Gary Robert Habermas (lahir tahun 1950) adalah seorang sejarawan, sarjana Alkitab Perjanjian Baru, filsuf agama Kristen yang berasal dari Amerika Serikat. Ia merupakan seorang pengarang, pembicara dan pendebat terkenal dalam topik Kebangkitan Yesus.
Biografi
Habermas adalah seorang Distinguished Professor dalam bidang Apologetika dan Filsafat serta ketua departemen filsafat dan teologi pada Liberty University di Lynchburg, Virginia. Ia meraih gelar Ph.D. (1976) dari Michigan State University dalam bidang Sejarah dan Filsafat Agama. Gelar M.A. (1973) diraih dari University of Detroit dalam bidang Teologi Filsafat. Ia mengkhususkan diri dalam membuat katalog dan menyampaikan tren di antara para sarjana dalam bidang studi Yesus menurut sejarah dan Alkitab Perjanjian Baru. Habermas telah mengarang atau bersama mengarang lebih dari 35 buku dalam subyek agama dan filsafat, berkontribusi dalam lebih dari 60 bab atau artikel dalam buku-buku, serta menerbitkan lebih dari chapters 100 artikel dan tinjauan dalam jurnal-jurnal peer-reviewed.[1] Ia terus melakukan riset, menerbitkan makalah populer maupun akademik, berpartisipasi dalam debat serta sering muncul pada siaran televisi.
Pad tahun 1985, Dr. Gary Habermas dan Antony Flew berdebat mengenai pertanyaan sekitar Kebangkitan Yesus sebagai suatu peristiwa literal dan sejarah/fisik, di hadapan hadirin yang berjumlah 3000 orang. Lima filsuf dan lima hakim debat profesional menjadi juri debat itu. Di antara para filsuf yang menilai isi debat, empat menyatakan Habermas unggul sedangkan yang lain tidak dapat memberi keputusan. Di antara hakim debat yang menilai teknik debat, tiga memberi suara untuk Habermas sedangkan dua untuk Flew.[2] Debat ini dipublikasikan dalam suatu buku berjudul Did Jesus Rise from the Dead? The Resurrection Debate ("Apakah Yesus bangkit dari kematian? Debat mengenai Kebangkitan"; penerbit Harper & Row).
Pada tahun 2004, Habermas melakukan wawancara dengan Antony Flew yang dimuat dalam jurnal terbitan Biola University Philosophia Christi, di mana Flew mengubah keyakinan ateis yang lama dianutnya dengan menerima aliran teisme deistik.[3] Flew menegaskan bahwa ini bukanlah sekadar pergeseran dari percaya akan ketiadaan Allah menjadi kepercayaan yang kurang akan Allah, melainkan suatu pergeseran kepada kepercayaan positif bahwa Allah itu ada.[4]
Habermas menikah dengan Debbie selama 23 tahun sampai istrinya itu meninggal karena kanker pada tahun 1995. Ia menikah lagi dengan Eileen. Seluruhnya mereka mempunyai tujuh anak dan 11 cucu.
Hal Kebangkitan Yesus
Dalam bukunya Beyond Death (2004), yang ditulis bersama dengan J. P. Moreland, Habermas memaparkan dua belas fakta sejarah yang mendukung bahwa Kebangkitan Yesus adalah peristiwa nyata, bukan khayalan, sebagai berikut:[5]
- Yesus mati akibat penderitaan penyaliban
- Yesus dikuburkan
- Murid-murid-Nya ragu-ragu dan putus asa karena kematian Yesus menantang pengharapan mereka
- Kubur tempat Yesus dikuburkan diketemukan kosong hanya beberapa hari kemudian.
- Murid-murid mengalami pengalaman nyata yang mereka yakini sungguh-sungguh merupakan penampakan Yesus yang telah bangkit
- Murid-murid mengalami transformasi dan bahkan bersedia mati demi kebenaran peristiwa-peristiwa tersebut
- Pesan Injil ini merupakan pusat pemberitaan utama dalam gereja mula-mula
- Injil bahkan mulai diberitakan di Yerusalem, kota tempat Yesus mati
- Gereja Kristen didirikan teguh oleh murid-murid itu
- Hari utama untuk ibadah adalah hari Minggu—hari di mana Yesus dilaporkan telah bangkit
- Yakobus, saudara Yesus yang tadinya skeptis diubah kan ketika ia percaya telah melihat Yesus yang telah bangkit
- Paulus, seorang pemimpin penganiayaan gereja, juga diubahkan oleh suatu pengalaman nyata di mana ia percaya telah bertemu dengan Yesus yang telah bangkit.
Menurut Habermas, semua fakta tersebut masing-masing didukung data kuat dan kebanyakan sarjana (termasuk yang skeptis) mengakuinya sebagai fakta sejarah.[5] Hal ini tidak dapat digolongkan sebagai cerita legenda mengingat drastisnya perubahan yang dialami oleh para saksi yang benar-benar mengalami dan singkatnya selang waktu antara peristiwa tersebut dengan munculnya laporan-laporan tepercaya baik dari pihak murid-murid, maupun pihak yang memusuhi Kekristenan.[5]
Bibliografi
- Why is God Ignoring Me? (Tyndale House Publishers, 2010).
- A Conversation with Gary Habermas and Antony Flew: Did the Resurrection Happen? (InterVarsity Press, 2009).
- with John Thomas What's so God about Feeling Bad?, (Tyndale, 2008).
- with Jerry Walls & David Baggett C.S. Lewis as Philosopher, (InterVarsity, 2008).
- Resurrected?: An Atheist and Theist Dialogue, (Rowman & Littlefield, 2005).
- with Licona, Michael The Case for the Resurrection of Jesus, (Kregel, 2004).
- with Moreland, J.P. Beyond Death: Exploring the Evidence for Immortality, (Crossway, 2004).
- The Risen Jesus & Future Hope, (Rowman & Littlefield, 2003).
- The Thomas Factor: Using Your Doubts to Draw Closer to God (Broadman & Holman, 1999).
- The Historical Jesus: Ancient Evidence for the Life of Christ (College Press: Joplin, MI 1996).
- Ancient Evidence for the Life of Jesus: Historical Records of His Death and Resurrection
- Dealing With Doubt (Moody Press, 1990)
- Gary R. Habermas and Antony G. N. Flew, Did Jesus Rise from the Dead? The Resurrection Debate, ed. Terry L. Miethe (San Francisco: Harper & Row, 1987; Eugene, OR: Wipf and Stock, 2003).
Lihat pula
- Lee Strobel, yang mewawancarainya untuk salah satu buku tulisannya.
Referensi
Pranala luar
|
---|
Umum | |
---|
Perpustakaan nasional | |
---|
Basis data ilmiah | |
---|
Lain-lain | |
---|