Engine Alliance GP7200 pada awalnya dikembangkan sebagai mesin untuk pesawat Boeing 747-500X/-600X. Setelah Boeing membatalkan proyek tersebut, Engine Alliance kemudian memfokuskan GP7200 untuk dipasangkan pada Airbus A380 yang saat itu masih dalam tahap pengembangan oleh Airbus. Mesin ini dibangun pada skala 0,72 dari inti mesin GE90-110B/115B dan termasuk desain kipas dan sistem bertekanan rendah dari Pratt & Whitney.[1]
Pesaing GP7200, Rolls-Royce Trent 900, dinobatkan sebagai kandidat utama mesin pesawat A3XX (sebutan awal A380) pada 1996 dan awalnya dipilih oleh hampir seluruh maskapai pemesan A380. Namun, GE/PW berhasil menaikkan pangsa pasar mesin mereka yang akan dipasang pada A380, dimana pada September 2007, mesin GE/PW akan terpasang pada 47% armada A380. Maskapai Emirates yang saat itu memesan 55 A380-800, memilih mesin GE/PW untuk dipasangkan pada A380 mereka. Pesawat A380 yang ditenagai oleh mesin GP7200 akan memiliki nomor model A380-86X karena 6 adalah kode mesin untuk Engine Alliance di Airbus. Menurut laporan tahun 2017, mesin GP7200 terpasang pada sekitar 60% Airbus A380 yang beroperasi.[2]
Uji darat pertama dari GP7200 dimulai pada April 2004 dan diuji terbang pertama kali sebagai mesin nomor dua pada pesawat uji Boeing 747 milik GE di Victorville, California pada Desember 2004.[3] Sertifikasi dari Federal Aviation Administration untuk operasional komersial diraih pada 4 Januari 2006.[4] Uji darat mesin GP7200 yang dipasang dengan Airbus A380 dilakukan untuk pertama kalinya pada 14 Agustus 2006 di Toulouse.[5] Pada 25 Agustus 2006, pesawat yang sama (A380-861 MSN 009) menjadi A380 pertama yang terbang dengan mesin GP7200. Penerbangan uji tersebut dilakukan di Toulouse dan berlangsung selama empat jam. Pengujian pembatalan lepas landas dilakukan pada hari sebelumnya.
Engine Alliance menawarkan GP7200 untuk Airbus A380 baik dalam konfigurasi penumpang maupun kargo. Varian GP7270 memberikan daya dorong sebesar 33.244 kN (7.474.000 lbf) untuk A380 dengan berat 560 ton, sedangkan GP7277 memberikan daya dorong sebesar 3.571 kN (803.000 lbf) untuk A380 khusus kargo dengan berat 590 ton (yang kemudian dibatalkan oleh Airbus). Pada pertengahan 2011, Engine Alliance mengumumkan peningkatan berupa pengurangan berat setiap mesin sebesar 23 kg (51 pon). Pengurangan tersebut berasal dari komponen mesin yang dibuat oleh Volvo Aero.[6]
MTU Aero Engines menjadi mitra utama dalam program pengembangan GP7200 dengan kontribusi sebesar 22,5%. Perusahaan Jerman tersebut memproduksi turbin bertekanan tinggi, turbin bertekanan rendah, dan rangka tengah turbin. Safran dengan kontribusi sebesar 17,5% mendesain dan memproduksi kompresor bertekanan rendah.[7] MDS Aero Support Corporation dari Kanada bekerja sama dengan MTU untuk mengembangkan testbed generasi mendatang.
MDS melalui kerja sama dengan perusahaan lainnya membangun fasilitas untuk menguji versi berikutnya dari mesin GP7200 di Prancis.[8]
Pada 30 September 2017, Air France Penerbangan 66, sebuah Airbus A380 dengan registrasi F-HPJE, mengalami kegagalan turbin mesin di tengah penerbangan dimana seluruh modul kipas (bilah dan cakram) serta penutup depan dari mesin nomor empat terlepas. Pesawat yang terbang dari Bandara Charles de Gaulle, Paris menuju Bandara Los Angeles tersebut kemudian berhasil melakukan pendaratan darurat di Pangkalan Udara Goose Bay, Kanada.[11][12] Untuk menerbangkan pulang pesawat tersebut, mesin yang rusak dilepas dan dikirimkan kembali ke fasilitas General Electric di Cardiff; sebuah mesin pengganti harus dipasang di posisi mesin yang rusak untuk menyeimbangkan pesawat, namun tidak boleh dinyalakan.[13] Puing-puing dari mesin nomor empat yang mengalami kegagalan ditemukan di Greenland.[14]