Tembus pandang Meningkatkan kekuatan Mendominasi kehendak dan kemauan Kendali atas Cincin-Cincin Kekuasan lainnya
Perlakuan khusus dan kemampuan
Cincin emas polos; ukiran yang menyala-nyala apabila diletakkan di dalam api; dapat berubah ukuran atas kemauan Cincinnya sendiri
Cincin Utama, juga disebut sebagai Cincin Penguasa dan Kutukan Isildur, adalah sebuah elemen utama dalam alur kisah The Lord of the Rings (1954–55) karya J. R. R. Tolkien. Kemunculannya pertama kali berada di dalam kisah awal The Hobbit (1937) sebagai sebuah cincin ajaib[pranala nonaktif permanen] yang memberi kemampuan tembus pandang[pranala nonaktif permanen] kepada pemakainya. Tolkien kemudian mengubahnya menjadi sebuah Cincin Kekuatan yang jahat dan menulis ulang beberapa bagian dalam The Hobbit untuk mencocokkannya dengan narasi yang berkembang tersebut. Kisah The Lord of the Rings menceritakan tentang tugas si hobbitFrodo Baggins untuk menghancurkan Cincin Utama.
Para kritikus telah membandingkan kisah tersebut dengan seri opera karya Richard Wagner yang berjudul Der Ring des Nibelungen; Tolkien membantah adanya hubungan tersebut, tapi bagaimanapun juga, kedua sosok tersebut mengambil tema mitologi yang sama. Sumber yang lain adalah analisis Tolkien mengenai Nodens, dewa pagan yang memiliki kuil di Lydney Park, dimana ia mempelajari ukiran Latin yang ada di sana, yang salah satunya merupakan sebuah kutukan kepada seorang pencuri cincin.
Tolkien menolak gagasan bahwa ceritanya adalah sebuah alegori, menyatakan bahwa penerapan situasi seperti Perang Dunia II dan bom atom sangat berpengaruh bagi pembaca. Berbagai kesamaan merujuk pada Ring of Gyges dalam karya Plato yang berjudul Republic, yang memberi kemampuan tembus pandang, walau tidak ada petunjuk bahwa Tolkien meminjam dari kisah tersebut.
Sauron menginginkannya untuk menjadi yang terkuat di antara seluruh Cincin, mampu menguasai dan mengendalikan pemakai Cincin-Cincin lain. Oleh karena Cincin-Cincin lain dengan sendirinya sangat kuat, Sauron terpaksa harus menyalurkan banyak dari kekuatan dirinya sendiri ke dalam Cincin Utama untuk meraih tujuannya.[T 2]
Penciptaan Cincin ini menguatkan dan melemahkan Sauron secara bersamaan. Dengan Cincin Utama, ia mampu mengendalikan Cincin-Cincin lain, sehingga kekuatannya meningkatkan secara signifikan setelah penciptaannya;[T 3] tapi dengan mengikat kekuatannya ke dalam Cincin, Sauron jadi bergantung padanya.[T 1][T 3]
Penampilan
Cincin Utama terlihat seakan terbuat dari emas seperti biasanya, tapi sesungguhnya sama sekali tahan terhadap kerusakan, bahkan terhadap api naga (tidak seperti cincin lain).[T 1] Cincin Utama hanya bisa dihancurkan dengan melemparkannya ke dalam lubang berapi Gunung Maut dimana ia ditempa. Sama seperti cincin-cincin rendahan pada awamnya, ia tidak memiliki batu permata, tidak seperti Cincin-Cincin Kekuasaan lainnya. Ia dapat berubah ukuran, dan mungkin beratnya, dan dapat melebarkan diri secara tiba-tiba untuk melarikan diri dari pemakainya.[T 1] Identitas aslinya bisa ditentukan dengan menempatkannya di dalam api, dan akan menunjukkan inskripsi yang menyala-nyala dalam Bahasa Hitam yang Sauron ciptakan. Berikut adalah inskripsi Cincin Utama yang ditulis dalam aksara Tengwar, berisikan dua baris dalam Bahasa Hitam dari sajak yang menggambarkan Cincin-Cincin:[T 4]
One ring to rule them all, one ring to find them, One ring to bring them all and in the darkness bind them.
Satu cincin untuk menguasai mereka semua,
satu cincin untuk menemukan mereka,
Satu cincin untuk membawa mereka
dan dalam kegelapan mengikat mereka.
