Halaman ini berisi artikel tentang E.I. du Pont de Nemours and Company sebelum bergabung dengan Dow Chemical. Untuk penggunaan lain, lihat Dupont (disambiguasi). Untuk suksesor yang dibentuk melalui penggabungan pada tahun 2017, lihat DuPont.
Pada tahun 2014, DuPont merupakan produsen bahan kimia dengan kapitalisasi pasar terbesar keempat di dunia[3] dan dengan pendapatan terbesar kedelapan di dunia.[4] Pada tanggal 31 Agustus 2017, perusahaan ini bergabung dengan Dow Chemical Company untuk membentuk DowDuPont.
DuPont didirikan pada tahun 1802 oleh Éleuthère Irénée du Pont, dengan menggunakan modal yang dikumpulkan di Prancis dan permesinan bubuk mesiu yang diimpor dari Prancis. Ia memulai perusahaan ini di Pabrik Eleutherian, di Brandywine Creek, dekat Wilmington, Delaware, dua tahun setelah du Pont dan keluarganya kabur dari Prancis untuk menghindari Revolusi Prancis dan persekusi terhadap Protestan Huguenot. Perusahaan ini awalnya memproduksi bubuk mesiu, karena du Pont menyadari bahwa industri bubuk mesiu di Amerika Utara masih tertinggal dengan Eropa. Perusahaan ini pun tumbuh pesat, dan pada pertengahan abad ke-19, telah menjadi pemasok bubuk mesiu terbesar untuk militer Amerika Serikat, dengan memasok sepertiga hingga setengah bubuk mesiu yang digunakan oleh Union Army selama Perang Saudara Amerika.[5] Pabrik Eleutherian kini dijadikan sebuah museum dan menjadi sebuah Mercu Tanda Sejarah Nasional.
Ekspansi: 1902 - 1912
DuPont terus berekspansi, dengan mulai memproduksi dinamit dan bubuk tak berasap. Pada tahun 1902, presiden DuPont, Eugene du Pont meninggal, dan mitranya pun menjual perusahaan ini ke tiga cicit dari Eugene. Charles Lee Reese kemudian ditunjuk sebagai direktur dan perusahaan ini mulai memusatkan departemen risetnya.[6] Perusahaan ini kemudian membeli sejumlah produsen bahan kimia. Pada tahun 1912, pembelian-pembelian tersebut membuat perusahaan ini mendapat perhatian dari pemerintah sesuai dengan Undang-Undang Antitrust Sherman. Pengadilan kemudian memutuskan bahwa dominasi perusahaan ini di bisnis peledak merupakan sebuah monopoli, sehingga memerintahkan perusahaan ini untuk melakukan divestasi. Putusan tersebut pun menghasilkan pembentukan Hercules Powder Company (kemudian Hercules Inc. dan kini merupakan bagian dari Ashland Inc.) dan Atlas Powder Company (dibeli oleh Imperial Chemical Industries (ICI) dan kini merupakan bagian dari AkzoNobel).[7] Pada saat melakukan divestasi, DuPont mempertahankan bubuk mesiu nitroselulosa berbasis tunggal, sementara Hercules memegang bubuk mesiu berbasis ganda yang menggabungkan nitroselulosa dan nitrogliserin. DuPont kemudian mengembangkan jajaran produk bubuk tak berasapImproved Military Rifle (IMR).[8]
Pada tahun 1910, DuPont menerbitkan sebuah brosur yang berjudul "Farming with Dynamite". Pamflet tersebut bersifat instruksi, dan menekankan manfaat dari penggunaan produk dinamit dari DuPont pada tunggul dan berbagai macam rintangan lain yang akan lebih mudah dilepas dengan menggunakan dinamit, jika dibandingkan dengan cara yang lebih konvensional.[9]
Pada tahun 1914, Pierre S. du Pont berinvestasi di industri otomotif, dengan membeli sejumlah saham General Motors (GM). Setahun kemudian, Pierre diundang untuk menjadi direksi GM dan kemudian ditunjuk menjadi chairman. DuPont kemudian juga membeli saham GM senilai $25 juta untuk memperbaiki kondisi keuangan GM. Pada tahun 1920, Pierre S. du Pont terpilih menjadi presiden General Motors. Di bawah bimbingan du Pont, GM pun menjadi produsen mobil terbesar di dunia. Namun pada tahun 1957, karena pengaruh DuPont terhadap GM, sesuai Undang-Undang Antitrust Clayton, DuPont terpaksa menjual saham GM yang mereka pegang.
