Dia merebut kekuasaan lewat sebuah kudeta tak berdarah terhadap Presiden Abdus Sattar pada 24 April 1982 (dengan memberlakukan darurat militer dan menangguhkan Konstitusi). Dia menyatakan diri sebagai Presiden pada tahun 1983,[8] dan kemudian memenangkan pemilihan presiden Bangladesh 1986 yang kontroversial.[9] Meskipun mengklaim secara sah telah memenangkan pemilihan tahun 1986, banyak yang menganggap rezimnya sebagai era kediktatoran militer.[5][6][7] Ershad menjabat Presiden hingga 1990, ketika ia dipaksa mengundurkan diri menyusul pemberontakan massa pro-demokrasi yang dipimpin oleh Khaleda Zia dan Sheikh Hasina. Ershad mendirikan Partai Jatiya pada tahun 1986 dan menjadi Anggota Parlemen untuk partai itu dari daerah pemilihan Rangpur-3 pada tahun 1991, dan berhasil terpilih kembali di semua pemilihan umum berikutnya.
Selama masa jabatannya, Ershad melakukan reformasi devolusi, privatisasi industri yang dinasionalisasi; memperluas sistem jalan raya nasional; dan pendirian SAARC; ia juga menginstruksikan kekuatan militer negaranya sebagai sekutu Amerika Serikat dalam Perang Teluk. Dia berkontribusi pada perkembangan infrastruktur dan pertumbuhan sosial-ekonomi, melepaskan industri-industri utama yang dinasionalisasi. Dia memulihkan rantai komando di Angkatan Bersenjata Bangladesh setelah kekacauan setelah pembunuhan Mujib.[10]
Ershad dianugerahi Penghargaan Populasi Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 1987 atas kontribusinya terhadap masalah kependudukan dan lingkungan.[11][12]