Ketika Isildur memotong Cincin itu dari tangan Sauron, Cincinnya panas seperti terbakar, ukirannya terbaca; ia sempat menuliskannya sebelum menghilang. Gandalf mengetahui inskripsi Cincin itu dari catatan Isildur, dan membakar cincin Frodo untuk menampilkan ukirannya untuk membuktikan bahwa cincinnya adalah Cincin Utama. Gandalf mengucapkan inskripsinya (Pengucapanⓘ) dalam Bahasa Hitam di Dewan Penasehat Elrond, membuat semua orang bergidik ngeri:[T 5]
Perubahan dalam suara penyihir itu sangat mengerikan, berwibawa, dan keras seperti batu. Matahari yang sudah tinggi seakan tertutup bayang-bayang, dan teras sejenak menjadi gelap. Semua gemetar, para Peri menutup telinga.[T 5]
Setelah menempa cincin, Sauron meluncurkan perang terhadap Peri. Ia menghancurkan Eregion dan membunuh Celebrimbor, pencipta tiga cincin Peri. Raja Tar-Minastir dari Númenor mengutus armada kapal dalam jumlah besar ke Middle-earth, dan dengan bala bantuan tersebut Gil-galad mengalahkan pasukan Sauron dan memukul Sauron mundur ke Mordor.[T 2]
Kelak, Ar-Pharazôn, raja terakhir Númenor yang paling perkasa mendarat di Umbar dengan pasukan besar dan menumpas pasukan Sauron, mengakibatkan mereka untuk melarikan diri. Sauron ditangkap dan dibawa ke Númenor sebagai tahanan.[T 6] Pada tahun 1958, Tolkien menulis sebuah surat yang menyatakan bahwa penyerahan diri tersebut "sukarela dan licik" agar Sauron bisa masuk ke Númenor.[T 7] Sauron memanfaatkan rasa takut akan kematian kaum Númenor (Númenórean) untuk menentang Valar, dan memanipulasi mereka menuju penyembahan kepada tuannya, Morgoth, dengan pengorbanan manusia.[T 6]
Raga Sauron musnah dalam peristiwa Kejatuhan Númenor, tapi rohnya kembali ke Middle-earth dan menggunakan Cincin Utama dalam perang melawan Persekutuan Terakhir Peri dan Manusia.[T 6] Tolkien menulis, "Saya tidak berpikir seseorang perlu terkejut akan adanya roh ini membawa-bawa Cincin Utama, dimana saat ini kekuatannya untuk mendominasi pikiran sangat bergantung."[T 7]
Gil-galad dan Elendil menghancurkan rupa fisik Sauron di akhir perang Persekutuan Terakhir, membayar dengan nyawa mereka masing-masing. Putra Elendil, Isildur, memotong Cincin Utama dari tangan Sauron di lereng Gunung Maut. Meskipun dinasehati untuk menghancurkan Cincinnya, ia tergoyahkan oleh kekuatannya dan menyimpannya "sebagai weregild untuk ayahku, dan saudaraku". Beberapa tahun kemudian, Isildur disergap oleh sekelompok Orc di tepi Sungai Anduin dekat Padang Gladden; ia memakai Cincinnya untuk melarikan diri, tapi si Cincin memutuskan untuk lepas dari jarinya selagi ia berenang, dan karena muncul tiba-tiba, Isildur mati dibunuh Orc. Oleh karena Cincin Utama menjadi penyebab kematian Isildur secara tidak langsung, ia dikenal sebagai "Kutukan Isildur" di dalam hikayat rakyat Gondor.[T 2]
Cincin Utama tetap tersembunyi di dasar sungai selama hampir dua setengah ribu tahun, sampai ia ditemukan oleh seorang hobbitStoor bernama Déagol yang sedang melakukan perjalanan memancing. Kawan dan kerabatnya, Sméagol, yang pergi memancing bersamanya, langsung tergoyahkan oleh kekuatan Cincin itu dan menuntut Déagol untuk memberikannya sebagai "hadiah ulang tahun"; saat Déagol menolak, Sméagol mencekiknya dan mengambil Cincinnya. Cincin itu merusak fisik dan mentalnya, mengubahnya menjadi si monsterGollum. Cincin mendorong Gollum untuk bersembunyi di sebuah gua di bawah Pegunungan Berkabut dekat Mirkwood, dimana Sauron mulai muncul kembali. Di sanalah Gollum tinggal selama hampir 500 tahun, menggunakan Cincinnya untuk berburu Orc. Pada akhirnya, si Cincin meninggalkan Gollum, mengetahui bahwa ia tidak akan meninggalkan gua selama Gollum memilikinya.[T 1]
