Fibromyalgia atau sindrom fibromyalgia adalah keadaan klinis yang ditandai dengan nyeri kronis yang dengan respon nyeri yang meningkat dengan penekanan.[5] Gejala lain termasuk kelelahan sampai pada tingkat tertentu yang mempengaruhi aktivitas normal, masalah tidur dan masalah ingatan.[3] Beberapa pasien melaporkan adanya sindrom kaki gelisah (Restless Legs Syndrome; RLS), masalah usus atau kandung kemih, mati rasa dan kesemutan, serta kepekaan terhadap kebisingan, cahaya, atau suhu.[4] Fibromyalgia sering dikaitkan dengan kecemasan, depresi, dan gangguan stres pasca trauma.[3] Jenis nyeri kronis lainnya juga sering muncul.[3]
Penyebab fibromyalgia masih belum diketahui, tapi kombinasi faktor genetik dan lingkungan diyakini terlibat.[3][4] Kondisi ini diyakini dapat diturunkan secara genetik.[8] Faktor lain yang dapat terlibat antara lain stres psikologis, trauma dan infeksi tertentu.[3] Rasa sakit yang muncul dapat diakibatkan oleh proses di sistem saraf pusat dan kondisi ini disebut sebagai "sindrom sensitisasi sentral".[5][3] Fibromyalgia dianggap sebagai sebuah kelainan oleh Institut Kesehatan Nasional Amerika Serikat dan American College of Rheumatology.[4][9] Saat ini tidak ada tes diagnostik khusus.[4] Diagnosis dapat ditegakkan dengan menyingkirkan kemungkinan penyakit lainnya dan membuktikan bahwa sejumlah gejala ada.[3][4]
Fibromyalgia diperkirakan dapat mempengaruhi 2-8% populasi.[3] Wanita lebih sering menderita penyakit ini dua kali lebih sering dibandingkan pria.[3] Angka tersebut tampak serupa di banyak wilayah di dunia dan di antara budaya yang berbeda.[3] Fibromyalgia pertama kali didefinisikan pada tahun 1990, dengan kriteria yang diperbarui pada tahun 2011.[3] Terdapat kontroversi mengenai klasifikasi, diagnosis, dan pengobatan fibromyalgia.[10][11] Meskipun beberapa pihak merasa diagnosis fibromyalgia dapat berdampak negatif pada seseorang, penelitian lain menganggapnya bermanfaat. [3]
Pengobatan fibromyalgia dapat menjadi sulit.[4]Rekomendasi pengobatannya sering kali mencakup tidur yang cukup, berolahraga secara teratur, dan mengonsumsi makanan yang sehat.[4]Terapi perilaku kognitif (CBT) juga dapat membantu penderita.[3][12] Obat duloxetine, milnacipran atau pregabalin dapat digunakan.[4] Penggunaan obat nyeri opioid masih kontroversial, beberapa pihak menyatakan kegunaannya tidak didukung oleh bukti[4][13], sedangkan pihak lain mengatakan bahwa opioid lemah mungkin dapat digunakan jika obat lain tidak efektif.[14]Suplemen makanan tidak memiliki bukti yang mendukung sebagai pengotaban.[4] Meskipun fibromyalgia dapat berlangsung lama, namun tidak menyebabkan kematian atau kerusakan jaringan.[4] Istilah "fibromyalgia" berasal dari bahasa Latinfibro-, yaitu "jaringan berserat", bahasa Yunani μυώ myo-, "otot", dan bahasa Yunani άλγος algos, "nyeri", sehingga istilah ini dapat diartikan sebagai "nyeri otot dan jaringan ikat fibrosa".[15]
Referensi
^"fibromyalgia". Collins Dictionaries. Diarsipkan dari versi asli tanggal 4 October 2015. Diakses tanggal 16 March 2016.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Ferri, Fred F. (2010). Ferri's differential diagnosis : a practical guide to the differential diagnosis of symptoms, signs, and clinical disorders (edisi ke-2nd). Philadelphia, PA: Elsevier/Mosby. hlm. Chapter F. ISBN978-0323076999.
^"Fibromyalgia". American College of Rheumatology. May 2015. Diarsipkan dari versi asli tanggal 17 March 2016. Diakses tanggal 16 March 2016.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Wang, SM; Han, C; Lee, SJ; Patkar, AA; Masand, PS; Pae, CU (June 2015). "Fibromyalgia diagnosis: a review of the past, present and future". Expert Review of Neurotherapeutics. 15 (6): 667–79. doi:10.1586/14737175.2015.1046841. PMID26035624.
^Mascarenhas, Rodrigo Oliveira; Souza, Mateus Bastos; Oliveira, Murilo Xavier; Lacerda, Ana Cristina; Mendonça, Vanessa Amaral; Henschke, Nicholas; Oliveira, Vinícius Cunha (26 October 2020). "Association of Therapies With Reduced Pain and Improved Quality of Life in Patients With Fibromyalgia: A Systematic Review and Meta-analysis". JAMA Internal Medicine. doi:10.1001/jamainternmed.2020.5651.