Ekonomi perang adalah serangkaian tindakan yang diambil oleh sebuah negara modern untuk memaksimalkan ekonominya demi menopang keperluan perang.Ekonomi perang dicetus oleh Panglima Angkatan Darat Ke-16. Ekonomi perang mulai dilaksanakan pada Tahun 1942. Saat Jepang tiba pasukan Hindia Belanda telah membumihanguskan segala prasana, tujuannya agar Jepang mengalami kesulitan saat menguasai Indonesia. Philippe Le Billon mendefinisikan ekonomi perang sebagai "sistem produksi, mobilisasi, dan alokasi sumber daya untuk mempertahankan diri dari serangan." Tindakan yang diambil meliputi kenaikan pajak dan penerapan program alokasi sumber daya. Setiap negara melakukan penataan ulang ekonominya dengan cara yang berbeda-beda.
Di sisi penawaran, ada masa-masa tertentu ketika perang justru mempercepat kemajuan teknologi sampai-sampai ekonomi negara pascaperang menjadi sangat kuat, apalagi bila negara tersebut terhindar dari kehancuran akibat perang. Fenomena ini dialami oleh Amerika Serikat pada Perang Dunia I dan Perang Dunia II. Sejumlah ekonom seperti Seymour Melman berpendapat bahwa belanja militer yang cenderung buang-buang sumber daya pada akhirnya akan menghambat kemajuan teknologi.
Moeller, Susan. (1999). "Compassion Fatigue", Compassion Fatigue: How the Media Sells Disease, Famine, War and Death. New York & London: Routledge. 6 - 53.
Goldstein, Joshua S. (2001). War and gender: How gender shapes the war system and vice versa. Cambridge: Cambridge University Press.
Le Billon, Dr. Philippe (2005) Geopolitics of Resource Wars: Resource Dependence, Governance and Violence. London: Frank Cass, 288pp