Geluh (bahasa Inggris: loam) merupakan tanah dengan komposisi pasir, debu, dan lempung dalam jumlah yang relatif seimbang (sekitar 40-40-20).[1]LIPI dan Kementerian Pekerjaan Umum Republik Indonesia mendefinisikan tanah geluh sebagai jenis tanah yang baik dalam keadaan kering tidak seperti berlemak, mempunyai daya susut muai yang tidak kecil dan mempunyai daya ikat yang kecil dalam keadaan basah maupun kering.[2][3] Tanah semacam ini dianggap ideal bagi bercocok tanam karena memiliki cukup hara dan humus daripada tanah pasiran, serapan dan drainasi air tanah lebih bagus daripada tanah debuan, dan lebih mudah diolah daripada tanah lempungan. Tanah geluh dapat dikatan merupakan tanah yang memiliki sifat di antara tanah pasir dan tanah liat.[4] Terdapat variasi dari geluh, dan merupakan istilah yang dipakai dalam ilmu tanah untuk menggambarkan perubahan komposisi pasir, debu, dan lempung: geluh pasiran, geluh debuan, geluh lempungan, geluh lempung pasiran, geluh lempung debuan, dan geluh.[1]
Geluh bersifat remah, lembap, dan mudah mengikat air dan nutrisi sehingga ideal untuk digunakan dalam pertanian.[5][6]
Tanah geluh terasa lunak dan mudah dikerjakan dalam kondisi kelembaban yang luas. Tanah yang banyak mengandung satu atau dua dari golongan ukuran partikel dapat bersifat seperti geluh jika memiliki struktur granular kuat, ditambah dengan tingginya kandungan bahan organik. Namun, tanah yang memenuhi definisi tekstural seperti geluh dapat kehilangan ciri-ciri bagusnya jika dipadatkan, dikurangi kandungan zatnya, atau adanya tanah liat yang tersebar di seluruh fraksi tanah halus (fine-earth).
Penggunaan sebagai bahan bangunan
Selain tanah liat, tanah geluh juga bisa digunakan sebagai bahan bangunan. Tanah geluh dapat digunakan untuk melapisi bagian dalam tembok dari suatu bangunan untuk mengatur kelembaban udara di dalamnya. Geluh yang dikombinasikan dengan jerami mampu digunakan sebagai bahan baku untuk membangun tembok. Teknologi ini termasuk yang tertua di dunia dalam hal konstruksi bangunan sebelum ditemukannya batu bata.[7]
^R. B. Brown (September 2003). "Soil Texture"(PDF). Fact Sheet SL-29. University of Florida, Institute of Food and Agricultural Sciences. Diarsipkan dari versi asli(PDF) tanggal 2011-01-04. Diakses tanggal 8 July 2008.