Dedi Sjahrir Panigoro

Dedi Sjahrir Panigoro
Lahir18 Maret 1947 (umur 77)
Sumedang, Indonesia
KebangsaanIndonesia
AlmamaterInstitut Teknologi Bandung
Tempat kerjaKomisaris Utama Medco Group
Presiden Komisaris PT. Meta Archipelago Hotel
Partai politikKetua Umum Partai Penegak Demokrasi Indonesia (PPDI) (2009-2010)
Suami/istriHendra Laksmi Somya Dewi
AnakPriyahita Gita Kemala
Yusadha Adhimukti
Orang tuaSuhanah (Ibu)
Yusuf Panigoro (Ayah)
Situs webwww.dedipanigoro.blogspot.com

Ir. H. Dedi Sjahrir Panigoro biasa disingkat DSP (lahir 18 Maret 1947) adalah seorang pengusaha berdarah Gorontalo asal Indonesia. Saat ini ia menduduki jabatan Komisaris Utama dalam Dewan Komisaris Medco Group[1] serta sebagai Presiden Komisaris pada PT. Meta Archipelago Hotel (PT. Martel).[2] dan PT. Siggap Teknologi Internasional (SIGGAP).[butuh rujukan]

Riwayat Hidup

Dedi Sjahrir Panigoro (DSP) lahir di Sumedang, dan dibesarkan di kota Bandung, Jawa Barat. Ia adalah anak kedua dari sebelas bersaudara. Ayahnya, Yusuf Panigoro adalah seorang pengusaha beretnis Gorontalo yang pada awalnya berdagang kopiah yang kemudian berkembang menjadi agen penjualan barang elektronik Philips, produk tekstil Ratatex, dan kemudian berubah lagi menjadi percetakan. DSP turut membantu usaha ayahnya bersama dengan saudara-saudaranya antara lain kakaknya Arifin dan adik-adiknya, Hilmi, Yudi dan Yunar.[3]

Dalam catatan sejarah, keluarga besar Panigoro berasal dari Potanga, sebuah desa di wilayah Kabupaten Gorontalo,Provinsi Gorontalo. Panigoro pun merupakan salah satu Marga Gorontalo asli tersebar cukup banyak di wilayah Kota Gorontalo dan Kabupaten Gorontalo.

Selepas lulus dari SMAN 2 Bandung, DSP diterima di Institut Teknologi Bandung, mengambil jurusan Teknik Elektro, pada tahun 1965. Di Dewan Mahasiswa ITB (sekarang bernama Keluarga Mahasiswa ITB), DSP dipilih sebagai Ketua Bidang Olahraga. Saat memegang posisi tersebut DSP memprakarsai pembangunan sebuah pusat kegiatan mahasiswa yang kemudian dikenal dengan nama Student Center Barat.[4]

Karier Bisnis

Perjalanan kariernya dimulai pada tahun 1973 dengan mendirikan CV Corona Electric bersama kakaknya, Arifin Panigoro. Setahun kemudian, DSP bekerja di PT. Fortune Indonesia sebagai Production Manager. Ia kemudian juga mendirikan Bandung International Developers (1981).[1]

Pada tanggal 25 Maret 1987 DSP mendirikan PT. Meta Archipelago Hotels (PT. Martel) yang kini menjadi perusahaan induk yang mengelola beberapa hotel berbintang, di antaranya Grand Hotel Preanger Bandung, Novotel Bukittinggi (sebelumnya bernama The Hills Bukittinggi Hotel & Convention), Sofitel Seminyak Bali (sebelumnya bernama Bali Imperial Hotel), Sinabung Hills Resort dan juga All Seasons Jimbaran Hotel, Bali.[2] PT. Martel didirikan sebagai dari strategi diversifikasi untuk usaha utama (MedcoEnergi) di sektor minyak dan gas.[5]

Karier Politik

Pada Musyawarah Nasional Luarbiasa Partai Partai Penegak Demokrasi Indonesia (PPDI) di Hotel Equator Surabaya 28-29 Juli 2008, DSP ditetapkan sebagai salah satu ketua DPP PPDI.[6]

