Idris Shah I dari Perak
Idris Shah I dari Perak (19 Juni 1849-14 Januari 1916) adalah Sultan ke-19 dan Yang di-Pertuan Perak. Ia menggantikan ayah tirinya, Sultan Abdullah Muhammad Shah dari perak, tahun 1887 dan memimpin hingga wafat tanggal 14 Januari 1916. Tahun 1895, ia memasukkan negara bagian Perak ke dalam Negeri Persekutuan Melayu. Ia dignatikan oleh anak tertuanya, Sultan Abdul Jalil dari Perak. KehidupanBaginda dilahirkan pada 19 Juni 1849 di Kuala Keboi, Kampar, Perak dan merupakan putera daripada Raja Alang Iskandar dan Cik Ken Uda Sari. Pada tahun 1875, semasa pemerintahan saudara sepupunya, Sultan Abdullah Muhammad Shah II, pemerintah Negeri Perak terlibat perselisihan dengan Residen Inggris J.W.W. Birch dan baginda dilantik sebagai ketua delegasi daripada Sultan Perak untuk menghadap Gubernur Negeri-Negeri Selat Sir Andrew Clarke, pada saat itu baginda baru berusia 26 tahun. Pada tahun yang sama, baginda dilantik menjadi hakim hingga akhirnya mencapai gelar hakim besar. Berselang 2 tahun memegang gelar hakim kerajaan, tepatnya pada 1877, baginda diangkat sebagai Raja Bendahara dan diangkat juga sebagai Ahli Majelis Permusyawaratan Negeri Perak di akhir tahun yang sama. Pada 7 Oktober 1886, sehubungan dengan dilantiknya seorang sultan yang baru, maka baginda mendapatkan kenaikan gelar menjadi seorang Raja Muda. Sultan PerakSetelah memegang jabatan sebagai Putera Mahkota dalam waktu yang singkat, pada bulan Juli 1887 baginda naik takhta menjadi Sultan Perak ke-28 menggantikan Sultan Yusuf Sharifuddin Muzaffar Shah yang mangkat. Pada tahun 1888, atas undangan Ratu Victoria dari Inggris, baginda pergi berangkat bersama Residen Inggris Sir Hugh Low dan Raja Ngah Mansur. Selama kunjungan nya ke Inggris, terciptalah lagu kebangsaan Negeri Perak yang bernama "Allah Lanjutkan Usia Sultan" atas prakarsa Raja Ngah Mansur. Lagu ini kemudian diperdengarkan pertama kalinya semasa penobatan baginda di Kuala Kangsar. Pada tahun 1900, baginda telah meresmikan Jembatan Victoria yang merupakan jembatan kereta api di daerah Kurai, Perak. Jembatan ini ia resmikan setelah dibangun selama 3 tahun dari Desember 1897 hingga Maret 1900. Jembatan ini memiliki rute yang melintasi daerah Sungai Perak guna pertambangan timah. Pada tahun 1902, baginda sekali lagi berangkat ke Inggris untuk menghadiri penobatan Raja Edward VII dan Permaisuri Alexandra. Pada tahun 1911, baginda telah jatuh sakit. Sehubungan dengan sakitnya tersebut, baginda telah bernazar apabila ia sembuh maka baginda akan mendirikan sebuah masjid. Tak lama kemudian, sakit yang ia derita berangsur sembuh dan langsung memerintahkan Kolonel Huxley untuk membuat rancangan bentuk masjid tersebut. Namun takdir berkata lain, sebelum sempat melihat Masjid yang ia nazarkan baginda telah mangkat terlebih dahulu pada 1916 tepat setahun sebelum masjid itu selesai. Masjid itu akhirnya selesai pada 1917 dibawah pemerintahan anaknya Sultan Abdul Jalil dan diberi nama "Masjid Ubudiah". WafatSetelah bertakhta hampir 3 dekade, baginda mangkat pada 14 Januari 1916 di usia 66 tahun. Baginda kemudian dimakamkan di Pemakaman Diraja Al-Ghufran dan diberi nama gelar penghormatan sebagai "Marhum Rahmatullah". Gelar dan Tanda KehormatanGelar
Tanda Kehormatan
Sumber
|