PT Solo Manufaktur Kreasi, juga dikenal sebagai Esemka, adalah perusahaan otomotif Indonesia yang berbasis di Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia. Merek "Esemka" dinamakan sebagai singkatan dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) untuk mengenali upaya siswa dalam mengembangkan merek mobil asli.[1] Meski awalnya media lokal biasa menyebutnya sebagai merek mobil nasional Indonesia, perusahaan tersebut menggambarkan Esemka hanya sebagai "kendaraan yang dibuat Indonesia". Sejak 2013 rata-rata 10 unit SUV dan mini truck telah diproduksi per bulan oleh perusahaan.
Perusahaan memulai produksi berbagai model mobil dan minivan di pabrik pembuatannya di Desa Demangan, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah sejak 2016. Pabrik ini resmi diresmikan oleh Presiden Indonesia Joko Widodo pada 6 September 2019.[2] Pada saat diresmikan, pabrik tersebut memiliki kapasitas produksi 12.000 kendaraan per tahun. Esemka menggunakan komponen buatan lokal dari perusahaan seperti INKA dan Pertamina.[3][4]
Sejarah
Perjalanan Esemka melibatkan sejumlah sekolah menengah kejuruan. Esemka merupakan mobil Esemka pertama yang dirakit pada tahun 2011 oleh sekolah menengah kejuruan negeri di Jawa Tengah. Mobil tersebut mendapat publisitas luas ketika Joko Widodo mulai digunakan sebagai kendaraan dinas sebagai Walikota Solo pada masa itu.[5] Untuk desain model dan riset pasar, Esemka berkerja sama dengan produsen mobil dari Tiongkok bernama Chery Automobile Co. dan Guandong Foday Automobile Co. untuk mengembangkan produksi mobil-mobil Esemka dalam skala besar.[6][7]
2007 - SMK Indonesia Bermitra AIK (Autocar Indutri Komponen) merancang dan memprouksi komponen engine mobil 1500 cc.
2008 - SMK Indonesia bersama AIK meneruskan program pembuatan komponen engine.
2009 - SMK bermitra dengan PT Nasional Motor membuat body double cabin dan bersama PT Mageda membuat body SUV dan direstui oleh presiden Republik Indonesia ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono dalam pameran di ITB.
2010 - Bermitra dengan Foday, Jinbei, dan UKM di Indonesia untuk mengembangkan mobil SUV dan minitruck uji produk di pameran Indonesia International Manufacturing (IIM 2010) mendapat sambuatan yang antusias dari masyarakat bersama-sama mendirikan PT Solo Manufaktur Kreasi sekaligus menjadi pemegang merk Esemka.
2011 - PT Solo Manufaktur Kreasi mengurus perizinan produksi (Kemenperin RI) dan kelayakan jalan (Kemenhub RI dan BTMP) sesuai Peraturan Pemerintah hingga layak diperdagangkan.
2012 - PT Solo Manufaktur Kreasi mengeluarkan Varian Rajawali R2 dan Bima 1.1 dan menjalin kerjasama dengan beberapa pabrikan komponen luar negeri dan UKM di Indonesia untuk pengembangan varian.
2013 - PT Solo Manufaktur Kreasi berhasil mengeluarkan beberapa unit dari varian Esemka Rajawali untuk media belajar dan operasional. Pada tahun ini, Esemka juga tercatat mendistribusikan 40 unit mobil yang terdiri dari model Bima pikap dan Rajawali SUV. Pemesan mobil Esemka ini berasal dari berbagai kota, diantaranya Jakarta, Dumai, Cilegon, dan Surabaya.[8]
2014 - Esemka merancang mobil angkutan pedesaan, angkutan umum massal dan juga beberapa angkutan berpenumpang banyak (Minibus dan Minitruck).
2016 - Esemka membangun plan perakitan pertama di Desa Demangan, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.
