Distrik Tabalong (Tebalong) adalah bekas distrik (kedemangan) yang merupakan bagian dari wilayah administratif Onderafdeeling Amuntai, Tabalong dan Kelua pada zaman kolonial Hindia Belanda dahulu. Daerah ini juga dinamakan Pandan Arum. Sebutan untuk Kepala Distrik Tabalong adalah Kepala Sungai Tabalong Kanan dan Tabalong Kiri.
Pada tanggal 26 Januari1859, Belanda melantik Kiai Danuraja sebagai Kepala Sungai Banar (Distrik Amuntai) dan anaknya Tumenggung Jaya Negara sebagai Kepala Sungai Tabalong Kanan dan Kiri.
Distrik Tabalong pernah dipimpin oleh Kepala Distrik (districhoofd) yaitu
Tahun 1906 kontrak royalti minyak bumi dibuat pemerintah kolonial dengan Dorstsche Petroleum Mij. di Tanjung pada Distrik Tabalong.[11]
Penduduk
Penduduk asli Batang Tabalong merupakan orang Hulu Sungai dan Dayak Bukit yang menjadi penduduk Daerah Aliran Sungai (DAS) Batang Tabalong yang telah ditaklukan oleh Mantri Panganan (Datok Menteri Bentara Kanan) yang bernama Aria Magatsari atas perintah Maharaja Negara Dipa yaitu Ampu Jatmaka yang bergelar Maharaja di Candi.[12]
Hikayat Banjar dan Kotawaringin menyebutkan:
Kemudian daripada itu maka raja itu menyuruh Aria Magatsari menundukkan batang Tabalong dan batang Balangan dan batang Pitap serta bukitnya. Maka sekalian itu sama tunduk; sama suka hatinya karena bartantu tata perintahnya Aria Magatsari itu. Sekalian menteri-menteri itu sama dibawa Aria Magatsari menghadap maharaja Negara Dipa itu serta persembahannya. Maka kata raja Negara Dipa: "Hai sekalian kamu menteri sakai, engkau kuserahkan pada Aria Magatsari itu memerintah kamu. Maka pada tiap-tiap musim jangan kamu menanti dimudiki, kamu hantarkan sendiri upeti kamu. Jangan kamu lalai, niscaya kamu beroleh perintah kesakitan." Maka sembah segala menteri sakai itu: Hamba junjung sabda tuanku itu atas batu kepala patik."[13]
Hikayat Banjar dan Kotawaringin menyebutkan pula:
Tatkala Aria Magatsari menyerang menundukkan segala orang batang Tabalong dan batang Balangan dan batang Pitap dan serta Bukitnya itu membawa orang seribu, dan Tumanggung Tatah Jiwa membawa orang seribu tatkala ia menundukkan orang batang Alai dan Hamandit dan Labuhan Amas serta Bukitnya itu. Jumlahnya orang dua ribu itu seorang pun itu tiada mati, daripada bijaksananya Aria Magatsari dan Tumanggung Tatah Jiwa itu. Maka sekalian mereka itu tunduk dan kasih hatinya itu.[13]
Sekarang ini bekas wilayah distrik ini termasuk dalam wilayah Kabupaten Tabalong. Suku Banjar yang mendiami wilayah bekas distrik ini disebut Orang Tanjung atau Puak Tanjung sedangkan suku Dayaknya, antara lain Dayak Warukin (bagian dari suku Dayak Maanyan), suku Dayak Dusun Deyah dan lain-lain.