Fitopatologi atau patologi tumbuhan adalah cabang ilmu biologi yang mempelajari penyakittumbuhan.[1] Kajian penyakit fitopatologi ialah yang timbul akibat serangan patogen ataupun gangguan ketersediaan hara. Berasal dari gabungan kata bahasa Yunani: phyton berarti tumbuhan; pathos berarti sakit atau menderita; logos berati ilmu atau pengetahuan. Secara biologis tumbuhan dikatakan sakit bila tidak mampu melakukan kegiatan fisiologis secara normal, yang meliputi respirasi, fotosintesis, penyerapan gizi yang diperlukan dan lain-lain. Selain itu tanaman sakit juga tidak dapat menunjukkan kapasitas genetiknya, seperti berdaya hasil tinggi, morfologi yang normal dan lain-lain.
Studi ilmu penyakit tumbuhan meliputi studi tentang penyebab penyakit, studi tentang interaksi antara penyebab penyakit - tumbuhan inang dan lingkungan, studi tentang fisiologi tanaman sakit. Studi penyakit tumbuhan dalam populasi tumbuhanya disebut epidemiologi.
Berdasarkan penyebabnya penyakit tumbuhan dikelompokkan dalam:
penyakit yang disebabkan oleh penyebab non hidup (abiotik), penyakit demikian bersifat tidak menular (noninfectious), dan
penyakit tumbuhan yang disebabkan oleh jasad hidup (biotik), yang bersifat menular.
Penyebab penyakit abiotik antara lain adalah kekurang unsur hara, suhu yang sangat rendah ataupun sangat tinggi, pencemaran (polusi). Penyekait tumbuhan biotik antara lain adalah jamur (fungi), bakteri, fitoplasma, virus, viroid, nematoda dan tumbuhan parasitik.
Fitopatologi di Indonesia
Di Indonesia, kegiatan penelitian penyakit tumbuhan telah berlangsung sejak era penjajahan Belanda (Hindia Belanda). Penelitian banyak ditujukan pada penyakit tanaman perkebunan yang diusahakan oleh Belanda, antara lain tebu, tembakau, karet, kopi, kakao dan lain-lain.
Peneliti dalam bidang ilmu ini kebanyakan adalah orang-orang Belanda, sehingga saat awal kemerdekaan terjadi kekurangan tenaga peneliti. Salah satu ahli ilmu penyakit tumbuhan pada awal kemerdekaan adalah Prof. Dr. Ir. Toyib Hadiwijaya, seorang Guru Besar pada Fakultas Pertanian Universitas Indonesia di Bogor yang sekarang menjadi Institut Pertanian Bogor. Selanjutnya jumlah ahli ilmu penyakit tumbuhan makin bertambah banyak, dan pada tanggal 3 - 5 Agustus1970 mengadakan pertemuan di Perkebunan Teh Pagilaran (milik UGM, dan membentuk organisasi profesi bernama Perhimpunan Fitopatologi Indonesia (PFI).
Setiap dua tahun PFI menyelenggarakan Kongres dan Seminar Ilmiah; kongres terakhir pada tahun 2003 diselenggarakan di Purwokerto, Jawa Tengah. Pendiri organisasi yang saat ini masih ada kebanyakan telah purna tugas, mereka antara lain adalah Prof. Dr. Ir. Haryono Semangun (Guru Besar Emeritus Universitas Gadjah Mada, Prof. Dr. Ir. Sutrisno Hadi (Guru Besar Emeritus Institut Pertanian Bogor) dan Prof. Dr. Mien Achmad Rifai (Guru Besar Universitas Indonesia).
Referensi
^Susilawati dan Bachtiar, N. (2018). Biologi Dasar Terintegrasi(PDF). Pekanbaru: Kreasi Edukasi. hlm. 6. ISBN978-602-6879-99-8. Diarsipkan(PDF) dari versi asli tanggal 2021-04-15. Diakses tanggal 2021-01-30.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)