Jalal Talabani (Kurdi: جەلال تاڵەبانیCelal Tallebanî, bahasa Arab: جلال طالبانيJalāl Ṭālabānī; 1933 – 3 Oktober 2017)[2][3] adalah Presiden ke-6Irak yang menjabat dari tahun 2005 hingga 2014. Ia merupakan politikus terkemuka kaum Kurdi. Dia adalah presiden non-Arab pertama Irak, meskipun Abdul Karim Qasim juga keturunan parsial kaum Kurdi.[4]
Ketika pada bulan September 1961, revolusi Kurdi untuk hak-haknya di Barat Irak dinyatakan melawan pemerintahan Baghdad oleh Abdul Karim Qassim, Talabani mengambil alih front pertempuran dan gerakan separatis terorganisir dari Kirkuk dan Silemani memimpin daerah Mawat, Rezan, dan Karadagh. Pada Maret 1962, ia memimpin serangan terkoordinasi yang membebaskan pasukan pemerintah atas kabupaten Sharbazher di Irak. Bila tidak terlibat dalam pertempuran di awal dan pertengahan 1960-an, Talabani melakukan berbagai misi diplomatik, mewakili kepemimpinan Kurdi dalam pertemuan di Eropa dan Timur Tengah.
Gerakan separatis Kurdi runtuh pada bulan Maret 1975 setelah Iran mengakhiri dukungan mereka dalam pertukaran untuk perjanjian perbatasan dengan Irak. Perjanjian yang disebut Perjanjian Algiers 1975 memperlihatkan, Irak menyerah atas klaim jalur air ke Shatt al-Arab dan Khuzestan, yang kemudian menjadi dasar untuk Perang Iran-Irak. Mempercayai bahwa itu merupakan waktu untuk memberikan arah baru bagi separatis Kurdi dan masyarakat Kurdi, Talabani, dengan sekelompok intelektual dan aktivis Kurdi mendirikan Uni Patriotik Kurdistan (Yekiaiti Nishtimani Kurdistan) bagi Kurdi. Pada 1976, ia mulai mengorganisir kampanye bersenjata untuk Kurdi dalam kemerdekaan Irak. Selama tahun 1980, Talabani berada di sisi Iran dan memimpin sebuah perjuangan Kurdi dari basis-basis di Irak sampai penumpasan terhadap separatis Kurdi selama periode 1987-1988.
Pada tahun 1991, ia membantu menginspirasi upaya baru untuk kemerdekaan Kurdi. Dia menegosiasikan gencatan senjata dengan Irak di bawah pemerintahan Ba'athist yang menyelamatkan hidup banyak warga Kurdi dan bekerja sama dengan Amerika Serikat, Inggris, Prancis, dan sejumlah negara lainnya untuk mendirikan tempat yang aman di Kurdistan Irak. Pada tahun 1992, Pemerintahan Daerah Kurdistan didirikan. Talabani telah mengejar penyelesaian yang dinegosiasikan untuk masalah internal yang mengganggu gerakan Kurdi, serta masalah yang lebih besar dari hak dalam konteks regional Kurdi saat ini. Dia bekerja sama dengan politisi Kurdi serta sisa faksi oposisi Irak. Dalam koordinasi yang erat dengan Massoud Barzani, Talabani dan Kurdi memainkan peran penting sebagai mitra Koalisi Amerika Serikat dalam invasi di Irak. Talabani adalah anggota Dewan Pemerintahan Irak yang menegosiasikan Undang-Undang Administrasi Transisi (TAL), konstitusi sementara Irak. TAL diperintah semua faksi politik di Irak dan proses penulisan dan mengadopsi konstitusi akhir.
Kepresidenan
Pada 6 April 2005, Talabani terpilih menjadi Presiden Irak oleh Majelis Nasional Irak dan disumpah jabatan sehari kemudian. Pada tanggal 22 April 2006, Talabani memulai masa jabatan kedua sebagai Presiden Irak, menjadi Presiden pertama yang dipilih di bawah konstitusi baru negara itu. Saat ini, jabatan tersebut merupakan bagian dari Dewan Kepresidenan Irak. Nawshirwan Mustafa adalah wakil presiden yang mendampingi Talabani hingga pengunduran dirinya pada tahun 2006 untuk membentuk sebuah perusahaan media yang disebut Wusha. Talabani mengunjungi Uni Masyarakat Cambridge di Inggris pada 11 Mei 2007.[6] Kunjungan itu sendiri diselenggarakan oleh Presiden Uni Masyarakat Cambridge, Ali Al-Anshari.
Dalam sebuah wawancara, selama kunjungan, Jalal Talabani digambarkan Tony Blair sebagai 'pahlawan' untuk membantu kebebasan Irak yang aman.[7]
Ia terpilih kembali oleh parlemen untuk masa jabatan baru pada 11 November 2010.[8]