Galian cenderung mendatangkan permasalahan lingkungan. Jika galian dilakukan di daerah dengan air tanah yang dangkal (dekat dengan permukaan tanah), maka lokasi galian harus dipompa secara berkala supaya tetap beroperasi. Galian batu cenderung menjadi semakin dalam dan mendekati permukaan air tanah sehingga risiko banjir ada meski tidak terjadi hujan. Ketika banjir pada galian sudah tidak dimungkinkan untuk dipompa, maka pengerjaan membutuhkan teknik dan mesin khusus untuk mendapatkan bebatuan yang terendam air, misal dengan dredging.
Berbagai lokasi galian yang kering akan menyebabkan terbentuknya debu yang dapat membahayakan kesehatan. Debu dapat terbang hingga ke desa dan kota terdekat. Masalah lainnya adalah polusi dan kemacetan dari kendaraan pengangkut hasil galian.
Berbagai lokasi galian yang telah terbengkalai akan senantiasa terisi dengan air dan akan membentuk danau. Karena dikelilingi oleh bebatuan di setiap sisi, maka air danau tersebut dapat memiliki temperatur yang cukup dingin.[1] Berbakai lokasi galian yang telah terbengkalai juga masih meninggalkan peralatan penambangan serta bebatuan lepas yang dapat membahayakan mereka yang berenang di dalamnya. Beberapa orang telah meninggal karena tenggelam di danau yang terbentuk dari bekas galian setiap tahunnya.[2][3]