Christina Maria Rantetana
Laksamana Muda TNI (Purn.) Christina Maria Rantetana, S.K.M., M.P.H. (24 Juli 1955 – 31 Juli 2016) adalah seorang mantan perwira tinggi TNI Angkatan Laut, di mana dia adalah wanita pertama yang memegang pangkat bintang. Christina adalah perempuan pertama dari TNI Angkatan Laut yang mengikuti pendidikan Sekolah Staf dan Komando (Sesko) di luar negeri, yakni di Royal Australian Naval Staff Course di Sydney, Australia.[butuh rujukan] Ia juga adalah anggota Korps Wanita Angkatan Laut (Kowal) pertama yang ditugaskan menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat.[butuh rujukan] Perempuan pertama yang menjabat sebagai Direktur Sekolah Kesehatan di Angkatan Laut.[butuh rujukan] Anggota Kowal pertama yang mengikuti pendidikan strata dua di Tulane Universitas New Orleans, Amerika Serikat dan yang menjadi staf ahli Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Bidang Ideologi dan Konstitusi, serta, merupakan jenderal bintang dua perempuan pertama di Angkatan Laut serta se-Asean.[butuh rujukan] Kehidupan awal dan karierChristina lahir di kota Makale di Kabupaten Tana Toraja pada tanggal 24 Juli 1955. Setelah menyelesaikan sekolah menengah di sebuah lembaga Katolik pada tahun 1974, ia memperoleh diploma dalam perawatan umum sebelum bergabung dengan militer Indonesia pada tahun 1979. Ia kemudian memperoleh gelar sarjana di bidang kesehatan masyarakat dari Universitas Indonesia dan gelar master dalam bidang yang sama dari Tulane University.[1] Karier angkatan lautDi TNI Angkatan Laut, Rantetana menjadi wakil fraksi TNI/Polri di Dewan Perwakilan Rakyat selama dua periode, 1997-1999 dan 1999-2004. Pada periode terakhir, dia adalah sekretaris fraksi.[1] Pada 1 November 2002, ia dipromosikan menjadi laksamana pertama (posisi pangkat bintang satu), menjadi wanita pertama yang mencapai pangkat itu di TNI Angkatan Laut.[1] Ia dipromosikan lebih lanjut menjadi laksamana muda pada Juni 2013, ketika ia ditugaskan di Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan sebagai staf ahli menteri bidang ideologi dan konstitusi.[2] Bulan berikutnya, dia dipindahkan ke markas TNI, saat dia mendekati masa pensiunnya.[3] WafatRantetana meninggal di rumah sakit angkatan laut di Jakarta pada 31 Juli 2016.[4] Dia dimakamkan di pemakaman tradisional Toraja yang didampingi militer, di mana tubuhnya ditempatkan di rongga berlubang 30 meter di atas tebing disertai dengan tembakan salvo.[5][6] Kehidupan pribadiDia memiliki lima anak, dan dia mengambil bagian dalam pembangunan patung Yesus Buntu Burake di Tana Toraja.[4] Rujukan
|