Seperti yang dikisahkan di The Hobbit, Bilbo menemukan Cincin Utama ketika ia tersesat di terowongan dekat sarang Gollum. Di edisi pertama, Gollum menawar untuk menyerahkan Cincinnya kepada Bilbo sebagai hadiah memenangi Permainan Teka-teki. Saat Tolkien menulis The Lord of the Rings, ia menyadari bahwa cengkeraman Cincin pada Gollum tidak akan bisa membuatnya untuk menyerahkan Cincinnya secara cuma-cuma. Oleh karena itu, ia merevisi The Hobbit: di edisi kedua, setelah kalah dari Bilbo dalam Permainan Teka-teki, Gollum pergi untuk mengambil "Yang Berharga" miliknya untuk membantunya membunuh dan memakan Bilbo, tetapi Cincinnya hilang.[1] Dengan menyimpulkan pertanyaan terakhir Bilbo—"Ada apa di sakuku?"—bahwa Bilbo telah menemukan Cincinnya, Gollum mengejarnya menempuh gua, tanpa menyadari Bilbo telah mengetahui kekuatan tembus pandang milik Cincin dan mengikutinya menuju mulut gua. Bilbo berhasil lolos dari kejaran Gollum dan goblin dengan tetap tembus pandang, tapi ia memutuskan untuk tidak memberitahu Gandalf dan para kurcaci bahwa Cincin itu membuatnya tembus pandang. Sebagai gantinya, ia menceritakan kisah yang ada di edisi pertama: bahwa Gollum telah memberikannya Cincin dan menunjukkan jalan keluar. Gandalf langsung curiga terhadap Cincin itu, dan nantinya memaksa Bilbo untuk menberitahunya cerita yang sebenarnya.[T 1][T 8][T 9]
Pada akhirnya, Gollum meninggalkan Pegunungan Berkabut untuk melacak keberadaan Cincinnya. Ia tertarik untuk pergi ke Mordor, dimana ia ditangkap. Sauron menyiksa dan menginterogasinya, mengetahui bahwa Cincin Utama telah ditemukan dan dimiliki oleh seorang "Baggins" di daerah "Shire".[T 1]
Cincin itu mulai menahan Bilbo, membuatnya merasa "terulur dan tipis sekali", maka ia memutuskan untuk meninggalkan Shire, berniat untuk memberikannya kepada ahli warisnya yang ia adopsi, Frodo Baggins. Bilbo berserah diri kepada kekuatan Cincinnya sementara, bahkan memanggilnya "milikku yang berharga"; khawatir, Gandalf menghardik kawan lamanya, membujuknya untuk melepaskan Cincinnya, dan berhasil, dan Bilbo menjadi Pembawa Cincin pertama yang melepaskannya dengan rela.[T 10]
Pada waktu ini Sauron telah mengumpulkan kembali kekuatannya, dan Menara Kegelapan di Mordor telah selesai dibangun kembali. Gollum, selepasnya dari Mordor, tertangkap oleh Aragorn. Gandalf mempelajari dari Gollum bahwa kini Sauron mengetahui dimana ia akan menemukan Cincin Utama.[T 11] Untuk mencegah Sauron mengambil Cincinnya kembali, Frodo dan delapan pendamping berangkat dari Rivendell ke Mordor untuk menghancurkan Cincin Utama di api Gunung Maut.[T 12] Di perjalanan, Frodo perlahan jatuh ke dalam kekuatan Cincin itu. Ketika ia dan kawan setianya Sam Gamgee menemukan Gollum dan "menjinakkannya" agar bisa menunjukkan jalan ke Mordor, Frodo mulai merasakan hubungan antara dirinya dan makhluk malang dan pengkhianat itu, sementara Gollum mulai terbuka terhadap kebaikan Frodo dan berupaya untuk menepati janjinya.[T 13] Namun, Gollum jatuh ke dalam godaan Cincin itu, dan mengkhianati Frodo kepada Shelob sang laba-laba.[T 14] Mengira bahwa Frodo telah mati, Sam membawa Cincin itu sementara dan merasakan godaan-godaan darinya.[T 15]
Sam menyelamatkan Frodo dari Orc di Menara Cirith Ungol.[T 16] Kedua hobbit itu, diikuti oleh Gollum, mencapai Gunung Maut, dimana Frodo berhasil terpengaruh oleh kekuatan Cincin dan mengambilnya untuk dirinya sendiri. Pada saat itu, Gollum menggigiti jari Frodo, merebut kembali Cincin itu, tapi dengan tamaknya, ia dan Cincinnya jatuh ke dalam api Gunung Maut. Kekuatan Sauron dan Cincinnya berhasil dihancurkan.[T 17]
Kekuatan
Kekuatan Cincin Utama yang paling utama adalah pengendalian atas seluruh Cincin-Cincin Kekuasaan dan dominasi kehendak pemakainya.[T 3] Cincin itu juga memberi kekuatan untuk mendominasi kehendak makhluk lain baik mereka memakai Cincin-Cincin itu atau tidak—tapi hanya dalam proporsi kekuatan asli pengguna. Dengan cara yang sama, ia dapat mengkali-lipatkan kekuatan apapun milik pemakainya.[T 3]
Makhluk hidup yang menyimpan salah satu Cincin Agung itu, tidak akan mati, tetapi dia juga tidak akan tumbuh atau memperoleh kehidupan lebih banyak, dia hanya berlanjut terus, sampai akhirnya setiap menit terasa meletihkan. Dan kalau dia sering menggunakan Cincin itu untuk membuat dirinya tidak tampak, dia akan "memudar": akhirnya dia akan selamanya tidak tampak; dia akan berjalan dalam bayang-bayang, di bawah mata kekuasaan gelap yang mengendalikan Cincin-Cincin itu.
