Dewi Sulastri
Latar belakangDewi Sulastri lahir di Jepara, Jawa Tengah, 15 Maret 1966. Sejak usia muda sudah mengakrabi dunia seni, utamanya seni suara. Dia memperdalam kemampuan menarinya di Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (SMKI) Surakarta, mengambil jurusan tari, lulus tahun 1986. Kemudian dia melanjutkan pendidikannya di Institut Seni Indonesia Yogyakarta pada jurusan komposisi tari. Dari kampus inilah dia mengawali debutnya secara profesional, baik sebagai penari maupun sebagai penata tari (koreografer). Dewi Sulastri pernah ditunjuk sebagai duta tari Indonesia dalam tim kesenian Pelangi Nusantara untuk mementaskan karya-karyanya di Jepang. Pada 1997 sampai dengan 1999 dia menjadi penari Istana Negara (1997-1999). Belasan karya tari telah diciptakan, antara lain Tari Srimpi Retno Utama (1989), Tari Merak Mangigel (1989), Tari Bondan Suko Asih (1989), Tari Prajuritan (1989), Tari Domba Nino Banyumasan (1989), dan lain-lain. Kegemarannya mengajarkan seni kepada anak-anak mendorongnya membuka sebuah sanggar kesenian. Pada tahun 1993, bersama suami, Suryandoro, ia membuka sanggar Swargaloka di Yogyakarta dengan murid mencapai 300 orang. Tahun 1997, ia mengusung Swargaloka ke Jakarta dalam pementasan perdana berjudul Api Dendam Aswatama. Konsep pemanggungan wayang orang dibuat oleh Suryandoro, sedangkan ia menjadi pemeran utama. Wayang orang berbahasa Indonesia garapan bersama suaminya tersebut rupanya mendapat tanggapan dari penonton di Taman Mini Indonesia Indah. Sejak itulah Swargaloka berpentas secara rutin di Taman Mini Indonesia Indah. Dewi Sulastri ia juga menulis naskah, merancang kemasan, dan memproduksi wayang orang. Hasil produksi wayang orang karyanya berjudul Memolo Cupu Manik Astagina, meraih penghargaan pada Festival Wayang Orang Tingkat Nasional (WOPA) pertama di Surakarta (1988). Pada festival ini pula, ia menjadi sutradara terbaik. Karya Tari
Penghargaan
Lihat pulaReferensi
|