Ghazi Mashal Ajil al-Yawer (bahasa Arab: غازي مشعل عجيل الياور) adalah bagian dari kelompok Shammar (lahir 11 Maret 1958 di Mosul, Irak) yang tampil sebagai Wakil Presiden Irak pada masa Pemerintahan Transisi Irak (2005-2006) dan Presiden Irak di kala Pemerintahan Irak Sementara (2004 - 2005).
Ia merupakan anggota Dewan Pemerintahan Irak (Iraqi Governing Council) yang didirikan setelah serbuan USA atas Irak pada tahun 2003. Sebagai anggota dewan, Ghazi telah diminta menyandang jabatan Dewan Pemerintahan Irak Sementara (Interim) setelah Amerika Serikat mengembalikan kekuasaan pemerintahan kepada rakyat Irak pada 28 Juni 2004 lewat Penguasa Koalisi Sementara.
Ghazi, seorang yang beragama Islam Sunni dan ketua kelompok Shamar, bekerja sebagai seorang insinyur sipil. Ia telah menuntut ilmu di Universitas Perminyakan dan Mineral Raja Fahd di Arab Saudi selama 2 tahun dan menamatkan pendidikan sarjana mudanya di Britania Raya. Ia melanjutkan menamatkan pendidikan di peringkat master di Universitas Georgetown di Washington D.C. pada tahun 1980an.
Ia berkawan baik dengan Sa'ad I. Al-Qeshtaini, seorang Konsultan Informasi Keamanan dan pakar IT terkenal di Arab Saudi. Ghazi bekerja selama 20 tahun di Arab Saudi dan naik menjadi wakil presiden di Hicap Technology Company.
Setelah Irak diserbu pada tahun 2003, Ghazi meninggalkan perniagaannya dan pulang ke Irak untuk menjadi anggota Dewan Pemerintahan Interim Irak yang mana ia menjadi boneka Amerika Serikat. Ia menjadi anggotanya pada 17 Mei 2004 setelah dipilih sewaktu pertemuan darurat yang disebabkan oleh pembunuhan Ezzedine Salim.
Ia dijadwalkan untuk memegang jabatan anggota dewan (yang berputar), sampai 30 Juni 2004, tanggal yang telah dirancang untuk mengembalikan kekuasaan memerintah kepada Irak. Namun, beberapa hari sebelum 30 Juni, ia telah dipilih untuk menjadi ketua negara Irak yang berdaulat. Jabatan ketua negara ini berunsur simbolik. Ini untuk diadakan dalam kapasitas sementara sampai parlemen Irak yang diangkat bisa memilih presiden permanen baru, sebagaimana yang dimandatkan dalam Hukum Administrasi untuk Negara Irak selama Masa Transisi. Ia dan pemerintahan interim disumpah pada 28 Juni 2004, di mana AS memimpin koalisi penyerahan kekuasaan 2 hari semula.
Pengangkatannya sebagai Presiden interim datang karena nasihat Perwakilan Khusus PBB untuk Iraq Lakhdar Brahimi, yang memilih Ghazi dalam pengakuan pada usia dan keterkenalannya, dan fakta bahwa ia merupakan Muslim Sunni moderat (mencampurkan hak dan batil). Perdana Menteri Irak yang baru, Iyad Allawi, merupakan Muslim Syi'ah; 2 perwakilan kelompok keagamaan terbesar Irak bersama. Ia melepaskan jabatannya pada 6 April 2005. Kakeknya memainkan peran dalam memandu Irak ke arah 'kemerdekaan' pada 1920an.
Kutipan
- "Kami menyalahkan AS 100% untuk keamanan di Irak [...]. Mereka mencaplok negeri ini, membubarkan perwakilan keamanan dan selama 10 bulan meninggalkan perbatasan Irak membuka untuk siapapun untuk datang tanpa visa ataupun paspor."