Makhluk fana yang memakai Cincin Utama menjadi tak terlihat kecuali oleh mereka yang bisa melihat ke dalam alam roh (non-fisik), hanya terlihat seperti sebuah bayangan tipis dan gemetaran di bawah sinar matahari yang paling terang.[T 3] Ketika Sam memakai Cincinnya di tepi Mordor, "ia sama sekali tidak merasa tak tampak; ia justru merasa amat sangat kelihatan; dan ia tahu, di sebuah tempat sebuah sebuah Mata sedang mencarinya".[T 15] Sam sempat mengerti Bahasa Hitam yang diucapkan para Orc di Mordor sementara ia membawa Cincin Utama.[T 18]
Cincin Utama memperpanjang umur pembawanya yang fana, menghentikan penuaan alami. Gandalf menjelaskan bahwa Cincin itu tidak memberikan kehidupan baru, tetapi pembawanya akan terus melanjutkan hidupnya sampai merasa kelelahan.[T 1] Cincin Utama tidak melindungi pembawanya dari kehancuran; Gollum binasa di Celah Ajal,[T 19] dan tubuh Sauron hancur seperti saat peristiwa kejatuhan Númenor. Seperti Sembilan Cincin, Cincin Utama dapat merusak tubuh fana pemakainya secara fisik, dan pada akhirnya mengubah mereka menjadi hantu. Kaum Hobbit lebih tahan terhadap pengaruh ini daripada kaum Manusia: Gollum, yang menyimpan cincinnya selama 500 tahun, tidak berubah menjadi seperti hantu sebab ia jarang memakai Cincin itu.[T 1]
Selain Tom Bombadil, tiada yang kebal terhadap pengaruh Cincin Utama yang merusak, bahkan sosok kuat seperti Gandalf dan Galadriel, yang menolak untuk mengambilnya karena mengetahui mereka dapat berakhir menjadi seperti Sauron.[T 5]
Di dalam Mordor dimana ia ditempa, kekuatan Cincin meningkat secara signifikan bahkan tanpa memakainya si pembawa dapat tertarik pada kekuatannya, dan dapat memperoleh aura kekuatan mengerikan. Ketika Sam bertemu dengan seorang Orc di Menara Cirith Ungol selagi memiliki Cincinnya, ia tampak menakuti Orc tersebut dengan rupa pejuang kuat yang berselubung bayangan, yang "[menyembunyikan] kekuatan dan bencana mengancam yang tidak diketahui wujudnya".[T 16] Sama seperti saat di Gunung Maut, ketika Frodo dan Sam diserang Gollum, Frodo memegang Cincinnya dan terlihat seperti "sebuah sosok berjubah putih... [yang] memegang lingkaran api". Frodo memberitahu Gollum "dengan nada berwibawa" bahwa "Kalau sekali lagi kau sentuh diriku, kau sendiri akan dibuang ke dalam Api Maut", ramalan yang tidak lama kemudian terpenuhi.[T 17]
Karena Cincin Utama menampung sekian banyak kekuatan Sauron, ia memiliki kekuatan dengki. Selama terpisah dari Sauron, Cincin itu berusaha untuk kembali padanya dengan memanipulasi pembawanya untuk memperoleh kepemilikan, atau meninggalkannya.[T 20]
Untuk menguasai kemampuan Cincin Utama, si pembawa cincin harus memiliki pikiran yang terlatih, kehendak dan kekuatan tersendiri yang kuat. Mereka yang berpikiran lemah, seperti kaum hobbit dan sebagian Manusia, hanya mendapatkan sedikit dari Cincin itu, apalagi menyadari kekuatan penuhnya. Bahkan bagi seseorang yang telah memiliki kekuatan yang diperlukan, butuh waktu untuk menguasai kekuatan Cincin itu untuk menggulingkan Sauron.[T 20]
Cincin Utama tidak membuat pembawanya menjadi sosok yang mahakuasa. Sauron mengalami kekalahan militer ketika memakai Cincinnya sebanyak tiga kali, pertama oleh Gil-galad pada Perang Sauron dan Peri, kemudian oleh Ar-Pharazôn ketika pasukan Sauron terkagum pada kekuatan bangsa Númenor sampai meninggalkannya, dan di akhir Zaman Kedua dengan kekalahan dirinya sendiri oleh Gil-galad dan Elendil.[T 2] Tolkien menyatakan melalui perkataan Elrond bahwa kekalahan yang semacam itu tidak mungkin terjadi di tahun-tahun lemah di Zaman Ketiga, saat kekuatan bangsa merdeka sudah menghilang. Tidak ada lagi pahlawan seperti Gil-galad, Elendil, atau Isildur; kekuatan bangsa Peri memudar dan mereka mulai berlayar menuju Alam Berkah; dan kerajaan-kerajaan bangsa Númenor telah ditolak keberadaannya atau telah hancur, dan hanya memiliki sedikit sekutu.[T 5]