2017 - Pada bulan September 2017, muncul spyshot mobil pickup double cabin yang bernama Esemka Digdaya. Mobil ini berbasis dari mobil Tiongkok yang bernama Foday F22 yang juga berbasis dari Isuzu D-Max.[9]
2018 - Pada bulan Januari 2018, muncul kembali spyshot mobil SUV bernama Esemka Garuda 1 yang juga berbasis dari Foday, bernama Foday Landfort.[10]
2019 - Pada 6 September 2019, Esemka resmi meluncurkan dua mobil pickup produksinya, yaitu Esemka Bima 1.2 dan Esemka Bima 1.3.[11] Tercatat 35 unit Esemka Bima 1.3 diserahkan kepada TNI AU ke satuan-satuan Lanud Atang Sendjaja di Terminal Selatan Lanud Halim Perdana Kusuma.[12]
2020 - 200 unit Esemka Bima 1.2 dikirim ke Lampung.[13]
Pada tanggal 6 September 2019, secara resmi Presiden Republik Indonesia ke-7, Joko Widodo meresmikan Esemka Bima dan pabrik PT. Solo Manufaktur Kreasi di Desa Demangan, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.
Esemka Bima 1.2 dan 1.3 merupakan mobil pickup niaga produksi masal Esemka Bima 1.2 dan Esemka Bima 1.3 , namun di produksi sendiri oleh Esemka untuk pasar domestik Indonesia di pabrik perakitannya di Boyolali, Jawa Tengah.
Esemka Bima 1.2 & 1.3 di klaim memiliki kandungan lokal sebesar 60%,[14] kandungan lokal tersebut berasal dari rekanan pemasok komponen Esemka seperti PT INKA (rangka, tangki bensin dan bak), PT Cikarang Perkasa Manufacturing (blok mesin dan blok transmisi), Pertamina (pelumas), ABC Bawen Karoseri (jok dan bak), Catur Karya Manunggal (knalpot), PT Usra Tampi (dashboard dan kemudi), PT Samudera Luas Paramacitra (shockbreaker dan per daun) dan lain sebagainya.[15][16] Sedangkan untuk ECU, ring piston, katup, speedometer, injektor dan beberapa part lain masih di impor.
Prototipe
Esemka Rajawali
Esemka Rajawali merupakan model SUV bermesin Esemka 1.5i, 1.500 cc multi point injection 4 silinder yang mampu menghasilkan tenaga sebesar 103 tenaga kuda pada putaran 5.500 rpm dengan torsi puncak hingga 145 Nm di 4.100 rpm.[17] Rajawali mampu menampung 7 orang karena mempunyai panjang 5.035 mm, lebar 1.690 mm, dan tinggi 1.630 mm. Rajawali juga telah dibekali sederet fitur elektronik mirip SUV premium lainnya, misalnya central lock, power window, AC dual zone, sensor parkir, hingga head unit CD player.
Rajawali dirakit oleh SMK Negeri 2 Surakarta dan SMK Warga Surakarta. Mobil Esemka Rajawali menjadi terkenal setelah Joko Widodo, mantan wali kota Solo memakainya sebagai mobil dinasnya. Esemka Rajawali akan diuji emisi sebelum siap diproduksi massal.
Esemka Rajawali R2
Esemka Rajawali (R2) adalah varian dan pengembangan dari tipe Esemka Rajawali I (Alpha), dengan kekuatan mesin 1600cc dan berpenumpang 5 orang. Pengembangan Esemka Rajawali R2 ini bertitik tumpu pada mesin dengan yang lebih besar dari sebelumnya. Tetap mengacu pada tipe SUV dan mengedepankan fitur keamanan. Esemka Rajawali R2 dilengkapi dengan ABS (Anti Lock Brake System), BA (Brake assist), EBD (Electronic brakeforce distribution), dan SRS Air Bag.
