Frans Lebu Raya

Frans Lebu Raya
Gubernur Nusa Tenggara Timur Ke-7
Masa jabatan
16 Juli 2008 – 16 Juli 2018
PresidenSusilo Bambang Yudhoyono
Joko Widodo
WakilEsthon Foenay (2008–13)
Benny A. Litelnoni (2013–18)
Sebelum
Pendahulu
Piet Tallo
Pengganti
Robert Simbolon (Pj.)
Viktor Laiskodat
Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur Ke-6
Masa jabatan
16 Juli 2003 – 16 Juli 2008
PresidenMegawati Soekarnoputri
Susilo Bambang Yudhoyono
GubernurPiet Tallo
Sebelum
Pendahulu
Johanes Pake Pani
Pengganti
Esthon Foenay
Sebelum
Informasi pribadi
Lahir
Frans Lebu Raya

(1960-05-18)18 Mei 1960
Watoone, Nusa Tenggara Timur, Indonesia
Meninggal19 Desember 2021(2021-12-19) (umur 61)
Denpasar, Bali, Indonesia
KebangsaanIndonesia
Partai politikPDI-P
Suami/istriLusia Adinda
Anak2
AlmamaterUniversitas Nusa Cendana
PekerjaanBirokrat, Politikus
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Drs. Frans Lebu Raya (18 Mei 1960 – 19 Desember 2021) adalah Gubernur Nusa Tenggara Timur periode 2008-2018. Ia terpilih menjadi Gubernur Nusa Tenggara Timur menggantikan Piet Tallo. Sebelumnya, ia merupakan Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur periode 2003 hingga 2008 yang berpasangan dengan Piet Tallo (terpilih melalui sidang DPRD Nusa Tenggara Timur pada tahun 2003).

Saat menjadi gubernur NTT, Frans Lebu Raya banyak melakukan gebrakan yang Pro Rakyat, dengan Spirit "Anggur Merah" (Anggaran Untuk Rakyat Menuju Sejahtera) Frans Lebu Raya meningkatkan perekonomian NTT.[1]

Kehidupan awal

Frans lahir pada tanggal 18 Mei 1960 di desa Watoone, sebuah desa kecil yang terletak di Pulau Adonara di Nusa Tenggara Timur. Ia adalah anak kedua dari pasangan Paulus Ola Samon dan Ina Maria Wae Peka. Frans memasuki sekolah dasar setempat di desanya pada usia empat tahun dan menyelesaikan pendidikannya di sekolah dasar pada tahun 1971 pada usia sebelas tahun.[2]

Frans melanjutkan pendidikannya di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Palugodam, sekolah milik aktivis Partai Demokrasi Indonesia Thomas Sili Mado Lamabelawa. Sekolah itu terletak sepuluh kilometer dari kampung halamannya dan Raya harus berjalan kaki bersama teman-temannya. Frans mengakhiri studinya di sana tiga tahun kemudian pada tahun 1974 dan pergi ke Kupang untuk belajar di Sekolah Menengah Olahraga Atas Kupang hingga tahun 1977.[2]

Karier sebagai pendidik

Dari Kupang, Frans kembali ke kampung halamannya dan menjadi guru di sebuah SMP setempat hingga tahun 1980. Setelah itu, Frans mendirikan sebuah SMP—SMP Katolik Lamaolot—dan menjadi kepala sekolahnya. Beberapa tahun kemudian, Raya meloloskan diri sebagai kepala sekolah dan melanjutkan pendidikan di Universitas Nusa Cendana di Kupang, satu-satunya universitas yang saat itu berada di Nusa Tenggara Timur.[2]

Semasa kuliah, Raya aktif berorganisasi dan berpolitik. Ia terpilih sebagai ketua umum senat fakultas pada tahun 1988 untuk masa jabatan dua tahun dan memimpin Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia Cabang Kupang. Ia lulus dari universitas dengan gelar doktorandus dan mulai mengajar di Universitas Katolik Widya Mandira Kupang dan Akademi Teknik Kupang. Ia juga mendirikan Yayasan Masyarakat Sejahtera, yang bertujuan membantu masyarakat dalam melaksanakan proyek-proyek di bidang kesehatan, terutama perbaikan gizi, pengendalian penyakit masyarakat, dan HIV/AIDS.[2]

Karier politik

Frans meninggalkan pekerjaannya sebagai pendidik untuk mengejar karier penuh waktu di politik. Frans menjadi ketua umum Partai Demokrasi Indonesia di Kupang pada 1996. Ketika peristiwa 27 Juli 1996 terjadi di tahun yang sama, Frans memihak Megawati Soekarnoputri, bukan Suryadi yang didukung pemerintah. Setelah reformasi politik yang menggulingkan Suharto pada tahun 1998, Megawati membentuk Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Frans menjadi sekretaris partai cabang Nusa Tenggara Timur.[2] Dalam kongres partai pertama yang diadakan pada awal Oktober 1998, Frans dan pimpinan cabang partai, Anton Haba, sangat mendukung kepemimpinan Megawati serta pencalonannya sebagai presiden.[3]

Ia dicalonkan sebagai calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Nusa Tenggara Timur dalam pemilihan umum legislatif Indonesia 1999. Frans terpilih menjadi anggota dewan dan menjadi wakil ketua dewan. Setahun kemudian, pada 2000, Frans menggantikan Anton Haba sebagai pimpinan partai di Nusa Tenggara Timur.[2]

Meninggal dunia

Pada 19 Desember 2021, ia meninggal dunia di Rumah Sakit Sanglah, Kota Denpasar, Bali.[4] Sebelumnya, ia menjalani perawatan di Unit Perawatan Intensif (ICU) RSUP Sanglah, Denpasar sejak awal Desember 2021.[5]

Referensi

  1. ^ "Gubernur Dalam Masa". Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Juli 2016. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-08-12. Diakses tanggal 5 Agustus 2018. 
  2. ^ a b c d e f "Menunggu "Anggur Merah" Frans Lebu Raya". Kompas.com. 14 July 2008. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-05-17. Diakses tanggal 20 December 2021. 
  3. ^ "Megawati akan Dapat Mandat untuk Menang dalam Pemilu 1999"Perlu langganan berbayar. Kompas. 1 October 1998. hlm. 6. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-25. Diakses tanggal 20 December 2021. 
  4. ^ Bere, Sigiranus Marutho (19 Desember 2021). Arief, Teuku Muhammad Valdy, ed. "Mantan Gubernur NTT Frans Lebu Raya Meninggal Dunia di Bali". Kompas.com. Kompas. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-05-20. Diakses tanggal 19 Desember 2021. 
  5. ^ "Mantan Gubernur NTT Jalani Perawatan Kesehatan". kupangterkini. 18 Desember 2021. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-05-29. Diakses tanggal 19 Desember 2021. 

Pranala luar

Jabatan politik
Didahului oleh:
Piet Tallo
Gubernur Nusa Tenggara Timur
2008–2018
Diteruskan oleh:
Robert Simbolon
Viktor Laiskodat
Didahului oleh:
Johanes Pake Pani
Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur
2003–2008
Diteruskan oleh:
Esthon Foenay