Takdir para Pembawa Cincin
Mengenai para Pembawa Cincin, tiga masih hidup setelah kehancuran Cincinnya, para hobbit Bilbo, Frodo, and Sam. Karena memiliki Cincin Utama yang paling lama, Bilbo berumur sangat panjang. Frodo terluka secara fisik dan mental dari tugasnya. Sam terpengaruh hanya sedikit karena ia memiliki Cincin itu hanya sementara. Dalam pertimbangan mengenai segala kejadian yang dihadapi Bilbo dan Frodo, Valar memberi izin kepada mereka untuk berlayar menuju Negeri Aman Sentosa, mendampingi Galadriel, Elrond, dan Gandalf. Dikatakan juga bahwa Sam juga berlayar menuju Negeri Aman Sentosa, setelah tinggal di Shire selama bertahun-tahun dan merawat keluarganya yang besar. Tolkien menekankan bahwa persinggahan yang bertujuan untuk menyembuhkan para hobbit Pembawa Cincin di Negeri Aman Sentosa tidak permanen. Sebagai makhluk fana, pada akhirnya mereka akan mati dan roh mereka akan meninggalkan Eä.[T 20]
Penggunaan objek Cincin oleh Tolkien terpengaruh dari mitologi Nordik. Saat bersekolah di King Edward's School di Birmingham, ia membaca dan menerjemahkan Old Norse dalam waktu senggangnya. Salah satu pembelian karya Norwegia beliau adalah saga Völsunga. Saat masih menjadi murid, ia membaca terjemahan Inggris yang tersedia,[2][3] terjemahan tahun 1870 oleh William Morris mengenai gerakan seni dan kriya era Victorian dan pelajar asal Islandia Eiríkur Magnússon.[4] Saga tersebut dan karya sastra berbahasa Jerman Hulu Pertengahan Nibelungenlied merupakan karya sastra yang sejaman yang menggunakan sumber-sumber kuno yang sama.[5][6] Kedua karya sastra tersebut menyediakan fondasi untuk seri opera karya Richard Wagner yang berjudul Der Ring des Nibelungen, menampilkan sebuah cincin emas yang ajaib namun terkutuk dan sebuah pedang yang patah namun ditempa kembali. Dalam sagaVölsunga, objek-objek tersebut bernama Andvaranaut dan Gram, dan mereka sangat berhubungan dengan Cincin Utama dan pedang Narsil (yang ditempa kembali menjadi Andúril).[7]
Tolkien menolak kritik mengenai perbandingan langsung dengan Wagner, memberitahu penerbitnya, "Kedua cincin itu bundar, dan di situlah kemiripannya selesai."[T 21][T 22] Beberapa kritikus berpendapat bahwa karya-karya Tolkien meminjam secara bebas dari Wagner sampai bertahan di belakang karya Wagner.[8] Yang lainnya, seperti Gloriana St. Clair, menghubungkan fakta-fakta bahwa kemiripan karya Tolkien dan Wagner disebabkan oleh pengambilan sumber yang sama yaitu mitologi Nordik.[8][9]Tom Shippey dan peneliti lain memegang posisi tengah, menyatakan bahwa kedua penulis memang menggunakan sumber materi yang sama, tetapi Tolkien berutang pada beberapa pengembangan cerita orisinil, pengetahuan dan penggunaan artistik sumber-sumber tersebut yang pertama kali muncul dalam karya Wagner, dan bertekad untuk memperbarui dan meningkatkannya.[10][11][12]
Pada tahun 1928, sebuah kuil pemujaan misterius abad ke-4 ditemukan dan digali di lokasi Lydney Park, Gloucestershire.[14] Tolkien diminta untuk meneliti ukiran Latin yang ada di sana, yang menyebutkan pencurian sebuah cincin, beserta kutukan pada pencurinya:
