I Am a Cat
I Am a Cat (吾輩は猫である , Wagahai wa Neko de Aru) adalah sebuah novel satir yang ditulis antara tahun 1905–1906 oleh Natsume Sōseki. Ceritanya tentang masyarakat Jepang selama periode Meiji (1868–1912) khususnya, perpaduan yang tidak mudah antara budaya barat dan tradisi Jepang. Judul yang Soseki buat ini, Wagahai wa Neko de Aru, ialah ungkapan yang sangat tinggi atau lebih sesuai suatu sindiran seorang bangsawan, menyampaikan kecanggihan dan kepentingan diri sendiri. Ini agak ironis, karena penuturnya, kucing domestik yang antropomorfiskan, adalah seekor kucing rumahan biasa dari seorang guru, dan bukan bangsawan berpangkat tinggi seperti cara bicaranya. Buku ini pertama kali diterbitkan dalam sepuluh bagian dalam majalah sastra bernama Hototogisu. Pada awalnya, Sōseki hanya bermaksud untuk menulis cerita pendek yang merupakan bab pertama dari I Am a Cat. Namun, Kyoshi Takahama salah satu editor Hototogisu, membujuk Sōseki untuk membuat serial dari cerita tersebut, yang berkembang dengan gaya ketika cerita berlangsung. Hampir semua bab bisa berdiri sendiri sebagai karya diskrit. Pada pertengahan 1970-an, penulis skenario yang produktif, Toshio Yasumi, mengadaptasi novel Soseki menjadi skenario film. Kon Ichikawa menyutradarai film, yang ditayangkan perdana di bioskop Jepang pada tahun 1975. Novel ini juga diadaptasi menjadi film yang dirilis pada tahun 1936, dan sebuah anime khusus tayangkan pada tahun 1982. Alur ceritaDalam cerita I Am a Cat, narator licik menggambarkan kehidupan berbagai macam-macam orang Jepang kelas menengah : Tuan Sneaze[1] ("bersin" salah eja dengan sengaja, tetapi secara harfiah diterjemahkan dari Chinno Kushami (珍 野 苦 沙弥), dalam bahasa Jepang asli) dan keluarga (pemilik kucing), teman Sneaver yang cerewet dan menjengkelkan Waverhouse (迷亭 , Meitei) serta seorang cendekiawan muda bernama Avalon Coldmoon (水 島 寒月 , Mizushima Kangetsu) dengan kemauannya dia tidak akan berpacaran dengan putri manja milik pengusaha, Opula Goldfield (金 田富子 ,Kaneda Tomiko). Dampak budayaI Am a Cat merupakan tugas yang sering diberikan kepada anak-anak sekolah di Jepang, sehingga plot dan gaya tetap terkenal bahkan setelah lama dipublikasi. Salah satu efeknya adalah cara bicara narator, yang kuno bahkan pada saat penulisan, menjadi sangat terkait dengan kucing dan buku. Kata ganti pribadi yang disukai narator, wagahai, jarang digunakan di "kehidupan nyata" Jepang, tetapi bertahan dalam fiksi berkat buku itu, umumnya digunakan pada hewan antropomorfis yang sombong Misalnya, Bowser, musuh kura-kura dari banyak video game seri Mario, menggunakan wagahai, seperti halnya Morgana, karakter kucing di Persona 5.[2] Referensi
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai I Am a Cat.
|