Inyiak Upiak Palatiang
Inyiak Upiak Palatiang (lahir di Dusun Kubu Gadang, Nagari IV Koto, Kecamatan Batipuah, Tanah Datar, Hindia Belanda, awal abad-20 – meninggal di Tanah Datar, Sumatera Barat, 9 Mei 2010 pada umur ± 110 tahun) adalah seorang perempuan Minang yang banyak mewarisi tradisi lama Minangkabau, seperti silat, randai, dan dendang saluang, sehingga ia dipandang sebagai maestro seni tradisi Minang yang mendunia.[1][2][3] Upiak Palatiang merupakan seorang pandeka (pendekar) perempuan silat Minang yang menguasai aliran silek gunuang (silat gunung), salah satu aliran silat dengan tiga jurus dasar, yaitu tangkok (tangkap), piuah (pelintir), dan gelek (mengelak). Silek gunuang menjadi hulu dari berbagai aliran silat lainnya yang kemudian berkembang di Minangkabau.[2] Di samping mencipta pantun-pantun pertunjukan randai, ia juga mahir mencipta syair dendang, baik yang dilantunkannya sendiri, maupun oleh pendendang tradisi lainnya dengan iringan tiupan saluang yang mendayu-dayu. Sudah ratusan syair yang lahir dari imajinasinya, seperti Singgalang Kubu di Ateh, Singgalang Gunuang Gabalo Itiak, Singgalang Ratok Sabu, Singgalang Layah, Singgalang Kariang, Singgalang Alai, Indang Batipuah, Parambahan Batusangka, dan ratusan syair dendang lainnya.[2] Dalam usia yang lebih dari seratus tahun, kondisi fisik Inyiak Upiak Palatiang masih terhitung prima, sehingga masih mampu mempertunjukkan gerakan-gerakan silat dengan gesit dan lincah.[2] Inyiak Upiak Palatiang mempunyai beberapa orang murid, di antaranya Musra Dahrizal Katik Rajo Mangkuto yang juga dikenal sebagai budayawan dan seniman Minangkabau yang aktif mengajar dan melestarikan seni dan budaya Minangkabau.[1] Sepanjang pernikahannya, Inyiak Upiak Palatiang dikaruniai beberapa orang anak, yaitu Mawardi (gaek mulia), Upiak Lamsinar (lantinan), dan Zulfachri (Uncu). memiliki beberapa orang cucu yaitu Fardizal dan Fahmizal serta memiliki salah seorang cicit yaitu Ari Pardi yang aktif dalam berbagai kegiatan Seni Budaya, pun sebagai penerus Inyiak Upaik Palatiang dalam semangat melestarikan budaya. Referensi
Pranala luar
|