Terobosan besar: 1920-an – 1930-an
Pada dekade 1920-an, DuPont melanjutkan fokusnya pada ilmu bahan, dengan mempekerjakan Wallace Carothers untuk mengerjakan polimer pada tahun 1928. Carothers pun menciptakan neoprena, sebuah karet sintetis;[10]poliester superpolimer pertama; dan, pada tahun 1935, nylon. Beberapa tahun kemudian, Teflon juga berhasil diciptakan, dan kemudian terbukti menyebabkan masalah kesehatan pada orang yang memproduksi ataupun menggunakan bahan tersebut.[11] DuPont memperkenalkan fenotiazin sebagai sebuah insektisida pada tahun 1935.[12]
Perang Dunia II: 1941–1945
DuPont menempati peringkat ke-15 di antara perusahaan asal Amerika Serikat yang lain, dalam hal nilai kontrak produksi selama masa perang.[13] Sebagai pencipta dan produsen nylon, DuPont membantu memproduksi bahan mentah untuk parasut, kantong bubuk mesiu,[14] dan ban.[15]
DuPont merupakan salah satu dari sekitar 150 perusahaan asal Amerika yang menyediakan paten, teknologi, dan sumber daya bahannya kepada Jerman yang terbukti penting untuk upaya perang Jerman. DuPont pun mempertahankan hubungan bisnis dengan sejumlah perusahaan di Jerman Nazi mulai tahun 1933 hingga 1943, saat semua aset DuPont di Jerman disita oleh pemerintah Jerman, sebagaimana perusahaan asal Amerika yang lain.[16][butuh sumber yang lebih baik]
Perkembangan Era Luar Angkasa: 1950 - 1970
Pasca perang, DuPont melanjutkan fokusnya pada bahan baru, dengan mengembangkan Mylar, Dacron, Orlon, dan Lycra pada dekade 1950-an, serta Tyvek, Nomex, Qiana, Corfam, dan Corian pada dekade 1960-an.
DuPont merupakan kunci di balik pengembangan zirah modern. Pada Perang Dunia II, nilon balistik DuPont digunakan oleh Royal Air Force untuk membuat jaket flak. Dengan pengembangan Kevlar pada dekade 1960-an, DuPont memulai uji untuk melihat apakah Kevlar dapat menahan peluru timah. Riset tersebut kemudian mengarah pada rompi anti peluru yang digunakan oleh polisi dan tentara.
Conoco: 1981 - 1999
Pada tahun 1981, DuPont mengakuisisi Conoco Inc., produsen minyak dan gas besar asal Amerika, sehingga memungkinkan DuPont untuk mengamankan pasokan minyak bumi yang diperlukan untuk memproduksi sejumlah serat dan plastik. Akuisisi tersebut pun menjadikan DuPont sebagai salah satu dari sepuluh produsen dan pengolah minyak bumi dan gas alam terbesar di Amerika Serikat. DuPont berhasil mengalahkan produsen minuman kerasSeagram Company Ltd. yang juga ingin mengakuisisi Conoco. Seagram kemudian menjadi pemegang saham tunggal terbesar di DuPont, dengan memegang empat kursi direksi DuPont. Pada tanggal 6 April 1995, setelah didekati oleh CEO Seagram, Edgar Bronfman Jr., DuPont mengumumkan kesepakatan untuk membeli kembali semua sahamnya yang dipegang oleh Seagram.[17]
Pada tahun 1999, DuPont menjual semua saham Conoco yang mereka pegang, dan menggabungkan Conoco dengan Phillips Petroleum Company. DuPont kemudian mengakuisisi produsen bibit pertanian Pioneer Hi-Bred pada tahun 1999.
^"2013 DuPont Databook"(PDF). DuPont. Diarsipkan dari versi asli(PDF) tanggal February 16, 2015. Diakses tanggal January 16, 2015.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Davis, William C., Jr. Handloading (1981) National Rifle Association ISBN0-935998-34-9 pp. 31–33
^"Farming with Dynamite". Diarsipkan dari versi asli tanggal December 19, 2015. Diakses tanggal December 12, 2015.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Starkey, Jonathan (June 12, 2011). "DuPont pays no tax on $3B profit, and it's legal". The News Journal. New Castle, Delaware. Diarsipkan dari versi asli tanggal June 13, 2011. Diakses tanggal June 13, 2011.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
Bacaan lebih lanjut
Arora, Ashish; Ralph Landau and Nathan Rosenberg, (eds). (2000). Chemicals and Long-Term Economic Growth: Insights from the Chemical Industry.
Cerveaux, Augustin. (2013) “Taming the Microworld: DuPont and the Interwar Rise of Fundamental Industrial Research,” Technology and Culture, 54 (April 2013), 262–88.
Chandler, Alfred D. (1971). Pierre S. Du Pont and the making of the modern corporation.
Chandler, Alfred D. (1969). Strategy and Structure: Chapters in the History of the American Industrial Enterprise.
Kinnane, Adrian (2002). DuPont: From the Banks of the Brandywine to Miracles of Science. Wilmington: E.I. du Pont de Nemours and Company. ISBN0-8018-7059-3.
Ndiaye, Pap A. (trans. 2007). Nylon and Bombs: DuPont and the March of Modern America