Untuk sang dewa Nodens. Silvianus telah kehilangan sebuah cincin dan telah memberikan satu-setengah [harganya] kepada Nodens. Di antara mereka yang dipanggil Senicianus tidak diberikan kesehatan yang baik sampai ia mengembalikannya ke kuil Nodens.[15]
Nama tempat itu dalam bahasa Anglo-Saxon adalah Dwarf's Hill (atau "Bukit Kurcaci"), dan pada tahun 1932 Tolkien menelusuri Nodens sampai ke pahlawan mitologi Irlandia Nuada Airgetlám, "Nuada of the Silver-Hand" (atau "Nuada Tangan-Perak).[T 23] Shippey berpendapat bahwa hal ini adalah "pengaruh yang sangat penting" terhadap Middle-earth Tolkien, menggunakan elemen yang sama; dewa-pahlawan, cincin, kurcaci, dan tangan perak.[13] Dalam The J. R. R. Tolkien Encyclopedia tercatat bahwa "lubang-lubang poros tambang [Dwarf's Hill] yang berupa kenampakan khas Hobbit", dan bahwa Tolkien sangat tertarik pada hikayat bukit itu ketika ia menginap di sana; mengutip komentar Helen Armstrong bahwa tempat itu mungkin menjadi inspirasi "Celebrimbor dan hancurnya Moria dan Eregion" milik Tolkien.[13][16] Pelajar literatur Inggris John M. Bowers menulis bahwa nama sang Peri-penempa Celebrimbor, yang menempa cincin-Peri, berarti "Tangan Perak" dalam bahasa Sindarin.[17]
Penerapan bukan alegori
Tolkien menyatakan bahwa The Lord of the Rings bukanlah sebuah alegori poin-demi-poin (point-by-point), khususnya bukan mengenai peristiwa politik di waktunya seperti Perang Dunia II.[T 24] Di waktu yang sama beliau membandingkan "penerapan", yang ia deskripsikan sebagai "dalam "kebebasan pembaca"", dan "alegori" sebagai "dominasi yang memiliki tujuan dari penulis".[T 24] Ia menyatakan bahwa Perang Dunia II "menginspirasi atau mengarahkan pengembangan legendanya" sebagai sebuah alegori, maka takdir Cincin Utama dan Middle-earth akan menjadi sangat berbeda:[T 24]
Analisis Tolkien tentang bagaimana Cincin Utama muncul dalam sebuah alegori[T 24]
Anne C. Petty, di The J. R. R. Tolkien Encyclopedia, menulis bahwa Tolkien sama-sama mampu untuk menggunakan "elemen alegori ketika hal itu sesuai dengan tujuannya", dan bahwa Tolkien setuju mengenai pendekatan perang pada tahun 1938 "memberikan pengaruh akan hal itu": Lord of the Rings berlaku untuk kengerian perang secara umum, selama tidak dianggap sebagai alegori poin-demi-poin atas perang apapun, dengan persamaan yang tidak benar seperti "Sauron=Satan atau Hitler atau Stalin, Gandalf=Tuhan atau Churchill, Aragorn=Kristus atau MacArthur, Cincin Utama=bom atom, Mordor=Neraka atau Rusia atau Jerman".[18]
Satu aspek dengan penerapan demikian, yang pelajar Tolkien Tom Shippey perhatikan jarang diperhatikan oleh pembaca, adalah bahwa Tolkien memilih tanggal yang memiliki kepentingan simbolis dalam ajaran Kristiani untuk perjalanan menghancurkan Cincin Utama. Bermula dari Rivendell pada 25 Desember, tanggal hari Natal, dan berakhir di Gunung Maut pada tanggal 25 Maret, tanggal tradisional Anglo-Saxon untuk peristiwa penyaliban.[19]
Sebuah sumber yang "bisa jadi dipinjam"[20] oleh Tolkien, walau tidak ada bukti akan hal ini, adalah Republic karya Plato. Buku keduanya menceritakan kisah Cincin Gyges yang memberikan kemampuan tembus pandang bagi pemakainya. Dengan demikian, cincinnya menyebabkan dilema moral, membuat orang berbuat sesuatu yang berketidakadilan tanpa rasa takut akan tertangkap.[20] Sebaliknya, Cincin karya Tolkien mengerahkan kekuatan jahat yang menghancurkan moralitas pemakainya.[T 25]