Jelang pemilu 2009 DSP diangkat menjadi Ketua Umum PPDI menggantikan Mentik Budiwiyono, setelah digelar Rapat Pimpinan Nasional PPDI di Jakarta, 4-5 Maret 2009. Pada kesempatan itu Mentik memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatannya.[7] Pada saat itu PPDI terdaftar sebagai partai peserta pemilu 2009 dengan nomor urut 19. Pada tanggal 10 Maret 2013, PPDI bersama sembilan partai nonparlemen lainnya menyatakan bergabung dengan Partai Hati Nurani Rakyat.[8]

Kegiatan Sosial Budaya

DSP mendirikan Yayasan Musik Sastra Indonesia (YMSI) pada 10 Februari 2010 bersama-sama dengan Pia Alisjahbana, Chendra Panatan dan Ananda Sukarlan.[9] Yayasan ini telah mendidik lebih dari 100 anak lewat program “Children in Harmony”, sebuah program pendidikan musik secara gratis bagi anak-anak berusia 6-11 tahun dari keluarga tidak mampu dengan bimbingan guru yang mumpuni.[10]

Saat ini DSP juga menjadi Ketua Yayasan Ayo Membaca Indonesia (AMInd) yang memprakarsai Gerakan Ayo Membaca Indonesia. Gerakan ini memiliki sejumlah program unggulan. Pertama, digitalisasi buku-buku, yang bertujuan agar masyarakat luas mudah mengakses buku-buku. Kedua, menyusun panduan literer dan sistem penjenjangan buku. Tujuannya, agar ada standar dalam pencapaian kualitas literasi anak-anak di sekolah dan di luar sekolah. Ketiga, mengadakan festival Indonesia membaca. Keempat, menyelenggarakan pelayaran ekspedisi literasi nusantara. Melalui program ini, akan dijangkau daerah-daerah terpencil untuk penyebaran buku-buku dan disiapkan pula tenaga pejuang literasi dari berbagai kalangan untuk melatih membaca.[11]

Catatan kaki

  1. ^ a b "About Us: Manajemen Kami". medcogroup.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-12-24. Diakses tanggal 24 Desember 2015. 
  2. ^ a b "Management: Commissioners Profile". martel.co.id. Diakses tanggal 24 Desember 2015. 
  3. ^ Fayza (2014), halaman 24-49.
  4. ^ Fayza (2014), halaman 58.
  5. ^ "PT. Martel-Mr. Dedi Sjahrir Panigoro: interview". gbgindonesia.com. Diakses tanggal 24 Desember 2015. 
  6. ^ Adik dan Ipar Arifin Panigoro Perkuat PPDI. antaranews.com. 29 Juli 2008. Diakses tanggal 24 Desember 2015.
  7. ^ Ketua PPDI Baru Konsentrasi Regenerasi bisniskeuangan.kompas.com. 21 Maret 2009. Diakses tanggal 24 Desember 2015.
  8. ^ Sepuluh Parpol Tak Lolos Verifikasi Gabung ke Hanura. kompas.com. 10 Maret 2013. Diakses tanggal 24 Desember 2015.
  9. ^ Founders. Situs resmi Yayasan Musik Sastra Indonesia. musik-sastra.com. Diakses tanggal 24 Desember 2015.
  10. ^ Musik Tidak Kalah Penting dari Politik dan Ekonomi[pranala nonaktif permanen]. kebudayaan.kemdikbud.go.id. 25 November 2015. Diakses tanggal 24 Desember 2015.
  11. ^ Lima Program Gerakan Ayo Membaca. republika.co.id. 4 Maret 2015. Diakses tanggal 24 Desember 2015.

Daftar Pustaka

  • Fayza, Dewi Utama; Tatty Elmir dan Ikhsan Fauzie (2014). Dedi Sjahrir Panigoro: pikiran, rasa dan sikap. Jakarta: Forum Indonesia Muda. ISBN 978-979-1079-43-3. 

Pranala luar