Esemka Digdaya I
Esemka Digdaya merupakan model pikap kabin ganda yang dirakit oleh SMK 1 Singosari. Kendaraan ini berjenis MPV dan dipamerkan dalam Pameran Produk Indonesia 2009 Di KemayoranJakarta. Tenaga penggerak menggunakan mesin eks Timor 1.500 cc. Mobil Esemka Digdaya dirancang multifungsi, baik untuk kenyamanan berkendara maupun niaga. Kuat menampung hingga lima orang dan kabin belakangnya bisa mengangkut sepeda atau barang belanjaan. Digdaya dan Rajawali mempunyai spesifikasi mesin dan bodi yang sama. Mobil Digdaya ini dibanderol dengan harga di bawah Rp150 juta. Pilihan-pilihan untuk Rajawali dan Digdaya tersebut antara lain mesin bensin berkapasitas 1.800 cc, 2.000 cc, dan 2.200 cc. Sedangkan untuk yang berbahan bakar diesel sudah disiapkan 2.500 cc.
Dalam perkembangannya, Esemka Digdaya dikembangkan oleh beberapa SMK diseluruh pelosok tanah air, dan telah dilahirkan Esemka Digdaya II bermesin Esemka 1.5i dari SOLO Jawa Tengah.
Esemka Bima 1.5
Esemka Bima Pick Up 1.5i merupakan model van yang dirakit oleh SMK Negeri 6 Malang.
Esemka Bima 1.1
Esemka Bima 1.1 adalah prototipe pick up dengan kapasitas mesin 1083 cc bertenaga 74 hp @6000rpm dan torsi 93 N.m @3500-4500rpm yang berkapasitas penumpang 2 orang, serta dilengkapi dengan AC dan power steering. Mobil ini berbasis dari pick up Chery Q22B/Karry Youjin,[18] yang juga pernah di jual di Indonesia dengan nama Chery TransCab 1.1.[19] Dari hasil uji coba, Bima 1.1 mampu menempuh 20 km dengan konsumsi 1 liter bahan bakar bensin. Mobil ini menggunakan bak model tree way.
Prototype Esemka Bima 1.1 produksi tahun 2013 di uji coba selama 6 tahun oleh Dwi Budhi Martono, guru otomotif di SMK Negeri 2 Surakarta dan sekaligus konsultan otomotif Esemka. Selama uji coba tersebut, Esemka Bima 1.1 telah menempuh jarak sekitar 300.000 kilometer. Beberapa test yang di lakukan antara lain seperti uji coba perjalanan jauh ke Serang, Banten dan Banyuwangi, Jawa Timur, serta uji coba mengangkut beban pupuk seberat 1 ton dari Tawangmangu, Karanganyar sampai ke Cepogo, Boyolali, walaupun kapasitas angkut maksimal yang di anjurkan adalah 750 kilogram.[20]
Esemka Bima 1.2
Esemka 1.3
Esemka Bima 1.3 adalah varian pengembangan dari Esemka Bima Versi sebelum nya
Esemka Hatchback
Esemka Hatchback merupakan model mobil kota dengan mesin 1.5i multi injection.
Esemka Surya
Esemka Surya merupakan mobil Esemka yang dirakit oleh SMK Muhammadiyah 2 Borobudur bekerja sama dengan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Beberapa model yang dibangun antara lain mobil ambulans, mobil box roti, Sang Surya Esemka Rajawali, Sang Surya Esemka Double Cabin dan Sang Surya Mini Truk. Mobil ambulans yang diluncurkan telah memiliki kelengkapan surat izin resmi dan telah laik jalan. Kepala Sekolah SMK Muhammadiyah 2 Borobudur, Suyitno mengklaim bahwa Esemka Surya Mini Truk mengandung 90% komponen lokal.
Esemka Zhangaro
Esemka Zhangaro merupakan model pikap niaga yang dirakit oleh SMK Negeri 10 Malang.
Esemka Borneo merupakan mobil minibus dengan daya angkut 15 penumpang dengan menggunakan kekuatan mesin 2.776 cc.