Pelajar sastra Frederick A. de Armas mencatat adanya persamaan antara cincin karya Plato dan Tolkien, dan berpendapat bahwa Bilbo dan Gyges, yang pergi menuju tempat gelap yang terdalam untuk menemukan harta yang tersembunyi, mungkin "mengalami Catabasis", perjalanan psikologis menuju Dunia Bawah.[21]
Perbandingan antara cincin karya Plato dan Tolkien menurut Frederick A. de Armas[21]
Gyges mencabuli sang Ratu, membunuh sang Raja, menjadi Raja Lydia
Bilbo memakai cincinnya "secara tidak sengaja", terkejut ketika Gollum tidak melihat dirinya
Akibat
Kegagalan
Bilbo diperkuat
Pelajar Tolkien Eric Katz, tanpa mengacu bahwa Tolkien sadar mengenai Cincin Gyges, menulis bahwa "Plato membantah bahwa kerusakan [moral] semacam itu dapat terjadi, tapi Tolkien menunjukkan perubahan ini melalui pikiran dan perbuatan karakter-karakter miliknya".[22] Dalam pandangan Katz, Plato mencoba untuk membalas "kesimpulan sinis" bahwa kehidupan bermoral dipilih oleh orang-orang lemah; Glaucon berpendapat bahwa orang-orang hanya bersikap "baik" karena mereka pastinya akan ditangkap apabila mereka berbuat sebaliknya. Plato membantah bahwa kehidupan tidak bermoral tidak baik karena merusak jika seseorang. Jadi, Katz menyatakan, menurut Plato orang yang bermoral memiliki kedamaian dan kebahagiaan, dan tidak akan menggunakan Cincin Kekuasaan.[22] Dalam pandangan Katz, kisah karya Tolkien "mendemonstrasikan berbagai tanggapan terhadap pertanyaan yang diajukan Plato: apakah seseorang yang berkeadilan akan terpengaruh terhadap kesempatan untuk memiliki kekuasaan yang hampir tiada batas?"[22] Pertanyaan tersebut terjawab dalam berbagai cara: Gollum adalah sosok yang lemah, mudah terpengaruh, dan akhirnya binasa; Boromir, pada awalnya, adalah seorang yang berbudi luhur, tetapi seperti Gyges karya Plato, terpengaruh "oleh godaan akan kekuasaan"[22] oleh Cincin, bahkan jika ia hanya ingin menggunakannya untuk perbuatan baik, tapi kemudian menebus kesalahannya dengan melindungi para hobbit sampai mati; Galadriel yang "tangguh dan berbudi mulia",[22] yang dapat melihat dengan jelas akan berakhir seperti apakah dia jika ia mengambil cincin itu, menolaknya; Tom Bombadil yang abadi, dikecualikan dari kekuatan buruk dan kemampuan tembus pandang dari Cincin itu; Sam yang menggunakan cincin itu hanya dalam keadaan gawat, tetapi tidak tergoyahkan dari bayangan "Samwise si Kuat, Pahlawan Zaman Ini"; dan akhirnya Frodo yang memburuk secara bertahap, tapi terselamatkan oleh rasa belas kasihannya kepada Gollum di awal, dan keputusasaan Gollum untuk Cincin itu. Katz menyimpulkan bahwa jawaban Tolkien terhadap pertanyaan Plato yang berbunyi "Kenapa kita harus menjadi orang bermoral?" adalah "untuk menjadi dirimu sendiri."[22]
Objektif misi
Pelajar sastra Brian Rosebury mencatat bahwa The Lord of the Rings mengombinasikan berbagai adegan atau tablo yang perlahan dan deskriptif yang mengilustrasikan Middle-earth dengan alur pemersatu dalam bentuk misi untuk menghancurkan Cincin Utama. Cincin itu harus dihancurkan untuk menyelamatkan Middle-earth dari kehancuran atau kekuasaan Sauron. Proses ini membuat Middle-earth menjadi sebuah tempat yang dicintai oleh pembaca, menunjukkan bahwa tempat itu sedang dalam keadaan terancam, dan – dengan hancurnya Cincin Utama – berakhir bahagia dengan menyediakan sebuah "eucatastrophe", yaitu kejadian tiba-tiba yang mengubah akhir cerita menjadi bahagia. Oleh karena itu, Rosebury menegaskan, karya ini diciptakan dengan amat sangat terkonstruksi, disertai penggambaran yang luas dan alur berbasis Cincin yang serasi.[23]
