Prof. Dr. H. Djamaloeddin (1916–1995) adalah seorang dokter dan ahli bedah asal Indonesia. Ia lahir sebagai anak ketujuh dari delapan bersaudara pasangan Datuk Kakayo dan Siti Rawiah asal Minangkabau. Ayahnya adalah seorang Tuanku Laras Pariangan, Tanah Datar.
Sebagai dokter bedah, Djamaloeddin sering menangani pembedahan tokoh-tokoh penting, seperti Soekarno, Soeharto, Chaerul Saleh, dan Siti Hardijanti Rukmana.[1] Ia merupakan salah seorang anggota tim bedah bayi kembar siam pertama di Indonesia bernama Karina-Karini (1957) yang terdiri dari empat ahli bedah dan seorang ahli anestesi. Tim diketuai langsung oleh Kepala Bagian Bedah FKUI, Prof. M. Soekarjo. Anggota yang lain adalah dr. Utama dan dr. Ramli dan ditambah ahli anestesi, Prof. dr. Mohammad Kellan.[2]
Ia juga pernah menjabat sebagai konsultan Tim Dokter Kepresidenan Indonesia. Djamaloeddin merupakan alumni Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dan pernah menjabat sebagai dekan kampus tersebut. Ia diangkat sebagai guru besar pada tahun 1951.[2] Ia juga pernah menjabat sebagai pimpinan Rumah Sakit St. Carolus, Jakarta.
Dari empat anak Djamaloeddin, hanya seorang putri yang mengikuti jejaknya. Dialah dr. Chaula Luthfia Sukasah, salah seorang ahli bedah plastik yang ikut dalam tim operasi kraniopagus Yuliana-Yuliani, Oktober 1987.[2][3] Prof. Dr. Djamaloeddin meninggal di Jakarta pada 14 Desember 1995.
Referensi
- Djamaloeddin, Tjipta Lesmana; 50 Tahun Mengabdi Scalpel: Biografi Prof. Dr. H. Djamaloeddin, 1995
Catatan kaki