Elang mata putih
Elang mata putih (Butastur teesa) adalah burung pemangsa dari famili Accipitridae yang menghuni wilayah Asia Selatan dan Indonesia. Burung ini adalah satwa liar dilindungi di Indonesia.[1] DeskripsiBurung pemangsa dengan tubuh ramping, iris mata dan warna bulu di tenggorokan berwarna putih, setrip putih tua di bagian dada. Bulu berwarna putih di belakang kepala. Ketika bertengger, ujung sayap hampir menyentuh ujung ekor. Bagian hidung berwarna kuning dan bulu bagian kepala berwarna gelap dengan bagian bawah tubuh bergaris-garis gelap. Saat terbang sayap bagian atas tampak berwarna coklat dengan garis-garis putih pucat. Ekor berwarna karat dengan bagian bawah lebih gelap. Burung muda memiliki iris kecoklatan dengan dahi berwarna keputihan dengan "alis" lebar.[2] Perbedaan mencolok elang mata putih dengan elang kelabu adalah dewasanya yang memiliki "alis" berwarna putih.[3][4] Burung muda yang siap terbang berwarna coklat kemerahan, tidak seperti anakan burung pemangsa lainnya yang cenderung berwarna putih. Taksonomi dan sistematikaJulukan teesa diturunkan dari nama dalam bahasa Hindi.[4] Spesies burung pemangsa ini dicandrakan dari spesimen yang dikoleksi oleh James Franklin yang menempatkannya dalam marga Circus.[4] Nama Butastur digunakan untuk menunjukkan karakter tengahan antara Buteo dan Astur yang merupakan nama lama untuk alap-alap. Berdasarkan kajian filogenetika molekular, marga Butastur berkelompok dekat dengan Buteo, dan berkerabat dengan subkeluarga Buteoninae.[5] Persebaran dan habitatSpesies ini tersebar luas di Asia Selatan, mulai dari dataran di India hingga ke ketinggian 1.000 mdpl di Himalaya. Burung penetap di Iran, Pakistan, Nepal, Bangladesh, dan Myanmar. Catatan lain juga menunjukkan spesies ini bertengger di sekitar Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, Sulawesi Selatan.[6] Elang mata putih tidak terdapat di Sri Lanka dan kemungkinan demikian juga di Kepulauan Andaman. Burung ini merupakan bermigrasi ke Afghanistan bagian utara saat musim panas. Umumnya ditemukan di tanah dataran hingga ke ketinggian 1200 mdpl di kaki pegunungan Himalaya.[3] Lebih sering ditemukan di hutan terbuka kering atau lahan budidaya. Tren populasinya menurun, ditunjukkan dengan survei pada akhir 1950an yang diperkirakan sekitar 5000 individu di sekitar Delhi.[7] Perilaku dan ekologiElang mata putih biasanya terlihat terbang membubung sendiri atau bertengger. Terkadang juga tampak berkelompok yang terdiri dari dua atau tiga individu. Elang ini punya suara panggilan dengan nada menurun yang berulang ketika terbang membubung secara berpasangan.[3] Burung raptor ini riuh saat musim berbiak.[8] Makanannya berupa serangga seperti belalang, jangkrik, tikus, kadal, dan katak. Mereka juga memangsa kepiting di lahan basah[9] dan tercatat memangsa hewan yang lebih besar misalnya kelinci.[10] Musim berbiak sekitar Februari hingga Mei. Sarangnya tersusun dari ranting yang ditempatkan di pohon yang daunnya sedikit.[11] Sekali bertelur, jumlahnya adalah tiga butir yang berwarna putih polos tanpa bintik-bintik.[12] Kedua induk berbagi sarang dan memberi makan anakannya. Hanya induk betina yang mengerami selama 19 hari sampai menetas.[13][14][15] Spesies cacing pipih endoparasit dideskripsikan dari hati mata elang putih.[16] Sementara itu, spesies nematoda Contracaecum milvi juga tercatat hidup di hati dan perut spesies ini.[17] Cacing parasit Mediorhynchus gibson dan M. fatimae juga telah dideskripsikan dari spesimen yang berasal dari Pakistan.[18] Protozoa yang hidup di aliran darah terdeskripsi sebagai marga Atoxoplasma.[19] Seperti kebanyakan burung lainnya, mereka memiliki kutu ektoparasit seperti Colpocephalum zeraferae yang juga ditemukan pada jenis burung pemangsa lain.[20] Berdasarkan kajian di Rajashtan pada 2011 elang mata putih merupakan spesies terbanyak kedua yang mati akibat tersetrum setelah alap-alap.[21] Referensi
|