Insiden Moberly–Jourdain

Petit Trianon sekarang, tempat insiden terjadi.

Insiden Moberly–Jourdain atau Hantu Petit Trianon atau Versailles merupakan sebuah peristiwa yang terjadi pada tanggal 10 Agustus 1901 di taman Petit Trianon, melibatkan dua pemudi terpelajar, Charlotte Anne Moberly (18461937) dan Eleanor Jourdain (18631924). Kedua wanita ini berasal dari latar belakang terpelajar; Ayah Moberly adalah seorang guru dan uskup, sementara ayah Jourdain adalah seorang pendeta. Selama perjalanan ke Versailles, mereka mengunjungi Petit Trianon, sebuah bangunan kecil di halaman Istana Versailles, di mana mereka diduga mengalami penyelipan waktu, dan melihat Marie Antoinette serta tokoh lainnya dari periode yang sama. Setelah meneliti sejarah istana, dan membandingkan catatan pengalaman mereka, mereka menerbitkan karya mereka dalam sebuah buku berjudul An Adventure, di dengan nama pseudonim Elizabeth Morison dan Frances Lamont, pada tahun 1911. Kisah mereka menimbulkan sensasi, dan subjek dari banyak ejekan.

Latar belakang

Charlotte Anne Moberly

Moberly, lahir pada tahun 1846, yang merupakan anak ke sepuluh dari lima belas bersaudara.[1] Ia berasal dari latar belakang keluarga profesional; ayahnya, George Moberly, merupakan kepala sekolah Kolese Winchester dan juga Uskup Salisbury.[2][3] Pada tahun 1886 Moberly menjadi guru besar pertama dari asrama bagi kaum perempuan muda, Kolese St. Hugh di Oxford.[4] Hal ini jelas bahwa seorang Moberly dibutuhkan untuk membantu dalam memimpin perguruan tinggi, dan Jourdain diminta untuk menjadi asisten Moberly.[5]

Eleanor Jourdain

Jourdain, lahir pada tahun 1863, yang merupakan anak sulung dari sepuluh bersaudara[6] dan ayahnya, Pendeta Francis Jourdain, merupakan seorang pendeta di Ashbourne, Derbyshire. Ia juga mempunyai seorang saudara perempuan yang merupakan sejarawan seni bernama Margaret Jourdain dan seorang saudara laki-lakinya yang merupakan ahli matematika bernama Philip Jourdain.[7] Ia bersekolah di Manchester, tidak menyukai kegiatan kebanyakan gadis waktu itu yang dididik di dalam rumah.[5] Jourdain juga penulis beberapa buku teks, mengurus suatu sekolah sendiri, dan setelah kejadian itu menjadi wakil Guru Besar Kolese St Hugh.[8] Sebelum Jourdain diangkat, diputuskan bahwa dua perempuan harus bisa saling mengenal dengan baik; Jourdain memiliki sebuah apartemen di Paris di mana dia mengajari anak-anak berbahasa Inggris, dan begitu juga Moberly yang pergi untuk tinggal bersamanya.[5]

Suatu hari, kedua wanita ini memutuskan untuk pergi berlibur ke beberapa tempat di Eropa dan salah satu tujuan persinggahan mereka adalah Paris. Pada tanggal 10 Agustus 1901, kedua wanita itu sudah ada di dalam sebuah kereta yang akan membawa mereka ke Versailles.

Setiba disana, bersama rombongan turis lainnya, mereka berkeliling di kompleks istana Versailles yang megah.

Insiden

Suatu hari, kedua wanita ini memutuskan untuk pergi berlibur ke beberapa tempat di Eropa dan salah satu tujuan persinggahan mereka adalah Paris. Pada tanggal 10 Agustus 1901, kedua wanita itu sudah ada di dalam sebuah kereta yang akan membawa mereka ke Versailles. Setiba disana, bersama rombongan turis lainnya, mereka berkeliling di kompleks istana Versailles yang megah.[5] Setelah berkeliling untuk beberapa lama, mereka memutuskan untuk mengunjungi Petit Trianon.[9] Dalam perjalanan, mereka sampai ke Grand Trianon dan mengetahui bahwa tempat tersebut tertutup untuk umum.[5] Mereka melakukan perjalanan dengan buku panduan Baedeker, tetapi kedua wanita tersebut menjadi kebingunan setelah keluar dari rombongannya di jalan utama, Allée des Deux Trianons. Mereka melewati jalan ini, dan memasuki jalur, di mana tidak mereka melewati tujuan mereka.

Moberly dan Jourdan masuk ke taman bunga Trianon sambil mengagumi bunga-bunga yang ada disitu.

Kemudian keduanya menyadari kalau mereka tidak lagi mengenali pemandangan di sekitarnya. Seakan-akan mereka sedang berada di sebuah taman yang asing, berbeda dengan apa yang telah mereka lihat sebelumnya. Sepertinya mereka telah tersesat.

Dan peristiwa misterius itu terjadi!