Cincin Utama memberikan kekuatan kepada pemakainya, dan merusak pikirannya secara bertahap.[24][25] Pelajar Tolkien Tom Shippey menggunakan pernyataan Lord Acton pada tahun 1887 bahwa "Kekuasaan cenderung merusak, dan kekuatan yang absolut merusak dengan amat sangat. Manusia hebat hampir selalu menjadi manusia yang tidak baik". Ia mencatat bahwa gagasan tersebut bersifat modern yang khas, dan penulis era modern lainnya seperti George Orwell dengan Animal Farm (1945), William Golding dengan Lord of the Flies (1954), dan T. H. White dengan The Once and Future King (1958) sama-sama menulis tentang pengaruh buruk yang dapat ditimbulkan oleh suatu kekuatan. Ketika kritikus Colin Manlove menilai definisi kekuatan menurut Tolkien tidak konsisten, berargumen bahwa Cincin yang harusnya bersifat sangat membebani seseorang, Sam dan Bilbo menyerahkannya dengan mudah, danhanya berpengaruh sedikit terhadap Aragorn, Legolas, dan Gimli, Shippey menanggapi dengan "satu kata" penjelasannya sederhana: Cincin Utama bersifat candu, semakin terpapar maka semakin kecanduan.[26] Pelajar lain sependapat mengenai sifat candu tersebut.[24][25][27][28]
Dalam adaptasi film trilogi The Lord of the Rings, karya Peter Jackson, pemakai Cincin Utama digambarkan memasuki alam berbayang dimana segalanya terdistorsi. Pengaruh Cincin kepada Bilbo dan Frodo merupakan obsesi yang dibandingkan dengan kecanduan obat-obatan; Andy Serkis, aktor yang berperan sebagai Gollum, mengambil kecanduan obat-obatan sebagai inspirasi penampilannya.[31] Properti asli cincin ini untuk filmnya didesain dan dibuat oleh Jens Hansen Gold & Silversmith di Nelson, New Zealand, dan dibuat berdasarkan cincin pernikahan yang sederhana.[32][33]Polygon menyorot bahwa "bengkel tersebut memproduksi sekitar 40 cincin berbeda untuk film itu. Cincin yang paling mahal adalah cincin 'pahlawan' dari emas 18 karat, berukuran 10 untuk tangan Frodo dan ukuran 11 untuk rantainya. [...] Untuk menghemat biaya — meski bukan menghemat waktu — bengkel tersebut menggunakan perak berlapis emas untuk sebagian besar dari keseluruhan cincin. [...] Untuk banyak penggemar, cincin yang digunakan untuk adegan jarak dekat — seperti di adegan dimana Cincin Utama menjauh dari Frodo dan jatuh untuk memancing Boromir di salju Caradhras, atau ketika peserta yang berdebat di Dewan Penasehat Elrond terpantul pada permukaan Cincin — adalah cincin pahlawan yang sebenarnya. Untuk menangkap kemilau cincinnya dalam definisi tinggi, properti tersebut berdiameter delapan inci (20,32 centimeter) — terlalu besar bahkan untuk peralatan milik Hansen. Sebagai gantinya, toko mesin setempat membuat dan mempoles properti yang kemudian tim Hansen lapisi".[33]
^J. R. R. Tolkien, "The Name Nodens", Appendix to "Report on the excavation of the prehistoric, Roman and post-Roman site in Lydney Park, Gloucestershire", Reports of the Research Committee of the Society of Antiquaries of London, 1932; also in Tolkien Studies: An Annual Scholarly Review, Vol. 4, 2007
^Wickham-Crowley, Kelley M. (2008). "Roots and Branches: Selected Papers on Tolkien (review)". Tolkien Studies. 5 (1): 233–244. doi:10.1353/tks.0.0021.Parameter |s2cid= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Manni, Franco (8 December 2004). "Roots and Branches: A Book Review". The Valar Guild. Diterjemahkan oleh Bishop, Jimmy. Diakses tanggal 4 November 2020.
Simek, Rudolf (2005). Mittelerde: Tolkien und die germanische Mythologie [Middle-earth: Tolkien and the Germanic Mythology] (dalam bahasa Jerman). C. H. Beck. ISBN978-3406528378.