri AS (DHS-S&T). JPL dan DHS-S&T mengembangkan alat pencarian dan penyelamatan untuk responden pertama bernama FINDER, yang memungkinkan mereka menemukan orang yang masih hidup yang terjebak di reruntuhan setelah bencana atau serangan teroris menggunakan radar gelombang mikro untuk mendeteksi pernapasan dan denyut jantung.
Selain itu, JPL adalah rumah bagi JPL-RPIF (Jet Propulsion Laboratory – Regional Planetary Image Facility) yang ditetapkan sebagai repositori data cetak keras dari pesawat ruang angkasa robotik dan menyediakan sumber daya penting bagi peneliti yang didanai NASA, serta mendistribusikan materi yang dihasilkan NASA kepada pendidik lokal di wilayah Los Angeles/California Selatan.[28][29]
Pendanaan
Sebagian besar pendanaan JPL berasal dari NASA. Sebagai pusat lapangan NASA, kegiatan dan proyek utama JPL umumnya selaras dengan tujuan misi NASA dalam eksplorasi luar angkasa, ilmu bumi, dan astrofisika. Alokasi anggaran untuk JPL adalah bagian dari anggaran tahunan NASA yang disetujui oleh Kongres AS.[30]
Selain dari NASA, JPL juga memperoleh pendanaan untuk proyek-proyek khusus dari lembaga federal lainnya, seperti NOAA, USGS, dan Departemen Pertahanan AS (DoD). Kadang-kadang, JPL terlibat dalam misi bersama atau upaya penelitian dengan lembaga antariksa internasional atau institusi penelitian, yang meskipun memberikan kontribusi kecil dalam anggaran JPL, meningkatkan cakupan dan dampak penelitian ilmiah dan pengembangan teknologinya.[31]
Total anggaran JPL mengalami fluktuasi tahunan berdasarkan alokasi federal untuk NASA dan siklus hidup proyek yang sedang berlangsung. Misi profil tinggi mungkin mendapat komitmen pendanaan jangka panjang, sementara proyek kecil atau jangka pendek mungkin memiliki dukungan finansial yang lebih sederhana. Pada tahun fiskal 2022, anggaran laboratorium sekitar $2,4 miliar, dengan sebagian besar dialokasikan untuk pengembangan Ilmu Planet.[32]
Tradisi Peanut
Ada tradisi di JPL yakni memakan kacang tanah yang ditakini sebagai 'pembawa keberuntungan' sebelum acara misi penting, seperti penyisipan ke orbit atau pendaratan. Cerita berawal ketika misi Ranger yang mengalami kegagalan berturut-turut pada 1960-an akhirnya sukses setelah seorang staf JPL memutuskan untuk membagikan kacang tanah untuk meredakan ketegangan. Sejak itu, kacang tanah dianggap sebagai pembawa keberuntungan, dan tradisi ini terus berlanjut.[33][34]