Pemandangan dari masa lampau Kedua wanita yang kebingungan itu kemudian berusaha mencari jalan keluar. ketika mereka berbelok di satu sudut jalan, mereka melihat sebuah rumah petani yang sudah kosong dan sebuah bajak tergeletak di sisi jalan setapak.

Tiba-tiba mereka merasakan sebuah perasaan aneh. Seakan-akan ada sebuah tekanan berat memenuhi pikiran mereka dan semuanya terasa begitu asing.

Lalu, entah darimana datangnya, dua pria muncul. Keduanya mengenakan pakaian aneh yang tidak mereka kenal, yaitu jas panjang berwana hijau abu-abu dengan topi tiga sudut.

Moderly dan Jourdain kemudian mendekati kedua pria tersebut dan bertanya bagaimana caranya supaya mereka bisa kembali ke Petit Trianon.

Kedua pria asing itu menunjuk jalan setapak yang sebelumnya tidak terlihat oleh mereka.

Setelah menelusuri jalan itu, Jourdain melihat sebuah pondok dengan seorang wanita dan seorang anak perempuan di pintu depannya. Wanita itu sedang menyodorkan sebuah kendi air minum untuk anak perempuan itu.

Anehnya, Moberly tidak bisa melihat pondok ataupun wanita dan anak perempuan itu, namun ia bisa merasakan perubahan pada atmosfer di sekitarnya. Ia menyadari kalau suasana telah berubah menjadi begitu tenang dan sunyi.

Ia mendeskripsikannya:

Tiba-tiba semuanya terlihat tidak natural, karenanya menjadi sangat tidak nyaman. Bahkan pepohonan terlihat begitu datar dan tidak ada tanda-tanda kehidupan, seperti kayu-kayu buatan saja. Tidak ada efek dari cahaya matahari dan tidak ada angin yang berhembus.

Perubahan pada atmosfer ini diiringi dengan perasaan tertekan yang semakin menjadi-jadi. Ditambah lagi dengan suhu yang cukup panas dan wangi bunga-bunga. Kedua wanita itu merasa seperti orang sakit.

Jadi, mereka memutuskan untuk beristirahat di bawah sebuah pohon sambil mengipas-ngipas.

Moberly dan Jourdain bukan wanita yang gampang panik. Keduanya berasal dari keluarga terpelajar dan biasa menanggapi sesuatu dengan tenang dan berpikiran jernih. Namun kali ini mereka merasakan ada sesuatu yang tidak beres dan mereka tidak bisa menjelaskannya.

Setelah beristirahat sejenak, keduanya kembali berjalan. Kali ini mereka menemukan sebuah gazebo. Lalu mereka menghampirinya.

Ketika sedang berjalan menuju tempat itu, mereka melihat seorang pria sedang duduk disitu. Mereka tidak tahu dari mana pria itu datang. Namun yang membuat mereka kaget adalah penampilannya yang cukup mengerikan. Wajahnya menyeringai dan terlihat seperti seseorang yang sedang menderita cacar.

Menurut Jourdain:

Pria itu memutar wajahnya perlahan-lahan, dan terlihatlah kalau wajahnya penuh dengan bintik-bintik seperti cacar. Kulitnya gelap dan ekspresinya terlihat seperti orang jahat. Walaupun aku tidak merasa ia sedang memperhatikan kami, tetapi aku bisa merasakan kejijikan yang luar biasa.

Tiba-tiba, terdengar sebuah teriakan yang menyatakan kalau mereka telah salah mengambil jalan. Suara itu ternyata berasal dari seorang pria tinggi bermata gelap. Rambutnya yang sedikit keriting terlihat menyembul dari balik sombrero yang dikenakannya.

Kedua wanita itu memutuskan untuk mengikuti sarannya. Lalu mereka membalikkan badan dan kembali ke jalur semula. Kemudian, mereka melihat sebuah jembatan kecil. Setelah berjalan melewati jembatan itu, mereka ternyata sampai ke sebuah taman.

Namun peristiwa aneh yang dialami belum selesai.

Di taman itu, Moberly melihat seorang wanita sedang duduk di sebuah bangku. Ia mengenakan pakaian model kuno dengan syal berwarna hijau pucat. Namun, Jourdain tidak bisa melihatnya.

Awalnya Moberly mengira kalau wanita itu seorang turis, namun ia menyadari kalau turis tidak mungkin mengenakan pakaian dengan model yang kuno seperti itu.

Tiba-tiba seorang pria muncul dari salah satu bangunan disitu sambil membanting pintu. Pria itu mengatakan kepada Moberly dan Jourdain kalau gerbang menuju Petit Trianon ada di sebelah bangunan yang satunya. Ketika mereka berjalan memutar menuju sisi lain dari bangunan itu, mereka menemukan rombongan turis lainnya.

Perasaan tertekan yang terus menerus dirasakan mulai terangkat dan semuanya kembali menjadi normal.

Lihat pula

Catatan

Referensi

Bibliografi