Letnan Jenderal TNI Ibrahim Adjie (24 Februari 1924 – 25 Juli 1999). adalah seorang sosok Perwira Tinggi Indonesia, Ia adalah pemimpin pasukan Siliwangi yang menangkap Gembong DI/TII, Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo.[1]
Karier
Pada Masa Revolusi Fisik, Ia menjadi anggota pasukan Siliwangi yang melakukan long march karena Perjanjian Renville yang mengecilkan wilayah Indonesia tahun 1948. Pasukan Siliwangi kembali ke Jawa Barat pada tahun 1949, tetapi tak seindah yang diharapkan pada masa itu terjadi Pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil, Darul Islam/Tentara Islam Indonesia, dan lainnya.[2]
Pada saat DI/TII masih mengacau, pada tahun 1960 Ibrahim Adjie menjadi Panglima Kodam VI/Siliwangi dan banyak Prestasi yang dihasilkannya, Ia menangkap Gembong DI/TII, Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo pada 1962.
Namanya tercantum sebagai Menteri/Panglima Angkatan Darat menggantikan Letnan Jenderal Ahmad Yani yang menjadi Wakil Perdana Menteri/Menteri Luar Negeri menurut isu Dewan Jenderal tersebut.
Pada tahun 1965 – 1966 tepatnya karena pergolakan politik yang disebabkan oleh Gerakan 30 September/PKI yang gagal. Maka, oleh Bung Karno ia diperintahkan untuk menjaga anak – anak Bung Karno dari ancaman teror saat pergolakan politik tersebut. Karena loyal kepada Soekarno, maka tahun 1966, Soeharto menggantinya dengan Mayor Jenderal H.R Dharsono atau Pak Ton.
Saat Bung Karno lengser, maka, Soeharto menjinakannya dengan menjadikan Ia sebagai Duta Besar Indonesia untuk Inggris pada 1966 – 1970. Setelah melepaskan jabatan Duta Besar untuk Inggris Marsekal Madya Roesmin Noerjadin, bekas Menteri/Panglima Angkatan Udara, ia aktif di bidang industri. Ia mendirikan PT. KDA dan telah membuat beberapa jalan dan jalan paling terkenal diantaranya jalan Trans Barelang sepanjang 54 km yang di dalamnya terdapat enam jembatan antarpulau yang dikerjakan pihak Otoritas Batam sehingga ia sangat terkenal oleh Masyarakat Batam.
Meninggal Dunia
Ia wafat di Rumah Sakit Mount Elizabeth di Singapura pada 1999. Ia mengidap stroke hingga akhir hayatnya.
Pendidikan
- Army Staff College, Fort Benning, Amerika Serikat[3]
- Kursus Singkat Khusus, Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (1966)[3]
Riwayat Jabatan
- Komandan Batalyon 1/Depok, Resimen Bogor, Divis II, TKR (1945)[3]
- Kepala Staf Resimen 2/Bogor (1947)[3]
- Wakil Panglima Sub-Territorium VII/Sumatera (1948)[3]
- Gubernur Militer Tapanuli Selatan dan Sumatera Selatan (1949)[3]
- Komandan Brigade Tapanuli (1950 – 1951)[3]
- Komandan Resimen 2/Bukit Barisan (1952 – 1954)[3]
- Kepala Staf Komando Daerah Militer II/Bukit Barisan (28 Agustus 1954 – Agustus 1956)[3]
- Atase Militer Indonesia untuk Yugoslavia (Agustus 1956 – 1959)[3]
- Kepala Staf Tentara dan Territorium III/Siliwangi (1959 – 1960)[3]
- Panglima Komando Daerah Militer VI/Siliwangi (16 Agustus 1960 – 20 Juli 1966)[3]
- Duta Besar Indonesia untuk Inggris (Juli 1966 – 1970)[3]
Tanda Kehormatan
Referensi