Faustin-Archange Touadéra
Faustin-Archange Touadéra (Prancis: [fostɛ̃ aʁkɑ̃ʒ twadeʁa]; lahir 21 April 1957[2]) adalah seorang politikus dan akademikus Afrika Tengah yang telah menjadi Presiden Republik Afrika Tengah sejak Maret 2016. Dia sebelumnya adalah Perdana Menteri negara itu dari Januari 2008 hingga Januari 2013. Pada pemilihan presiden Desember 2015 – Februari 2016, ia terpilih sebagai Presiden dalam putaran kedua pemungutan suara melawan mantan Perdana Menteri Anicet Georges Dologuelé. Dia terpilih kembali untuk masa jabatan kedua pada 27 Desember 2020. Touadéra lahir di Bangui;[3] keluarganya berasal dari Damara, di utara Bangui.[4] Ia menerima pendidikan keduanya di Barthelemy Boganda College di Bangui sebelum memasuki Universitas Bangui dan Universitas Abidjan. Ia memperoleh PhD dalam matematika murni di Universitas Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Lille (Lille I) di Prancis dan PhD lainnya, juga dalam matematika murni, di Universitas Yaoundé I di Kamerun tahun 2004. Tahun 1987 ia menjadi dosen asisten matematika di Universitas Bangui dan wakil presiden Fakultas Ilmiah Universitas mulai 1989 hingga 1992. Pada tahun berikutnya ia menjadi direktur perguruan tinggi pelatihan guru. Ia bergabung dengan Komite Antarnegara untuk Standardisasi Program Matematika di negara berbahasa Prancis dan Samudera Hindia (CIEHPM) tahun 1999, menjabat sebagai Presiden Komite sejak 2001 hingga 2003. Ia menjadi Wakil Kanselir Universitas Bangui pada Mei 2004.[3] Perdana menteriTouadéra ditunjuk sebagai Perdana Menteri oleh Presiden François Bozizé tanggal 22 Januari 2008, setelah pengunduran diri Élie Doté.[5] Pemerintahannya, terdiri dari 29 anggota—empat menteri negara, 17 menteri, dan tujuh menteri delegasi, bersama dirinya—ditunjuk tanggal 28 Januari.[6] Sebuah dialog nasional diadakan pada bulan Desember 2008, dan Presiden Bozizé kemudian membubarkan pemerintah Touadéra pada 18 Januari 2009 dalam persiapan untuk pembentukan pemerintah persatuan nasional.[7] Touadéra ditunjuk kembali sebagai Perdana Menteri pada tanggal 19 Januari. Kemudian pada hari yang sama, 31 menteri pemerintahan barunya diangkat, dengan hanya 10 menteri yang dipertahankan, banyak mantan pemberontak dimasukkan dalam daftar baru untuk mempersiapkan negara dalam rangka pemilihan lokal 2009 dan pemilihan presiden dan parlemen 2010.[8] Setelah kesepakatan damai antara pemerintah Bozizé dan koalisi pemberontak Seleka pada Januari 2013, Bozizé memberhentikan Touadéra pada tanggal 12 Januari 2013 sesuai dengan ketentuan perjanjian, perdana menteri baru diangkat dari kubu politik oposisi.[9] Catatan kaki
|