Selama beberapa tahun, sistem angkutan umum di Singapura yang meliputi MTP Singapura telah diakui secara internasional karena efisiensinya dan kebersihannya. Namun, sejak Desember 2011, ganggungan pada layanan kereta MRT menjadi masalah nasional dan internasional yang berpengaruh. Terdapat dua gangguan MRT utama yang berdampak pada sebagian besar penduduk dan mendatangkan penindakan dari pemerintah Singapura:
Gangguan Jalur Utara-Selatan pada 15 Desember 2011 dan 17 Desember 2011 mengakibatkan Komite Inkuiri pemerintah melakukan penyelidikan terhadap dua gangguan utama.
Pada 7 Juli 2015, sebuah kerusakan listrik yang tidak berhubungan terkait pada insulasi rel ketiga mengakibatkan gangguan Jalur Timur-Barat dan Jalur Utara-Selatan.[1]
Ganti rugi
Untuk gangguan Desember 2011, Land Transport Authority (LTA) memberikan ganti rugi sebanyak S$2 juta pada SMRT (sekitar US$1.526 juta) untuk dua gangguan kereta di sepanjang Jalur Utara Selatan pada 15 dan 17 Desember 2011.[2] Untuk gangguan Juli 2015, LTA memberikan ganti rugi sebesar S$5.4 juta pada SMRT.[1]