Esemka dan SMK Indonesia
Dalam perjalanannya Esemka melibatkan sekolah-sekolah menengah kejuruan Indonesia antara lain:
SMK Negeri 2 Salatiga
SMK Warga Surakarta
SMK Tunas Harapan, Pati
SMK Negeri 4 Kota Bekasi
SMK Muhammadiyah 2 Borobudur
SMK Negeri 6 Malang
SMK Negeri 1 Singosari
SMK Negeri 2 Pasuruan
SMK Negeri 1 Trucuk Klaten
SMK Negeri 2 Surabaya
SMK Negeri 2 Kendal
SMK Negeri 1 Semarang
SMK Negeri 2 Tasikmalaya
SMK Negeri 2 Terbangi Besar
SMK Negeri 2 Surakarta
SMK Negeri 5 Surakarta
SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo
SMK Negeri 1 Pungging Mojokerto
SMK Negeri 2 Probolinggo
SMK Negeri 1 Madiun
SMK Negeri 1 Kediri
SMK Negeri 1 Blitar
SMK Negeri 1 Bekasi
SMK Negeri 56 Jakarta
SMK Negeri 5 Banjarmasin
SMK Negeri 1 Tengaran
SMK Negeri 1 Cilegon
SMK NU Kaplongan
SMK Negeri 5 Padang
SMK Negeri 2 Wonogiri
SMK Negeri 2 Manado
SMK Negeri 2 Jember
SMK Negeri 2 Ciamis
Uji emisi
Esemka gagal uji emisi
Setelah menempuh perjalanan dari Surakarta menuju Jakarta, maka pada tanggal 27 Februari 2012 mobil Esemka Rajawali melakukan Uji Emisi Euro-2 di Balai Thermodinamika Motor dan Propulsi (BMTP) Serpong, Tangerang Selatan, Banten. Kendaraan didiamkan selama 6 jam untuk mendinginkan mesin, oli dan air radiator, kemudian Uji Emisi dilakukan dan hanya memakan waktu 19 menit 45 detik dengan 'hasil' tidak ada masalah dan kendala apapun, walaupun demikian hasil rinci uji emisi secara resmi hanya bisa diumumkan oleh Dirjen Perhubungan Darat sebagai pemberi perintah. BMTP berada di bawah Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang memiliki sertifikat internasional dan resmi.[21] Ini adalah salah satu langkah yang harus dipenuhi agar mobil tersebut dikatakan layak jalan dan dapat diproduksi massal, setelah mendapatkan Nomor Identifikasi Kendaraan.
Kementerian Perhubungan belum bisa mengeluarkan Sertifikat Uji Tipe Esemka, karena hasil uji kendaraan tersebut di atas ternyata CO sebesar 11.63 gram/kilometer dan HC+NOx 2,69 gram/kilometer di mana seharusnya maksimum CO 5,0 gram/kilometer dan HC+NOx 0,70 gram/kilometer.[22]
Esemka lulus uji emisi
Tanggal 16 Agustus 2012, merupakan tonggak keberhasilan Esemka, setelah melalui proses perbaikan, akhirnya Esemka Rajawali I, Esemka Rajawali R2 dan Esemka Bima 1.1 berhasil melampaui nilai ambang batas Euro 2 dengan hasil CO = 1.544 g/km dan NOx+HC = 0,598 g/km.[butuh rujukan]
^Suwanti, Bambang Dwi Marwoto /; Suwanti (2019-09-06). Rahmad Nasution, Rahmad, ed. "President Jokowi inaugurates 'Esemka' car manufacturing factory". ANTARA News. Indonesia: ANTARA News. Diakses tanggal 2019-09-09.Lebih dari satu parameter |author1= dan |last= yang digunakan (bantuan); Lebih dari satu parameter |editor-last= dan |editor= yang digunakan (bantuan)