Hinatsu Eitaroo adalah seroang kolaborator Kekaisaran Jepang yang berasal dari Korea. Ia memiliki nama asli Hue Yong. Eitaroo ditugaskan oleh ''Sendenbu'' untuk memimpin sebuah organisasi buatan Kekaisaran Jepang di Jawa bernama Jawa Engeki Kyokai (dalam Bahasa Indonesia berarti Perserikatan Oesaha Sandiwara Djawa), sebuah organisasi yang dibentuk oleh tentara pendudukan Kekaisaran Jepang di Pulau Jawa yang berkonsentrasi pada bidang seni, terutama drama, film, dan teater.[1]
Hinatsu banyak menulis naskah drama untuk pementasan berbagai kelompok sandiwara di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa, yang tujuannya adalah pementasan itu sebagai alat propaganda yang mendukung kebijakan militer Kekaisaran Jepang. Karya yang paling populer dari Hinatsu adalah ''Fadjar Telah Menjingsing'' yang dipentaskan di Jakarta dan Surabaya untuk menyambur janji Perdana Menteri Koiso - yang baru saja menggantikan Perdana Menteri Tojo - untuk memberikan kemerdekaan bagi Indonesia.[1]
Hinatsu juga membuat film berjudul ''Calling Australia'' (dalam Bahasa Jepang, Goshu no Yobigoe) pada 1944. Film ini bertujuan sebagai alat propaganda Kekaisaran Jepang yang memeperlihatkan para tawanan perang Sekutu yang terutama dari Australia, bahwa mereka hidup baik dan tenang di kamp-kamp konsentrasi Kekaisaran Jepang, tetapi pada akhirnya film tersebut menjadi barang bukti yang justru memeberatkan para pemimpin tentara Kekaisaran Jepang saat mereka digiring ke Pengadilan Kejahatan Perang Tokyo.[1]
Nasib Hinatsu sendiri setelah Perang Dunia II berakhir, dia memutuskan untuk tidak pulang ke Korea, yang mana saaat itu Korea sudah terbagi atas dua daerah pendudukan, Korea Utara oleh Uni Soviet dan Korea Selatan oleh Amerika Serikat, bila ia pulang ke Korea manapun ia pasti akan ditangkap dan diadili di Tokyo seperti kolaborator yang lainnya. Oleh akrena itu, kemudian Hinatsu mengganti namanya menjadi "Huyung" dan menetap di Indonesia yang lebih ramah terhadap orang-orang seperti dirinya.[1]
Referensi
- ^ a b c d Nino Oktorino, Ensiklopedi Pendudukan Jepang di Indonesia, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2013) hal. 27