Formikofilia adalah salah satu bentuk zoofilia yang berupa ketertarikan seksual untuk dijelajahi atau digigit oleh serangga, seperti semut, atau makhluk kecil lainnya.[1][2] Orang yang memiliki parafilia ini seringkali menaruh serangga ke alat kelamin, dan area sensitif tubuh lain. Efek-efek yang diinginkan dalam parafilia ini dapat berupa rasa geli, menyengat, sensasi berlendir, atau dengan menimbulkan penderitaan psikologis pada orang lain.[3] Istilah ini pertama kali dicetuskan oleh Ratnin Dewaraja dan John Money pada tahun 1986, yang diambil dari bahasa Latin: formica (semut) + bahasa Yunaniphilia (cinta).[2]
Studi kasus
Dalam studi kasus pertama yang dilaporkan, pasien mulai memelihara semut di lemari kamarnya sebagai hobi ketika dia berusia sembilan tahun. Pada usia ini, ia menikmati "rasa geli" semut yang merayap di kaki dan pahanya. Pada usia sepuluh tahun, dia melakukan hubungan seksual dengan anak laki-laki lain, dan dipukuli ketika ayahnya mengetahui hal ini. Pada usia 13 atau 14 tahun, dia mulai mengoleksi siput dan kecoak, dan mulai disibukkan dengan kolekseinya. Dia juga mulai masturbasi dengan semut-semut yang merangkak di kakinya. Pada usia 28, ia melakukan masturbasi beberapa kali seminggu dengan membiarkan kecoak merayap di paha dan buah zakarnya, dan meneruh siput yang merayap di atas puting dan penisnya. Kadang-kadang, dia akan memegang katak di penisnya dan menikmati getaran saat katak mencoba melarikan diri. Pasien merasa jijik dengan kebiasaannya, tetapi tidak mendapatkan kesenangan dari aktivitas seksual yang normal. John Money menyarankan bahwa parafilia ini berkembang sebagai penyimpangan setelah ekspresi seksualnya yang normal dikaitkan dengan trauma hukuman ayahnya.[2]
Kasus lain dilaporkan pada tahun 2012. Pada usia 14 tahun, pasien melihat stik es krim yang dikerumuni semut, dan membayangkan bagaimana rasanya seandainya penisnya yang dikerumuni semut. Dia pun mulai membiarkan semut-semut merayap di alat kelaminnya, terutama semut api, sebuah praktik yang menurutnya menggairahkan secara seksual dan berlanjut hingga dewasa. Pasien ini kompeten secara sosial dan intelektual. Dia juga memiliki ketertarikan pada anjing dan kambing.[4]
Referensi
^Dewaraja, R (1987). "Formicophilia, an unusual paraphilia, treated with counseling and behavior therapy". American Journal of Psychotherapy. 41 (4): 593โ597. PMID3434651.
^ abcDewaraja, R; Money J (1986). "Transcultural sexology: Formicophilia, a newly named paraphilia in a young Buddhist male". Journal of Sex and Marital Therapy. 12 (2): 139โ145. doi:10.1080/00926238608415401. PMID3723604.
^Spizzirri, G.; Becher, G.; Reis, J.; Abdo, C. H. N. (2012). "Proceedings of the World Meeting on Sexual Medicine, Chicago, USA, August 26-30 2012". The Journal of Sexual Medicine. 9 (supplement s4): 253โ354. doi:10.1111/j.1743-6109.2012.02863.x.Parameter |name-list-style= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan) ("Formicophilia: A Case Report and Literature Review")