Van Der Pijl lahir di Kota Brakel, Zaltbommel, Provinsi Gelderland, Belanda pada tanggal 23 Januari 1901. Dia merupakan anak pertama dari Dirk Govert Van der Pijl dan Cornelia Elisabeth Adriana Scholten.[2][3]
Dia pernah belajar di Universitas Leiden, tepatnya di jurusan Arsitektur dengan menekuni spesialisasi Desain dan Supervisi terhadap bangunan sekolah, gereja, dan rumah tinggal/ pemukiman. Dia memperoleh pendidikan tekniknya di tiga tempat, yaitu Prof.ex. C. I (1920), Cand. C. I. (1922), dan Examen Arsitek (1924). Sejak itu, dia meniti karir sebagai arsitek dari tahun 1924 hingga 1961. Pada tahun 1929, dia pindah ke Hindia Belanda (sekarang Indonesia).[2][3]
Karir
Pada tahun 1924 hingga tahun 1929, dia pernah bertugas sebagai Arsitek partikulir di Den Haag. Awal pertama pindah ke Indonesia, yaitu pada tahun 1929, dia ditugaskan sebagai Arsitek di Biro Insinyur Brinkman & Voorhoeve, Bandung sampai tahun 1930. Kemudian dia pernah menjadi Arsitek Kotamadya (1930-1935) dan Arsitek Partikulir (1935-1942) di Cirebon.[2][3]
Saat pendudukan Jepang di wilayah Hindia Belanda pada tahun 1942 hingga tahun 1945, dia pernah menjadi tahanan perang. Namun pada tahun 1946-1947, dia diperbantukan pada Biro Perencanaan Harga dan Statistik (Prijzen en Statistiek) dari Kementerian Rekonstruksi dan Perumahan di Den Haag (Ministerie van Wederopbouw en Volkshuisvesting in Den Haag).[2][3]
Karirnya di Kalimantan dimulai pada tahun 1947, dia menjadi M. T. A. kl I Departmen V & W (Wederopbouw dienst/ Layanan Rekonstruksi) yang diperbantukan pada Kepala Perumahan Pengelolaan Air (Hoofd Residentie Waterstaat) di Balikpapan sampai tahun 1952. Setelah itu sampai tahun 1957, dia menjadi Insinyur Kepala Departemen Pekerjaan Umum (DPU) yang diperbantukan pada Provinsi Kalimantan (Kepala bagian Gedung-Gedung dan Perencanaan/Pelaksana Kota Banjarbaru). Lalu pada tahun 1957 hingga tahun 1960, dia menjadi Pegawai Tinggi DPU diperbantukan pada Provinsi Kalimantan (Kepala bagian Gedung-Gedung dan Perencanaan/Pelaksana Kota Palangka Raya). Pada tahun 1961, dia memutuskan pensiun sebagai arsitek dan menjadi Guru SMA di mata pelajaran IImu Pasti dan IImu Gaya dan supervisor/direksi setempat pada bangunan-bangunan K. D. Pos, K. D. Tel dan Mekatani Ujung hingga tahun 1968.[2][3]
Merancang Kota Banjarbaru
Pada tahun 1951, Gubernur Kalimantan pada saat itu, yaitu dr. Murdjani mengusulkan untuk merancang suatu ibu kota baru yang bernama Banjarbaru, yang secara harfiah berarti "Kota Baru di Wilayah Banjar". Pada saat itu, Kota Banjarbaru dikenal sebagai daerah Gunung Apam yang merupakan puncak perbukitan yang berada di lintasan Banjarmasin-Martapura. Saat itu, Gunung Apam termasuk dalam wilayah anak Kampung Guntung Payung, Kampung Jawa, Kecamatan Martapura. Gunung Apam menjadi daerah peristirahatan bagi para buruh penambang intan yang menambang di pertambangan intan daerah Cempaka. Oleh karena itu, dia menggandeng Van Der Pijl untuk merancang kota tersebut pada tahun 1953.[2][3]
Dalam merancang Kota Banjarbaru, dia memiliki kesamaan dengan konsep kota taman (garden city concept) yang dicetuskan oleh Ebenezer Howard, dimana dia merancang kota dengan lingkungan yang masih asli dengan suasana sepi dan lingkungan yang alami. Dia merancang elemen-elemen kota yang merujuk pada konsep tersebut, seperti pusat kota sebagai area pemerintahan, ruang-ruang terbuka hijau (taman-taman), dan daerah yang diperuntukkan sebagai kawasan perumahan yang lokasinya berdampingan dengan kawasan perkantoran, kawasan perindustrian, dan kawasan perniagaan. Beberapa bangunan yang merupakan hasil rancangannya di antaranya Banjarbaru 1-4, Kompleks Projakal, Kompleks Rindam, Kompleks Zipur, dan Kompleks SPN.[3]
Namun sejak tahun 1954, penetapan kota ini menjadi ibu kota Provinsi Kalimantan Selatan tidak ada kelanjutannya. Bahkan pada tanggal 17 Agustus 1968, kota ini akhirnya berada dalam lingkungan Kabupaten Banjar dan resmi berpisah dan menjadi kotamadya pada tanggal 27 April 1999 berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 tahun 1999. Hal ini membuat kota ini memiliki jumlah penduduk pendatang terbanyak di Kalimantan Selatan, dan mulai berkembang tidak teratur dari segi tata kota.[3]
Meskipun kota ini mulai direncanakan kembali menjadi ibu kota provinsi pada tahun 2011 dan resmi disepakati DPR RI pada rapat paripurna pada tanggal 15 Februari 2022, rancangan pusat pemerintahannya berbeda dengan rancangan yang dibuat oleh Van der Pijl. Pusat pemerintahan yang direncakanan oleh pemerintah provinsi pada tahun 2011 berada di daerah Cempaka, sedangkan pusat pemerintahan rancangan Van der Pij ada di daerah Banjarbaru Kota.[2]
Kehidupan pribadi
Dia memiliki seorang istri bernama Anna Gaspers, dimana dia merupakan seorang keturunan Belanda yang lahir pada tanggal 27 Desember 1915 di Gombong, Kebumen, Jawa Tengah, Indonesia. Dari hasil pernikahan tersebut, dia memiliki dua anak perempuan yaitu: Andrea Cornelia dan Marijke Elizabeth. Dari kedua orang anakanya tersebut, dia memiliki empat orang cucu.[2][3]
Menurut tulisan prasasti di dekat makamnya, dia memiliki kedekatan dengan masyarakat muslim di daerah Banjarbaru, sekalipun dia beragama Kristen. Dia pernah menjadi bendahara dalam Panitia Pembangunan Masjid Jami Hidayatul Muhajirin di dekat Kolam Renang Idaman, Banjarbaru. Bahkan di masa pensiunnya, dia sering terlihat menyapu halaman dan lingkungan masjid tersebut. Oleh karena itu, dia sering dikunjungi oleh rekan-rekannya yang muslim saat perayaan hari-hari besar umat kristiani.
Kematian
Dia meninggal pada hari Jumat tanggal 27 September 1974 atau 11 Ramadan 1394 Hijriah dan dimakamkan di Taman Pemakaman Umum CTN Pulau Beruang KM.29, Banjarbaru. Kemudian disusul oleh istrinya, Anna Gaspers, yang meninggal pada 27 Desember 1994 dan dimakamkan di Banjarbaru juga. [2][3]