Catakgayam, Mojowarno, Jombang

Catakgayam
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Timur
KabupatenJombang
KecamatanMojowarno
Kode Kemendagri35.17.07.2018 Edit nilai pada Wikidata
Luas... km²
Jumlah penduduk... jiwa
Kepadatan... jiwa/km²
Peta
PetaKoordinat: 7°35′59″S 112°19′8″E / 7.59972°S 112.31889°E / -7.59972; 112.31889


Catakgayam adalah sebuah desa di wilayah Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang, Provinsi Jawa Timur. Desa ini terkenal sebagai desa pengrajin mebel terbesar di Jombang. Sebagian besar penduduk desa ini bekerja sebagai pengrajin mebel. Hasil mebelnya meliputi meja, kursi, lemari, pintu, kusen, jendela, dll.

Desa Catakgayam berbatasan dengan Desa Janti, Mojoagung di sebelah utara, Desa Wringinpitu, Mojowarno di sebelah timur, Desa Selorejo, Mojowarno di sebelah selatan dan Desa Sidokerto, Mojowarno di sebelah barat.

Legenda

Sejarah Desa atau daerah pasti memiliki sejarah dan latar belakang tersendiri yang merupakan pencerminan dari karakter dan pencirian khas tertentu dari suatu daerah. Sejarah desa atau daerah seringkali tertuang dalam dongeng-dongeng yang diwariskan secara turun temurun, dari mulut kemulut sehingga sulit untuk dibuktikan secara fakta. Dan tidak jarang dongeng tertentu selalu dihubungkan dengan mitos tempat tertentu yang dianggap keramat. Dalam hal ini desa Catakgayam juga memiliki hal tersebut yang merupakan identitas dari Desa ini yang akan kami tuangkan dalam kisah-kisah dibawah ini.

Asal-usul

Dahulunya, Desa Catakgayam merupakan sebuah hutan belantara yang begitu lebat, dengan berbagai pepohonan. Pepohonan yang banyak tumbuh waktu itu adalah pohon Gayam.

KH. Hasan Sanusi yang terkenal dengan sebutan Mbah Guru adalah seorang tokoh yang berasal dari Santan Garut Banten. Ketika beliau sudah menginjak dewasa beliau sering berbeda pendapat dengan penjajah Belanda, karena sering berbagai benturan dengan Belanda, maka beliau melarikan diri ke Jawa Timur.

Beliau mengadakan Riyadhoh di Catakgayam sebalah utara yang pada waktu itu penuh tanaman hutan yang lebat, untuk menebang pohon gayam yang tinggi membutuhkan tangga, waktu itu orang menyebut tangga adalah Catak, berdasarkan dengan proses penebangan pohon gayam yang dilakukan dengan menggunakan tangga / catak, maka desa tempat beliau riyadhoh dinamakan desa Catakgayam.

Pada tahun 1860, Mbah Guru sedang berada di dalam masjid, datanglah beberapa orang Belanda, orang Belanda tersebut ingin bermusyawarah dengan mbah guru selaku sesepuh desa perihak penegakan dan peraturan pemerintahan, pemukiman dan status tanah. Akhirnya rencana pembentukan desa disetujui oleh mbah guru. Mbah guru diminta oleh Belanda untuk menjadi Lurah (Kepala Desa), namun mbah guru tidak mau, kemudian jabatan lurah diberikan kepada putra termuda yaitu Hasan Tuba.

Pada waktu itu Desa Catakgayam masih dalam Katemengungan ROSOBO (Sekarang Mojoagung) dibawah naungan Kabupaten Mojokerto.

Setelah diresmikan menjadi Desa Catakgayam yang terdiri dari beberapa dusun, mulailah dilakukan penataan administrasi, pemukiman dan status tanah, bahkan pada saat itu dimulai pembangunan jalan raya pertama, yaitu dengan jalan membuat sungai di sepanjang Desa Catakgayam, kemudian tanah hasil galian di pakai sebagai jalan desa (sekarang menjadi jalan beraspal).