Harappa ialah sebuah kota di Punjab, timur laut Pakistan sekitar 35 km tenggara Sahiwal. Kota ini terletak di bantaran bekas Sungai Ravi.
Kota modernnya terletak di sebelah kota kuno ini, yang dihuni antara tahun 3300 hingga 1600 SM. Di kota ini banyak ditemukan relik dari masa Budaya Indus, yang juga terkenal sebagai budaya Harappa.
Pada masa itu, Harappa berpenduduk sekitar 40.000 jiwa, yang dianggap besar pada zamannya.Hubungan peradaban Indus kuno pada saat itu dikenal sebagai mitra dagang dengan peradaban Mesir dan Mesopotamia. Situs kuno kota Harappa berisi reruntuhan kota dari zaman perunggu yang merupakan bagian dari budaya Cemetery H dan peradaban lembah Indus, berpusat di Sindh dan Punjab. Kota ini diperkirakan memiliki penduduk berkisar 23.500 jiwa dan terbesar selama fase Mature Harappa pada tahun 2600 hingga 1900 SM. Dua kota terbesar saat itu, Mohenjodaro dan Harappa muncul sekitar tahun 2600 SM di sepanjang lembah sungai Indus. Artefak batu di lokasi Harappa terbuat dari pasir merah, tanah liat yang dipanggang pada suhu sangat tinggi.
Masyarakat
Orang-orang Dravida yang diperkirakan merupakan pendiri kota kuno ini sendiri menjadi tanda tanya bagi para arkeolog. Riwayat mereka tak dapat ditelusuri hingga sekarang. Bahasa dan aksara yang mereka gunakan dalam artefak-artefak yang ditemukan di sana masih belum dapat dipecahkan hingga sekarang. Uniknya di kota tersebut tidak ditemukan bangunan untuk kegiatan religius dan tanda-tanda sistem kasta. Hal ini mengakibatkan para peneliti berspekulasi kalau masyarakat Mohenjo Daro dan Harappa merupakan peradaban yang hidup bergantung sepenuhnya pada ilmu pengetahuan (sudah meninggalkan praktik keagamaan) dan memiliki filosofi hidup yang tinggi (terlihat dari ketiadaan sistem kasta dalam hierarki sosial).[1]
Kehancuran
Adanya trauma dan penyakit menular yang terlihat jelas pada kerangka manusia yang diambil dari tiga pemakaman kota Harappa, salah satu kota terbesar di peradaban Indus. Mereka menemukan adanya pertumbuhan karakter masyarakat Indus dan sifat kehancurannya. Hasil yang ditemukan pada orang-orang yang diambil (sampel analisis) dari kuburan ternyata memiliki tingkat tertinggi kekerasan dan penyakit. Tingkat kekerasan berkisar 50 persen pada 10 sampel tengkorak, dan lebih dari 20 persen membuktikan bahwa orang-orang ini terbukti menderita infeksi kusta.
Hasil analisis sangat bertentangan dengan dugaan lama yang menyatakan bahwa peradaban Indus berkembang sebagai masyarakat damai, koperasi dan egaliter, tanpa perbedaan sosial, hierarki, atau perbedaan akses sumber daya dasar.
Penduduk kota Harappa diduga menderita kusta selama fase pengembangan perkotaan Indus dan meningkat secara signifikan seiring waktu. Penyakit baru kemudian muncul seperti Tuberkulosis ditemukan pasca urbanisasi, cedera kekerasan (luka tengkorak) juga meningkat seiring waktu. Lingkungan perlahan mulai berubah, jaringan perdagangan semakin tidak terkendali, ketika digabungkan dengan perubahan sosial dan konteks budaya tertentu, maka semua kerjasama yang bertujuan untuk menciptakan situasi aman di semakin tidak bisa dipertahankan. Karena kekerasan dan penyakit meningkat pada level tertinggi, akhirnya manusia meninggalkan peradaban Indus di kota Harappa.